Momen Idul Fitri atau lebaran merupakan momen yang ditunggu-tunggu oleh sebagian besar orang Indonesia, khususnya umat Islam. Selain merupakan salah satu hari raya keagamaan, lebaran juga merupakan momen di mana kita bisa berkumpul bersama keluarga maupun teman lama yang sudah lama tidak bertemu. Kita bisa saling bermaaf-maafan untuk membersihkan dosa sosial kita dan juga saling bertegur sapa merekatkan kembali tali silaturahmi yang sudah terjalin.
Di momen itu biasanya kita perbincangan macam-macam, dari mulai bertanya kabar sampai mengenang masa-masa kejayaan dulu. Nah, beberapa yang belakangan ini menjadi momok tersendiri, khususnya generasi milenial, adalah pertanyaan seputar "Kapan lulus?" bagi mahasiswa yang belum lulus kuliah, "Kapan kerja?" bagi yang belum dapat kerjaan, dan "Kapan nikah?" bagi yang belum menemukan jodoh atau menikah. Saking seringnya pertanyaan-pertanyaan itu dilontarkan, salah satu produk minuman bersoda memasang baliho dengan memelesetkan arti kata mudik menjadi "Mudik=Mules Ditanya Kawin".
Fenomena ini menjadi booming karena mungkin sebagian besar penduduk Indonesia saat ini adalah generasi milenial yang sedang dalam proses mencari identitas (bagi remaja) dan mencari pasangan hidup (bagi dewasa muda). Seseorang yang sedang berusaha untuk meraih sesuatu biasanya cenderung sensitif apabila terus-menerus ditanya tentang progress-nya. Hal inilah yang membuat sebagian besar generasi milenial merasa tak nyaman jika terus-menerus ditanya kapan, kapan, dan kapan.
Beberapa waktu lalu saya sempat membuat polling kecil-kecilan di Instagram Story saya tentang pendapat teman-teman saya mengenai orang lain yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan di atas pada saat lebaran. Karena Instagram hanya membatasi dua opsi jawaban, maka opsi jawaban yang saya buat yaitu: "Hak mereka nanya-nanya gitu" dan "Gak usah nanya-nanya deh." Setelah 24 jam, ada 310 orang yang berpartisipasi dalam polling tersebut.
Dari 310 partisipan, 192 (62%) diantaranya memilih opsi pertama yang mengatakan bahwa itu hak orang lain untuk bertanya dan 118 (38%) memilih opsi kedua yang menghendaki agar orang lain tidak usah banyak bertanya.
Tidak cukup sampai di sini, ternyata ada kurang lebih 15 orang yang kemudian mengungkapkan pendapat pribadinya ke saya melalui pesan di Instagram. Sebagian besar menganggap bahwa pertanyaan-pertanyaan semacam itu sebenarnya hanya basa-basi dan sebagai salah satu cara untuk mencairkan suasana, apalagi bagi sudah lama tidak bertemu. Akan tetapi apabila kemudian orang yang bertanya itu cenderung men-judge orang yang ditanya, misalnya "Nunggu apalagi sih!" atau "Makanya jangan kebanyakan milih," mereka cukup terganggu juga. Menurutnya, orang lain tidak tahu apa yang sudah, sedang, dan akan diusahakan untuk mencapai itu.
Berdasarkan polling kecil-kecilan ini, bisa saya simpulkan bahwa mungkin sah-sah saja kalau kita atau orang lain bertanya "kapan, kapan, dan kapan" pada saat lebaran. Akan tetapi sebaiknya kita harus memperhatikan etika dan perasaan yang ditanya. Ini tidak berarti bahwa sebaiknya kita tidak tanya apa-apa. Justru kalau hal ini dilakukan, saya khawatir budaya bertegur sapa dan ramah tamah di Indonesia akan hilang.
Bagi yang ditanya, berdasarkan pendapat dari teman-teman saya melalui pesan di Instagram, sebaiknya tidak perlu mengambil hati apa yang ditanyakan orang lain. Sadarilah bahwa mereka sebenarnya peduli dengan kita. Kalau tidak peduli, mungkin mereka tidak akan bertanya hal semacam itu.
Pada praktiknya, kita bisa menggunakan momen itu justru untuk meminta didoakan agar apa yang ditanyakan bisa segera terlaksana. "Doakan saja yang terbaik. Semoga bisa segera terwujud," sambil kasih senyuman kita yang paling manis. Setelah itu pembicaraan bisa dialihkan ke hal yang lain, misalnya cerita perjalanan mudik kemarin atau kue nastar yang baru dibuat tiga hari yang lalu.
Kalau kamu sendiri bagaimana? Semoga lebaran kita berkah dan kita dipertemukan lagi dengan Ramadan tahun depan ya! Aamiinn…
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”