Dear Green Day, Lagu “Wake Me Up When September Ends”, Mungkin Perlu Direvisi Menjadi “Wake Me Up When This Year Ends”

“Summer has come and passed

The innocent can never last

wake me up when september ends

like my father come to pass

seven years has gone so fast

wake me up when september ends”

Penggalan lirik lagu berikut mengingatkan kita bahwa sebentar lagi September berakhir. Bulan yang diharapkan akan lebih baik dari agustus akan segera habis. Tapi sejujurnya aku masih ingin tertidur pulas, hingga tahun ini berakhir. Tiga bulan ke depan, bukan ide bagus untukku segera “wake up”. Tak ada lagi yang bisa ku harapkan di tempat ini, kecuali hasrat ingin segera pergi dan takkan pernah kembali.

Bersama mereka yang bagiku cenderung egois, membuatku berpikir ulang, akankah aku menjadi seegois mereka jika berada pada posisi mereka yang sekarang?

Pada akhirnya aku masih bertanya-tanya pada hati kecilku, apa sih yang sebenarnya ku cari pada hidupku ini? Kepandaian? Kecantikan? Kekayaan? Atau kepopuleran? Semua itu hanya hal duniawi yang kelak tak pernah disentuh oleh Tuhan untuk ditanyakan.

Terkadang aku berpikir, mengapa harus aku yang mengikuti maunya mereka, tidakkah mereka punya pikiran sama untuk melakukan hal yang seimbang? Ahh sudahlah aku seperti mengoceh pada rumput ilalang yang pernah mau mengerti.

“here comes the rain again

falling from the stars

drenched in my pain again

becoming who we are”

September kali ini belum tersentuh air hujan, sepertinya langit enggan mengeluarkan air matanya. Tapi sebaliknya air mataku tiap hari sudah tumpah karenanya, karena mereka. Aku lelah terus bertahan, aku lelah menjadi pemuas nafsu keegoisan, dan aku lelah terus diperkosa oleh keadaan yang tak kunjung berubah.

Kepada siapa aku harus bercerita, saat semua yang ku katakan sudah menjadi berita untuk dunia. Kepada siapa aku harus mengadu, saat semua yang ku adukan hanya sebagai ilusi yang berbatu. Mereka tidak mau mengerti, dan tidak akan pernah mengerti. Selama hati dan pikirannya masih dikuasi nafsu dunia, bahkan mendengar keluh kesah orang lain pun selalu salah di matanya.

Hanya bisa diam dan mengalah. Apapun yang dilakukan akan selalu salah. Pasif ataupun inisiatif, mereka selalu punya alasan untuk mengatakan bahwa itu sulit. Ahh sudahlah waktu akan segera berlalu, semoga.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Write what I feel, what I want