Body Shamming, Kejahatan yang Harus Dihentikan

Tidak lama ini mantan artis cilik Tasya Kamila memposting di instagram story nya untuk meminta netizen berhenti body shamming. Postingan tersebut berupa screenshootan dari komentar-komentar warganet yang membanjiri akun instagramnya. Sebagian besar isi dari komentar tersebut yaitu mengenai tampilan Tasya Kamila.

Mereka mengatakan bahwa Tasya bertambah gemuk dan ada pula yang menanyakan apakah Tasya sedang hamil karena berat badannya yang bertambah. Tasya pun merasa gemas dengan komentar warganet sehingga dia mengunggah instastory tersebut dengan pertanyaan kepada warganet mengapa sering bertanya demikian. Tasya juga mengajak netizen untuk tidak melakukan body shamming atau mengomentari bentuk tubuh seseorang (Tribunstyle.com,2018).

Menurut kamus psikologi (Chaplin, 2005) citra pada tubuh atau yang biasa disebut body image adalah ide seseorang mengenai penampilannya dihadapan orang lain. Body image ini tentu sangat dipengaruhi oleh kepercayaan diri masing-masing orang (hipweecomunity, 2017). Body shamming adalah istilah yang merajuk pada kegiatan mengkritik dan mengomentari secara negatif fisik atau tubuh diri sendiri maupun orang lain (Idntimes.com, 2018).

Ada beberapa indikator yang bisa diketahui jika terjadi body shamming.

Pertama, pelaku yang melakukan body shamming dikatakan belum dewasa.

Hal ini dinyatakan dengan adanya kata-kata yang berhubungan dengan bentuk tubuh seseorang oleh sang pelaku. Terkadang korban dari body shamming ini dikatakan baper (bawa perasaan) dan sensitif jika tersinggung dengan adanya body shamming yang dia terima. Padahal sang pelaku sendiri mungkin tidak tau bagaimana susahnya sang korban dalam menjaga tubuhnya atau belum sadar dengan adanya perubahan-perubahan yang ada pada dirinya.

Kedua, efek dari body shamming bisa berakibat fatal.

Body shamming memberikan efek tekanan kepada orang yang menerimanya dan merupakan salah satu jenis bullying yang jarang diketahui orang sekarang. Efek lain dari body shamming yaitu mulai jatuhnya harga diri, depresi, bahkan gangguan makan seperti bullmia atau anoreksia nervosa.

Ketiga, bentuk tubuh bukan merupakan patokan seseorang dinilai cantik atau tampan.

Pada dasarnya manusia itu merupakan makhluk yang sempurna, diciptakan dan dilahirkan didunia dengan cantik dan tampan. Setiap orang juga mempunyai potensi terhadap dirinya yang lebih baik lagi. Namun mengenai ukuran tubuh bukanlah sebagai parameter seseorang dinilai cantik ataupun tampan.

Keempat, tidak melakukan body shamming maka kamu akan menyelamatkan orang lain dan dirimu sendiri.

Body shamming itu sendiri memiliki effek yang begitu besar terhadap mental manusia. Ancaman stress sampai gangguan pola makan menghantui seseoarang jika body shamming sudah mewabah ke dirinya. Terkadang juga terdapat beberapa orang yang melakukan bunuh diri sebagai cara untuk dirinya tidak menerima tekanan body shamming dari orang lain.

Oleh sebab itu, dengan tidak melakukan body shamming terhadap diri sendiri dan kepada orang lain, maka kita dapat menjauhi stres, depresi atau gangguan makan. Sehingga tidak ada kejadian buruk yang kita alami maupun dialami oleh orang lain.

Kelima, di dunia ini tidak ada manusia sempurna, jadi untuk apa melakukan body shamming?

Dengan menerima diri sendiri dan bersyukur, kita bisa terhindar dari body shamming. Dengan menerima diri sendiri maka kita akan terjauh dari menilai penampilan seseorang. Dengan menerima diri sendiri bahwa di dunia ini tidak ada manusia yang sempurna maka kita akan berhati-hati pula dalam berbicara dengan orang lain dan menghargai keadaan mereka ( hipweecominity.com, 2017).

Dari data di atas dapat diketahui bahwa terjadinya body shamming berasal dari diri kita sendiri. Dimana kita sering menilai diri kita dan membandingkannya dengan orang lain yang kita rasa lebih perfect atau lebih dianggap sempurna. Setiap perempuan, menilai bahwa cantik yaitu tubuh langsing atau kecil, putih, tinggi semampai dan memiliki berat badan yang ideal.

Dari situlah terkadang kita berusaha untuk memperbaiki diri kita menjadi sesuatu yang kita gambarkan. Padahal dengan menghalalkan segala cara dapat membuat kita stres dan membuat kita menjaga pola makan. Sehingga tanpa disadari kita akan mempunyai kelainan pada pola makan seperti bulmia atau anoreksia.

Dari kebiasaan menilai diri sendiri, tanpa disadari kita juga terbiasa menilai penampilan orang lain disekitar kita dan merasa penampilan kita lebih baik. Terkadang kita sering mengungkapkan mengenai penampilan ataupun pada perubahan tubuh seseorang saat awal bertemu atau dengan teman lama yang sudah lama tidak bertemu.

Body shamming juga terkadang diungkapkan seseorang sebagai bahan bercandaan atau diungkapkan dengan maksud supaya orang tersebut menjaga pola hidup dan olahraganya. Namun dalam mengungkapkan hal tersebut, kita tidak sadar dengan situasi orang yang menerima body shamming.

Bisa jadi dia merasa hal tersebut sebagai hinaan pada dirinya bukan sebagai bahan candaan ataupun sebagai teguran untuk dia hidup sehat. Maka tidak dipungkiri, seseorang yang menerima tersebut sering dinilai suka baper (bawa perasaan) maupun emosian oleh pem-body shamming.

Seseorang yang mengalami body shamming tidak sedikit yang mengalami efek langsung pada psikologisnya. Biasanya orang ini akan menjadi rendah diri, dan merasa dirinya selalu kurang. Apapun yang dia pakai dia akan merasa jelek dan apapun yang akan dia makan dia akan berfikir berkali-kali untuk memakannya karena takut gemuk.

Selain merasa rendah diri dan merasa dirinya selalu kurang, seseorang yang medapatkan body shamming ini akan mengalami gangguan depresi yang jika berkepanjangan akan berakibat fatal bagi sang korban. Dengan jalan buntu sang korban akan memfikirkan segala cara untuk menghindari body shamming tersebut. Dan cara yang paling tidak manusiawi sang korban bisa mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.

Maka untuk menjaga hal tersebut, saat bertemu seseorang kita harus menjaga setiap kata yang akan kita ungkapkan kepadanya dan sebisa mungkin kita menjaga etika dalam berbicara dengan orang lain. Untuk mencegah agar kita tidak terbiasa menilai penampilan diri sendiri maupun orang lain, kita harus bersyukur atau menerima apa yang sang pencipta berikan.

Selain itu kita harus berusaha bersikap acuh tak acuh terhadap penampilan seseorang. Jika kita terbiasa menilai maka kita tidak akan bisa akan terlepas dari body shamming tersebut. Kini, pelaku body shamming bisa mendapatkan hukuman atas pelanggaran Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), Undang-Undang ITE dan Undang undang.

Pelaku akan mendapatkan sanksi atas pelanggaran undang-undang ITE (Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik) Pasal 45 ayat 1 dan Pasal 27 ayat 3, dapat diancam hukuman pidana 6 tahun jika menggunakan media sosial saat melakukan body shamming.

Jika melakukan body shamming secara verbal maka pelaku diberikan sanksi Pasal 310 KUHP denagn ancaman hukumannya 9 bulan. Jika (body shaming yang langsung ditujukan kepada korban) dilakukan secara tertulis dalam bentuk narasi, melalui media sosial, dikenakan Pasal 311 KUHP dengan hukuman 4 tahun.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis