Saya mengambil tema belajar menjadi terpelajar karena banyak merosotnya moralitas pelajar jadi perbincangan banyak orang. Tak hanya tawuran dan demo seks bebas pun terkadang juga dilakukan oleh para pelajar. Hal tersebut menjadikan pihak terkait setempat menjadi kalang kabut.
Menurut saya moralitas generasi muda serta pelajar harus memerlukan perhatian banyak pihak. Karena, merekalah kelak yang akan mengisi dan melanjutkan pembangunan kehidupan berbangsa dan bernegara. Meski sekarang moralitas para pemegang kekuasaan, boleh dikata, jeblok karena mereka menanam benih moral yang lebih buruk lagi bagi para penerus.
Namun, para pelajar sekarang telah demikian mudah kehilangan kesantunan,kekerasan,keramahan, dan penghargaan terhadap perbedaan. Menurut saya hal itu bisa terjadi karena mereka tidak bisa mengendalikan ego dan sikap cinta damai jarang dimiliki oleh mereka. Contohnya saja kekerasan yang sering timbul dari problem bawah sadar para pelajar. Berbagai bentuk perasaan kebencian, permusuhan, cemburu dan seterusnya. Selain itu ada pula masalah kebodohan, kemiskinan, dan keterbelakangan pembangunan. Entah karena mereka sempit nalar ataukah cara memposisikan diri mereka di dalam komunitasnya. Mungkin hal ini terjadi karena krisis makna telah bersemayam dalam diri mereka. Selanjutnya, ketika merasa diri mereka tak lagi bermakna,ego pun mengecil dan panik. Di situlah tindakan kekerasan berpotensi untuk dilakukan. Sumber tumbuhnya perilaku kekerasan bisa saja diakibatkan oleh faktor di luar diri kondisi kesenjangan ekonomi, faktor kebijakan ,direndahkannya martabat kemanusiaan, serta hilangnya sosok panutan serta perilaku telafdan menjadikan pelajar mudah frustasi. Rasa frustasi ini akan membawa bancana bagi negeri ini.
Jika dilihat dari dahulu, kita diwarisi kekayaan norma-norma kebudayaan, suguhan tentang makna cinta damai. Setidaknya makna cinta damai tersebut tertanam pada diri individu masing-masing. Secara sejarah kebudayaan bangsa Indonesia memiliki dasar cinta damai dan agama pun telah mengajarkan cinta damai. Jika kita bisa menyikapi keberagaman untuk dijadikan potensi untuk membangun kualitas diri menjadi yang lebih baik dan untuk memperkuat kebersamaan.
Jika boleh sedikit melirik ke negara Finlandia, disana banyak menjumpai pelajar yang menjaga sopan dan santun mereka bukan hanya mendapat materi tetapi mereka juga mendapatkan pendidikan moral, doa dan dukungan semangat buat upaya mereka yang luar biasa. Pernah saya membaca buku Timothy D.Walker, dalam buku terbarunya Teach Like Findland atau mengajar seperti finlandia, beliau menulis buku ini berdasarkan pengalamannya sendiri sebagai mantan guru yang mengajar sekolah dasar di Finlandia. Dan saya menemukan beberapa kesimpulan. Pertama, pendidikan di finlandia memperhatikan kesejahteraan, baik itu murid maupun guru. Yang kedua, pendidikan di Finlandia sangat menekankan pada mental dan moral bagi para pelajar. Maka dapat disimpulkan para pelajar di Finlandia banyak yang sukses karena pada diri mereka sudah ditanamkan moral, etika dan pendidikan yang terbaik bagi pelajar sejak dini.
Semua masalah yang terjadi pada anak-anak negeri ini bagaikan mata rantai yang saling berkaitan satu sama lain. Karenanya sebagai orang tua,guru dan pemerintah harus saling mendukung dalam hal pendidikan anak. Peran orang tua adalah menjadi pendidik anak yang utama.
Bagi mahasiswa seperti saya,menentukan suatu keadaan sebagai akar permasalahan sosial bukanlah sesuatu yang mudah, dan itu tidak gampang. Sebenarnya dari akar masalah tesebut dibutuhkan pengetahuan. Memang tugas utama pelajar adalah belajar, namun kegiatan sehari-hari seorang pelajar tidak hanya terbatas pada belajar saja, terkadang aktivitas harian kita juga berhubungan dengan orang lain yang sifatnya berbeda-beda. Hal itu akan membuat kita menyikapi keadaan sekitar. Belajar dari pelajar Finlandia, dalam hal ini saya lebih mengendalikan ego saya dan membiasakan menggunakan pengetahuan, etika dan moral yang baik terhadap orang lain sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman untuk hidup berbangsa dan bernegara.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.