Lelaki hebat pertama yang melantunkan suara adzan ketika aku lahir ke dunia. Lembut selembut makna yang tersirat sampai-sampai bapak menitihkan air mata kala itu. Aku tentu tidak melihatnya secara langsung, tapi aku tahu ini dari cerita bibi. Aku mendengarnya sambil membayangkan wajah bapak pada saat itu, meski tak terbayangkan.
Betapa harunya suasana di ruang persalinan waktu itu. Tidak terasa air mataku keluar saat bibi menceritakan semuanya denganku. Tunggu. Seketika aku langsung menghapus semua tangis yang membasahi pipi kala mengingat bahwa kenyataannya bapak tidak seromantis itu.
Bahkan sepenglihatanku bapak tidak pernah peduli dengan anak gadisnya. Paling-paling hanya marah saat aku tidak belajar padahal di sekolah sedang tidak akan ada ujian, malah bapak sering melarangku melakukan hal-hal yang aku sukai seperti menonton konser, membeli sepatu tren terbaru yang hampir semua anak perempuan pasti punya pada zaman itu.
Membuatku terkadang kesal kenapa ini itu selalu dilarang kenapa ingin ini dan itu selalu dibatasi. Bapak tidak adil, kenapa bapak tidak seperti ibu. Yang selalu menuruti apapun keinginanku, walaupun ibu sedikit lebih banyak bicaranya dan banyak syaratnya. Tapi semua izin dari ibu itu terkadang percuma karena ibu pasti bilang
"Iya ndak papa, sana minta izin dulu sama bapakmu."
Uh! Betapa hancurnya aku kalau sudah seperti itu. Jika dipersentasekan mungkin hanya 20% dari 100% bapak meng iyakan permintaanku. Sedikit sekali, dan tentunya kadang membuatku menangis sendiri di kamar. Ibu yang awalnya sempat mengizinkan malah justru merayuku untuk tidak sedih kalau bapak sudah bilang "nggak".
Bahkan ketika anak-anak seusiaku bisa dapat dengan bebas bermain di hari minggu, justru tidak dengan aku. Bapak malah menyuruhku untuk membantu pekerjaannya di kebun setiap aku libur. Kadang aku berfikir dalam hati
"Bapak ini kenapa sih gak mau apa liat anaknya seneng, hari minggu yang lain pada main aku malah disuruh ini itu."
Itu cerita dulu, waktu aku kecil. sewaktu usia remaja masih labil-labil nya belum bisa membedakan mana yang baik dan buruk, mana yang membawa manfaat dan mana yang tidak berguna. Tau nya hanya semua keinginan harus dituruti. Sekarang aku sudah menginjak usia kepala dua, usia yang terbilang bukan remaja lagi, aku merantau jauh dari rumah. Berpisah sangat lama dengan bapak dan ibu.
Di sini aku bebas melakukan apapun yang aku mau dan membeli apapun yang aku suka tanpa perlu izin terlebih dahulu dengan mereka. Di sini aku mampu dengan bebas pergi kemanapun dan pulang selarut apapun tanpa perlu khawatir ada yang memarahi karena mereka tentunya tidak tau tapi aku tetap tau batasan.
Namun, semakin tidak ada yang melarangku justru saat ini aku semakin rindu kekhawatiran bapak yang dulu terlihat berlebihan. Ketika aku pergi, selalu ada missed called dari mereka pertanda bahwa aku harus segera pulang. Sekarang aku sadar bahwa ada yang mengkhawatirkan itu menyenangkan.
Semakin hari aku sadar bahwa kekangan yang dulu bapak berikan semua adalah demi kebaikanku semata. Bukan maksud karena tidak sayang tetapi justru di situ cara bapak peduli terhadap aku.
Betapa bapak tidak ingin anak gadisnya tumbuh menjadi anak yang nakal dan tidak tahu aturan.
Betapa bapak ingin aku selalu baik-baik saja.
Jika mengingat semua kemarahanku pada bapak dulu rasanya malu sekali ingin aku mengulang semua hal indah yang bapak berikan waktu aku masih kecil.
Terimakasih dan maaf, Pak. Karena anak gadismu baru menyadari bahwa bapaklah satu-satunya lelaki yang tidak pernah menyakiti aku selama-lamanya. Walaupun perhatian yang bapak berikan sangat dingin walaupun cara bapak mengungkapkan kasih sayang sangat jauh dari kata peduli. Tetapi aku bersyukur masih dapat melihat bapak sehat sampai detik ini, setidaknya ketika aku pulang aku masih dapat membantu meringankan pekerjaan bapak.
Pak panjang umur ya, di sini anakmu sedang berjuang membahagia kan bapak dan ibuk agar nantinya bapak bisa beristirahat di sisa usia bapak. Terimakasih telah mendidik anak gadismu ini dengan cara yang berbeda.
Sekarang aku mengerti semua nya pak. akan aku jadikan bekal di hidupku semua pelajaran dan nasihat yang bapak berikan.
Sekali lagi terima kasih Pak, aku janji tidak akan membuat bapak kecewa.
Dari Putri Kecilmu yang Dulu
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”