Ebola juga diketahui sebagai Ebola hemorrhagic fever yang mana penyakit ini sangat langka tetapi mematikan yang disebabkan oleh salah satu spesies virus Ebola. Ebola bisa menyebabkan penyakit pada manusia dan primata (gorilla dan simpanse). Para peneliti percaya bahwa pasien yang pertama kali terinfeksi pernah melakukan kontak dengan seekor hewan yang terinfeksi pula seperti kelelawar buah dan primata.
Beberapa waktu lalu beredar berita dari media-media online dan video amatir mengenai masuknya orangutan ke pemukiman warga di salah satu desa, kabupaten Kutai Kartanegara, provinsi Kalimantan Timur. Bagi sebagian orang fenomena ini merupakan hal yang biasa karena sudah sering terjadi di beberapa wilayah Kalimantan, namun bagi seorang dokter hewan hal ini seharusnya justru menggelitik tentang sesuatu yang ada dibaliknya.
Betapa tidak, pada tahun 2012 sebuah jurnal penelitian International yang berjudul “Serological Evidence of Ebola Virus Infection in Indonesian Orangutans” yang diteliti oleh Chairul A. Nidom, dan kawan-kawan mengemukkan bahwa penelitian tersebut dilakukan terhadap 355 orangutan yang sehat kemudian dilakukan pengambilan serum darah dan dilakukan pemeriksaan menggunakan metode ELISA. Hasil penelitian menunjukkan 18,4 % sampel yang diteliti seropositif EBOV ( Virus Ebola ) dan 1,7 % seropositif MARV. Selain hasil penelitian tersebut, hal mengejutkan lainnya dikemukaan oleh Nidom (Republika, 2014) bahwa 20 % virus tersebut seperti virus Ebola di Afrika.
Berdasarkan hal itu, fenomena masuknya orangutan tentu menjadi tanda tanya tersendiri bagi kalangan dokter hewan, “Apakah orangutan tersebut membawa virus ebola”, “Mengapa warga tanpa takut mendekati orangutan tersebut?”, “Tidak sampaikah informasi mengenai Ebola kepada warga tersebut?”. Menurut berita yang diterbitkan oleh Republika (2014), peneliti mengungkapkan bahwa penelitian lanjutan mengenai orangutan ini dilarang oleh pemerintah melalui kementrian kehutanan karena melanggar undang-undang dengan alasan orangutan merupakan hewan yang dilindungi.
Tidak ada yang salah antara pemerintah dan peneliti dalam hal ini. Kedua belah pihak menginginkan yang terbaik dari masing-masing pemikiran, pemerintah sebagai pemangku kebijakan dan peneliti sebagai ilmuwan yang ingin membuktikan kebenaran. Komunikasi yang baik diantara kedua belah pihak menjadi kunci terjalinnya kerja sama yang baik agar tercapai tujuan bersama. Jangan saling meninggikan ego tapi saling bertukar pikiran untuk mendapatkan jalan yang terbaik dalam masalah ini agar Indonesia selalu aman dari Virus Ebola yang mematikan ini.
Seperti yang kita ketahui, Virus Ebola merupakan virus yang mematikan dan telah memakan banyak korban jiwa di Afrika. Memang Afrika sangat jauh dari Asia, namun hal ini tidak menutup kemungkinan penyebaran virus tersebut hingga sampai ke Indonesia melalui lalu lintas masyarakat yang berpergian ke luar negeri dan kembali ke Indonesia. Cara penularan Virus Ebola ini adalah melalui kontak langsungdari secret orangutan yang terinfeksi Virus Ebola (penularan virus secara inhalasi/aerosol) sangat memungkinkan bagi penyebaran virus tersebut.
Ebola sangat erat hubungannya dengan konsep One Health One World, dimana konsep One Health adalah mencegah penyakit infeksi di Indonesia. Ebola adalah salah satu penyakit zoonosis yang ditularkan dari hewan (kera) ke manusia yang saat ini menjadi isu kesehatan global. Oleh karena itu peran dari berbagai pihak sangat menentukan pencegahan maupun pengendalian Virus Ebola di Indonesia.
Salah satu tindakan pencegahan yang dapat dilakukanyaitu melakukan surveillance Virus Ebola pada orangutan di Indonesia seperti halnya yang telah dilakukan oleh penelitian sebelumnyauntuk mendeteksi ada atau tidaknya antibody terhadap Virus Ebola. Dalam konsep One Health One World, membawahi beberapa ilmu yaitu ilmu kedokteran, kesehatan masyarakat dan kedokteran hewan.
Peran pemerintah juga sangat menetukan dalam pencegahan Virus Ebola di Indonesia karena pengambil kebijakan adalah pihak pemerintah yang berwenang. Jangan sampai Virus Ebola sudah menyebar luas di Indonesia lalu baru ada tindakan dari pihak pemerintah yang berwenang seperti kasus Flu Burung H9N2 yang sudah memberikan dampak kerugian yang cukup besar lalu pemerintah baru mengambil tindakan. Hal seperti ini jangan sampai terulang lagi di masa yang akan datang.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”