Batas
Semua perihal diciptakan sebagai batas
Membelah sesuatu dari sesuatu yang lain
Hari ini membelah membatasi besok dan kemarin
Besok batas hari ini dan lusa jalan-jalan memisahkan deretan toko dan perpustakaan kota, bilik penjara, dan kantor wali kota, juga rumahku dan seluruh tempat di mana pernah ada kita
Bandara dan udara memisahkan New York dan Jakarta
Resah di dadamu dan rahasia yang menanti di jantung puisi dipisahkan kata begitu pula rindu.
Antara pulau dan seorang petualang yang gila
Seperti penjahat dan kebaikan di halang ruang dan undang-undang
Seorang ayah membelah anak dari ibunya dan sebaliknya
Atau senyummu dinding di antara aku dan ketidakwarasan
Persis segelas kopi tanpa gula pejamkan mimpi dari tidur
Apa kabar hari ini? Lihat tanda tanya itu jurang antara kebodohan dan keinginanku memilikimu sekali lagi
AISHA SHAIDRA 2 Mei 2016,
Hey apa kabarmu ? Sudah nonton film AADC ? Ku harap sudah, Manis ya ? Cinta Rangga … Ah, mereka bukanlah aku dan kamu, bodohnya aku berimajinasi bahwa cintamu untukku seperti cintanya Rangga ke Cinta… Imajinasi itu perlahan ku patahkan dengan egoismeku, dengan realita yang ada, dan dengan fikiran negatif.
Iya, ingin kupatahkan sepatah patahnya… Aku, tak ingin lagi berbuat gila hanya karena berharap cintamu masih milikku. Aku kamu dan cinta kita, tumbuh manis di seragam yang kita kenakan. Dari biru hingga luntur jadi abu, cinta kita bersemi menjadi bunga nan indah.
Aku ? Jangan tanya seberapa bahagianya aku dulu, tak ada yang rumit bagiku, semua kuceritakan kepadamu sampai dengan hal terkecil sekalipun seperti aku yang lupa pakai deodoran misalnya hehe . Kamu tau hal yang paling membahagiakan ketika mentari terbit dan terbenam ? Hal itu adalah di mana aku melihatmu, melihat senyummu serta gigi ginsul yang sebenarnya agak aneh itu, tapi mungkin karena cinta itu semua jadi manis.
Aku ? Kembali dengan lampu templok dan secarik kertas, menulis semua kesedihan menumpukan semua aksara ditemani derai air mata. Entah sudah berapa purnama yang aku habiskan untuk mengharapkanmu kembali. Dulu batas antara kita hanyalah soal mentari tenggelam, dan ketika terbit aku kembali bisa sepuasku melihat senyum serta canda tawamu.
Namun kini, batasku sudah tak sama lagi, kamu mendatangkan seseorang, seorang wanita cantik, seolah sengaja menyadarkanku dari mimpi, menjatuhkanku sekali lagi, menghancurkan harapku. Jangan tanya harap yang mana, ia adalah harap yang kubisikkan oleh bumi dan berseru di langit. Sebuah harap yang kukais-kais dari setiap serpihan janji janjimu dulu. Iya, harapku tentang kamu yang bisa jadi seperti Rangga.
Mimpi hanya mimpi, benar benar mimpi yang kucipta sendiri dan kini harus kuhancurkan sendiri. Ini rumit, namun harus… Untukmu, gadis sesudah aku. Jagalah senyumnya tetap ada di sana, di wajah lugu yang dulu pertama kali ku lihat. Ingatkan dia untuk makan sesuai jadwal seharusnya, ia suka lupa akan hal itu mungkin karena terlalu asyik dengan tugas tugasnya itu. Oh iya, jangan kaget jika handphonemu berdering setiap 2 detik, ia memang begitu.
Jika ingin pergi bilanglah agar ia tak mencarimu seperti halnya dulu, ia memenuhi seluruh notif handphoneku. Ia takkan kuat jika kau marah lama padanya, hehe jangan ajak dia makan telur ia alergi itu …. Oh iya, satu lagi jangan pulang larut malam ia tak diizinkan untuk itu.
Aku titip ya, ia laki laki hebat. Aku menunggu undangan darimu. Tenang saja cinta kami hanya cinta yang bersemi di seragam, dan kini cinta itupun telah gugur bersamaan dengan waktu… Aku ? Bukan Cinta …
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”
Mbak, ini salah satu tulisan bagus yang pernah saya baca.
Mungkin karena ada sedikit persamaan makna, mungkin juga karena rangkaian kata-kata.
Tetap semangat berkarya ya
Tulisannya bagus sekali mbak. Tulisan ini bisa hidup dalam otak pembaca walau dengan kalimat-kalimat yang sederhana.
Halo, saya tahu tautan ini dari seorang teman. Mau meluruskan puisi di atas karya Aan Mansyur loh, saya menuliskannya saat meliput ybs membacakan karyanya. Jadi saya menulis berita saat Aan membacakan karyanya. Jangan sampai ada salah pandang kalau puisi Batas ini karya saya. Terima kasih 🙂