Mengunjungi Inggris, bagi penggemar olahraga sepakbola, ibarat mengunjungi Tanah Suci. Di negara tersebut, bersemayam klub-klub sepakbola yang tak hanya memiliki sejarah panjang yang patut dibanggakan, tetapi juga basis penggemar fanatik yang tersebar di seluruh dunia.
Klub-klub sepakbola di Inggris tak hanya jago bertanding di lapangan rumput hingga mendominasi kompetisi Liga Champions dan Liga Eropa. Manajemen klub juga piawai mengemas stadion markas tempat berlatih mereka menjadi tempat yang menarik dikunjungi. Bangunan stadion yang megah dibuat semakin bagus dan nyaman untuk para penggemar yang ingin berkunjung. Ibarat tempat ziarah.
Pada 22-25 Februari 2018 lalu, saya berkesempatan mengunjungi London, Inggris, dalam rangka tugas kerja. Di sela-sela agenda terkait pekerjaan yang cukup padat, saya mendapatkan satu hari off yang dapat dimanfaatkan untuk berkeliling kota. Tentu saja, stadion menjadi salah satu tempat yang saya kunjungi.
Dengan waktu terbatas dan itinerary yang berbeda-beda di antara lima orang dalam rombongan, kami menyepakati dua stadion yang dikunjungi. Emirates Stadion di utara London dan Stamford Bridge di barat London menjadi tempat kami meninggalkan jejak, selain sejumlah tempat turistik yang menjadi ikon London lainnya seperti Istana Buckingham, Covent Garden dan London Eye.
Di stadion Emirates, teman saya yang bahkan alamat emailnya pun mencantumkan kata “arsenal” tampak luar biasa gembira. Di suhu minus 1 derajat Celcius kala itu, dia nekat melepas jaket demi bisa menunjukkan kaos jersey Arsenal yang dibawanya dari Jakarta. Para petugas penjaga stadion yang berjaket rapat hanya bisa geleng-geleng kepala ketika teman saya menjawab “my heart is warm” saat diingatkan untuk tidak lupa memakai jaket karena cuaca sangat dingin.
Ekstase itu tidak berhenti bahkan ketika kami semua sudah keluar dari area stadion. Si “my heart is warm” masih tetap memakai kaos andalannya saat berpose di depan stadion sembari mengibarkan bendera yang dibelinya dari toko oleh-oleh di dalam kompleks stadion Emirates. Tentu saja sambil menggigil kedinginan. Hehehe…
Stadion kedua yang berhasil kami kunjungi adalah Stamford Bridge, kandang Chelsea. Kami datang ke stadion pagi-pagi sekali dalam perjalanan menuju ke bandara Heathrow, saat hendak kembali ke Indonesia. Pukul 06.30 ketika kami sampai di sana, stadion belum dibuka pastinya. Untungnya, Pak Satpam di depan stadion paham bahwa kami pengunjung dari Indonesia yang memiliki kesempatan langka untuk berziarah ke klub-klub bola kesayangan di London, sehingga beliau mengizinkan kami masuk ke area bagian luar stadion.
Di tengah cuaca minus 2 derajat Celcius dan suasana yang masih gelap, kami menyusuri semacam gang kecil yang menjadi pintu masuk menuju stadion. The Shed Wall, mereka menyebutnya. Di lorong itu, terpampang poster kaca yang menampilkan foto dan profil para pemain Chelsea. Kunjungan minimalis super singkat itu pun harus kami akhiri dalam waktu tak lebih dari 20 menit karena kami harus segera menuju bandara.
Bagi saya yang biasanya hanya melihat klub-klub sepakbola Inggris bertanding di layar kaca, mengunjungi kandang mereka secara nyata merupakan pengalaman berbeda yang sangat menarik. Mengutip kalimat teman saya, itu adalah sebuah kunjungan yang menghangatkan hati.
Ada banyak sekali stadion impian di Inggris yang masih berada dalam bucket list. Stadion Old Traffod kandang Manchester United, Anfield kandang Liverpool, dan Etihad Stadium kandang Manchester City, merupakan tiga dari sejumlah stadion di Inggris yang ingin saya kunjungi suatu saat nanti. Mudah-mudahan dengan alokasi waktu yang lebih leluasa sehingga bisa lebih puas mengeksplorasi suasana yang tersaji secara nyata di depan mata. Semoga pula, ketika kesempatan itu datang, saya dapat membawa serta suami yang merupakan penikmat pertandingan sepakbola.
Berkunjung ke Inggris, selain bisa diisi dengan agenda wisata sejarah di tempat-tempat turistik, juga bisa dihabiskan dengan berkunjung ke stadion klub-klub sepakbola. Tidak menyebut diri sebagai penggemar fanatik klub sepakbola manapun, saya justru bisa menikmati atmosfer berbeda di setiap stadion.
Di Inggris, sepakbola memang menjadi salah satu hiburan utama warga. Lia Juliana Setiawan Kay, pemandu wisata yang menemani perjalanan saya selama di London, seorang warga negara Indonesia yang telah 19 tahun terakhir tinggal di negara Ratu Elizabeth tersebut, menceritakan bahwa pada akhir pekan, stadion sepakbola hampir mirip seperti taman bermain. Para orangtua tidak ragu membawa serta anak-anaknya untuk menonton pertandingan di stadion, tanpa khawatir terjadi insiden di lapangan dan luar lapangan yang berisiko membahayakan mereka.
Pun, masih menurut Lia, ketika ada pertandingan sepakbola berskala besar sekalipun, suasana di stadion masih sangat aman untuk anak-anak. Semua sistem tertata dengan baik sehingga membuat para penonton merasa nyaman dan aman. Mudah-mudahan stadion di Indonesia segera berbenah agar membuat para penonton merasa nyaman menonton pertandingan secara langsung di pinggir lapangan. Karena sepakbola adalah perayaan!
#AyoKeUK #WTGB #OMGB
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”