Halo teman-teman! Perkenalkan, namaku Maria. Aku berasal dari Semarang. Saat ini, aku sedang menempuh studi di salah satu kampus di Kota Salatiga. Di kota ini, aku memiliki teman-teman yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Dengan adanya keberagaman tersebut, aku bisa mengenal dan belajar tentang kebudayaan berbagai daerah.
Sedikit cerita deh. Hehehe. Sejak kecil, aku dibesarkan dalam keluarga Jawa. Orang tuaku berdarah Jawa sehingga aku terbiasa menggunakan bahasa Jawa ketika berkomunikasi dengan bapak dan ibu. Menurutku, bahasa Jawa itu gampang dan sulit. Wah, wah, bagaimana nih? Okelah, aku cerita ya!
Bahasa Jawa itu memiliki tiga tingkatan, yaitu Bahasa Jawa Ngoko, Bahasa Jawa Krama Madya, dan Bahasa Jawa Krama Alus. Bahasa Jawa Ngoko itu digunakan ketika berkomunikasi dengan seseorang yang sebaya dengan kita. Nah, kalau Bahasa Jawa Krama Madya digunakan ketika berkomunikasi dengan seseorang yang belum kita kenal. Terakhir, bahasa Jawa Krama Inggil digunakan ketika berkomunikasi dengan orang yang lebih tua. Setiap tingkatan tersebut memiliki keragaman kosa kata.
Berkaitan dengan hal di atas, penggunaan bahasa Jawa sesuai tingkatannya ternyata memiliki pesan yang dalam. Penggunaan bahasa Jawa yang tepat mengajarkan kita untuk menghormati dan menghargai orang lain. Semakin tinggi tingkat bahasa Jawa yang kita gunakan terhadap sesama, semakin menandakan bahwa kita memiliki sikap menghargai sesama.
Dalam hidup sehari-hari, aku menggunakan bahasa Jawa Ngoko ketika berkomunikasi dengan teman-temanku. Ketika bertemu dengan kakak sepupuku, aku menggunakan bahasa Jawa Krama Madya. Namun, ketika berbicara dengan orang tuaku atau tante dan om, aku menggunakan bahasa Jawa Krama Inggil. Teman-teman pasti penasarankan, bagaimana percakapan dalam bahasa Jawa? Yuk, simak contoh berikut ya!
Mi, arep ning ngendi? pitakone Ayu.
(Mi, mau kemana? tanya Ayu.)
Aku arep lunga menyang pasar, jawabane Narmi.
(Aku akan pergi ke pasar, jawab Narmi.)
Contoh di atas adalah pengunaan bahasa Jawa Ngoko. Dari percakapan di atas, terlihat ada 2 tokoh, yakni Ayu dan Narmi. Mereka berusia sebaya, sehingga bahasa Jawa yang digunakan adalah bahasa Jawa Ngoko.
Melalui contoh di atas, sebenarnya bahasa Jawa sifatnya sederhana dan kompleks. Meskipun demikian, bahasa Jawa mudah untuk dipelajari. Awalnya, aku mengalami kesulitan menggunakan bahasa Jawa ketika berkomunikasi. Namun, aku belajar dari orang tuaku dan teman-temanku. Aku mencoba untuk berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa sesuai dengan tingkatannya. Selain itu, aku juga mendengarkan lagu-lagu berbahasa Jawa dan menonton film-film berbahasa Jawa. Lama kelamaan, aku menjadi terbiasa.
Dari pengalaman tersebut, aku menjadi bangga dengan budaya daerahku sendiri. Aku bangga sebagai orang Indonesia. Aku juga bangga sebagai orang yang lahir dan dibesarkan dalam budaya Jawa. Sesuai dengan pepatah leluhur, "Wong Jawa aja kelangan Jawane." Artinya, orang Jawa jangan kehilangan ‘Jawa-nya’. Melalui penggunaan bahasa Jawa, kita dapat berperan sebagai agen untuk melestarikan bahasa Jawa. Jadi, jangan lupa lestarikan bahasa Jawa ya!
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”