Karena Kamu itu Cukup. Tak Perlu Menjadi Orang Lain Hanya Demi Memenuhi Ekspektasi Mereka

you are enough


"Eh liat deh.. dia tuh cantik banget ya! Pakai baju bagus, mukanya glowing banget, badannya proporsional. Udah kayak selebgram-selebgram!" 

Advertisement

"Dia itu sebenernya cantik, tapi coba kalau dia kurusan dikit!"

"Kamu itu lho…coba deh kalo makan tuh banyakan dikit. Itu badan kamu banget. Kayak orang kurang gizi! Coba deh badannya agak berisi dikit pasti tambah cantik!"

"Kamu itu sebenernya cantik, tapi sayang muka kamu itu lho jerawatan! Perawatan dong biar cantik!" 


Advertisement

Sering nggak sih kita mendengar orang berkomentar atau berpendapat kaya gitu ketika melihat penampilan seseorang? Atau jangan-jangan kita sendiri pernah berkomentar kaya gitu ke teman, sahabat, atau ke orang-orang yang kita lihat atau temui. Atau mungkin SoHip malah pernah mengalami di posisi yang sama? 

Saat ini banyak orang berlomba-lomba menjadi cantik. Mengikuti standar cantik yang diberikan oleh sosial atau masyarakat. Terlebih lagi mengikuti standar cantik yang ada di media sosial. Standar kecantikan yang ada di masyarakat memang telah menjadi isu yang banyak diperbincangkan, jauh sebelum adanya media sosial. Cantik itu ya punya tubuh ramping, hidung mancung, mata berbinar, wajah yang glowing, kulit putih, berpakaian yang selalu mengikuti trend, sehingga masyarakat memiliki persepsi bahwa wanita atau perempuan bisa dikatakan cantik jika memenuhi standar-standar tersebut.

Advertisement

Dengan pelan tapi pasti, konsep kulit putih, badan langsing, rambut hitam dan lurus, serta wajah yang mulus menjadi impian bagi banyak perempuan.Sayangnya, gambaran ideal dari berbagai hal tersebut lambat laun justru menjadi momok yang membuat perempuan rela melakukan apapun untuk menjadi sempurna. Ditambah lagi, komentar-komentar miring orang lain yang bahkan tidak dikenal, seringkali membuat kita menjadi down dan tidak percaya diri.

Banyak perempuan Indonesia memiliki banyak ketakutan, mulai dari merasa tidak cantik karena ucapan atau komentar orang lain, atau merasa kondisi fisik tidak sesuai standar cantik yang diciptakan masyarakat, sehingga akhirnya mereka sulit untuk bisa mencintai diri sendiri. Apalagi saat ini ada istilah baru yang muncul seperti beauty privilige di mana seseorang yang secara sosial dianggap lebih cakep, cantik, atau ganteng memiliki posisi atau ruang yang lebih di masyarakat.

Padahal perempuan itu sangat berperan untuk membawa perubahan melalui energi positifnya, tapi apa jadinya jika sebagian besar perempuan saat ini banyak yang  merasa tidak cantik dan tidak percaya diri.  Tidak dapat dipungkiri bahwa standar kecantikan bertambah dengan adanya pengaruh dari perkembangan teknologi digital, terutama media sosial. Pada era ini, standar kecantikan seolah ikut ditentukan oleh perkembangan dan pendapat yang ada di media sosial atau komentar dari warganet di Twitter, Facebook, dan Instagram.

Ini adalah kondisi ketika opini publik menjadi demikian penting. Eksistensi menjadi tujuan utama seseorang mempercantik diri. Perkembangan digital membuat orang ingin memamerkan kecantikan mereka di media sosial demi mendapatkan likes dan komentar yang baik dan diakui eksistensinya.

Padahal kita tahu bahwa, perkembangan teknologi dengan cepatnya bisa berubah, begitupun dengan opini publik. Tidak menutup kemungkinan juga standar kecantikan yang saat ini ada juga mengalami perubahan dengan cepat. Lantas, apakah kita akan selalu mengikuti trend atau standar kecantikan yang berlaku di masyarakat atau social media dengan kriteria cantik yang tadi disebutkan? Dan bagi yang merasa tidak sesuai dengan standar kecantikan yang berlaku apakah akan terus menerus merasa tidak percaya diri dan selalu merasa tidak cantik?

Jika kita mau berpikir dan mengkritisi standar cantik tersebut, indicator yang dinilai hanya terbatas pada hal fisik saja. Padahal kecantikan tidak hanya bertumpu pada kecantikan fisik saja akan tetapi ada kepribadian indah yang juga memainkan peranan penting pada definisi “wanita cantik”. Begitu sempit dan tidak manusiawinya jika standar cantik hanya kita lihat dari aspek fisik, padahal kita tahu bahwa kecantikan fisik akan memudar seiring dengan bertambahnya usia.

Untukmu yang merasa tidak percaya diri, merasa tidak cantik, merasa tidak memiliki ruang untuk berkarya dan berkembang, karena berpikir tidak sesuai dengan standar cantik yang ada di masyarakat, cobalah untuk berpikir ulang dan merenungkannya.

Kita semua memiliki kepribadian yang unik dengan kelebihannya masing-masing. Tuhan telah menitipkan diri kita dengan bentuk yang paling sempurna dan sebaik-baiknya. Sadarilah bahwa, cantik itu tidak hanya terbatas pada fisik, akan tetapi juga pada besarnya peran dan kontribusi yang kita berikan, banyaknya kemampuan atau skill yang kita miliki, kecerdasan yang ada pada diri kita, memiliki kepribadian yang jujur dan hati yang tulus.

Cantik itu tidak hanya terbatas memiliki tubuh ramping atau perut tidak bergelambir, akan tetapi cantik itu berani punya mimpi dan ambisi tapi juga punya kemurahan hati dan empati. Cantik itu bukan pula untuk diperlombakan hanya untuk mendapatkan jumlah followers dan like yang banyak di Instagram. Akan tetapi cantik itu dari hati dan pribadi.

Kecantikan fisik hanya akan mendapat perhatian dari mata akan tetapi kecantikan pribadi akan mendapatkan perhatian dari hati. Because beauty is not in the face, but beauty is a light in the heart. Percayalah bahwa kamu cantik, dengan apa yang kamu miliki. Teruslah perbaiki pribadimu, belajarlah dan tambah ilmumu, jagalah setiap tutur katamu, dan jadilah cantik tak hanya di wajahmu. Karena cantik itu tidak melulu soal kulit putih dan tubuh langsing, tapi tentang kerendahan hati dan bagaimana ia bisa menjaga diri.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

" Menulis untuk mengekspresikan, bukan untuk membuat terkesan."

Editor

Not that millennial in digital era.