Kita tentunya sudah sangat familiar dengan istIlah, bagi seorang anak, tiada yang lebih menakutkan selain hanya PR matematika, tapi bagi seorang wanita dewasa, bahkan baju kusut di hari pertama bekerja adalah sebuah masalah besar. Masa dewasa menjadikan kita lebih memahami bahwa ada begitu banyak nilai dan standar berkehidupan yang harus kita ikuti bila ingin survive. Bertolak belakang dengan masa kecil kita yang hanya berputar pada soalan PR matematika atau nilai ulangan yang jeblok.
Seorang wanita dewasa akan mulai memikul begitu banyak tanggung jawab. Dia bukan lagi makhluk yang sering dimaafkan keteledorannya hanya dengan istilah “Yah namanya juga anak-anak”. Menjadi seorang wanita berarti menjadi manusia-manusia dewasa yang siap sedia menanggung konsekuensi dari apapun yang dikerjakan. Wanita harus siap menghadapi aneka konflik, baik itu untuk urusan hati, karir ataupun persahabatan.
Kekuatan mental dan perasaan seorang wanita bisa sekuat saat ini ini hakikatnya adalah hasil dari pengamatan dan interaksi dengan ayahnya. Bagi seorang anak gadis, role model terbaik seorang lelaki adalah ayahnya. Bila Ia memiliki ayah yang memang betul-betul menjalankan fungsinya sebagai seorang ayah dan juga sebagai seorang lelaki, maka mungkin Ia akan memiliki standar yang istimewa untuk seorang lelaki sehingga tidak mudah untuk menerima siapapun yang mencoba menambatkan hati. Dibalik seorang wanita tangguh, ada ayah yang hebat dibelakangnya.
Di lain sisi, mungkin kita masih mengingat, disaat kita membuat rumah berantakan, Ibu akan mendidik dengan omelan panjang khasnya, sementara Ayah, kadang memilih menghemat kata dan memberikan sebuah nasehat simple tapi sangat mengena di hati. Ayah secara tidak langsung mengajarkan kita untuk tidak terlalu menghamburkan kata-kata disaat menghadapi situasi yang tidak sesuai dengan harapan.
Omelan ibu mengajarkan kita kritis, lugas dan tegas, dan dilain sisi, sikap ayah mengajarkan kita tenang dalam bersikap. Kelak di masa depan kita sudah memiliki opsi yang dahulu diperagakan oleh ayah dan ibu kita. Namun terkhusus bagi seorang wanita, belajar banyak dari ayahnya akan menjadikan Ia lebih tahan banting dan nggak drama.
Ayah mengajarkan sebuah bentuk kekokohan layaknya karang. Ayah akan selalu memberikan kita teladan bahwa di setiap masalah yang dihadapi, bersikap tenang, berkata sederhana dan terukur adalah sebuah jalan yang baik.
Seorang anak gadis tentunya juga akan sering menghadapi konflik dengan ayahnya yang kadang sangat selektif dan bahkan otoritatif terhadap putrinya apabila berbicara soalan cinta dan perasaan. Seorang ayah tahu betul bahwa para lelaki di luar sana belum tentu sebaik apa yang dipikirkan oleh putrinya. Ayah tahu betul sulitnya berproses menjadi seorang lelaki yang bertanggung jawab dan bisa dipercaya. Maka apabila seorang anak gadis menemukan ayahnya yang sangat protektif, hal ini akan dianggap sangat membosankan dan bikin jenuh.
Namun seiring berjalannya waktu, saat ia beranjak dewasa, terlebih bila telah melalui berbagai macam pengkhianatan, Ia akan sangat paham, bahwa memang, akan sangat sulit menemukan lelaki sebaik ayahnya. Ia akan memahami, bahwa cinta sejatinya bukanlah Ia yang setengah mati dicintai lalu mengkhianati dan pergi sesuka hati. Lelaki terbaiknya adalah yang menanti di rumah di tengah umurnya yang semakin sedikit, dialah ayah.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”