Sang mentari mulai beranjak pergi, dengan sinar yang khas berwarna orange kemerah-merahan membuatku tak mampu melewatkannya walau itu hanya sebentar. Dengan kuasa yang mahakuasa, mentari hadir dengan begitu indah. Siapa sangka semua yang melihatnya akan terpesona pada keindahannya?Â
Waktu yang beranjak malam, lampu-lampu cantik mulai menyala menghiasi jalanan perdesaan. Alunan musik akustik menambah suasana menjadi tenang, seolah-olah alunan tersebut datang membawa kebahagiaan dan mengusir kesedihan yang ada. Sangatlah beruntung jika kita dapat melihatnya dan seketika kebahagian datang yang membuat senyuman manis di wajah penikmatnya.
Di kala itu bertepatan sang senja datang, aku ingin berkata sepatah kata yang mungkin dapat mewakilkan hatiku padamu waktu itu, "aku tidak akan menuntut, walau sebenarnya aku inginkan itu."
Ya, itulah sepatah kata yang aku maksud. Aneh, bukan? Tapi di balik keanehan itu, mengandung berjuta-juta arti bagiku. Dengan dibasahi air mata yang mengalir membasahi pipi dengan ditemani hembusan angin yang semilir, kuungkapkan dengan setulus hati. Aku tidak akan menuntutmu menjadi seperti apa yang aku mau.
Bagaikan bulan di malam hari yang menginginkan kehadiran sang bintang. Kau yang selalu mencari alasan setiap kali aku ajak bertemu. Kini tak ada lagi tempat bersandar, tak ada tempat berkeluh kesah dan tak ada lagi tempat tuk sekadar berbagi cerita. Semanjak kau berkenalan dengannya, sirna sudah semua yang pernah ada.
Kau pernah berjanji kepadaku akan selalu ada di sampingku, berusaha menjadi tempat tenyaman untukku, tempat untuk bersandar dan berkeluh kesah. Berawal dari pertemuan singkatmu dengan dia menjadi awal pertemuan malam petaka bagiku. Kau memilih banyak menghabiskan waktu bersama dia dibandingkan dengan aku. Walaupun begitu, aku tidak akan menuntutmu untuk di sampingku, menjadi seseorang yang seperti kau ucapkan walaupun sebenarnya aku inginkan itu.
Di bawah pohon rindang, dikelilingi rumput-rumput yang bergoyang dengan indah tak mau ketinggalan pula sang makhluk kecil berbaris rapi bersemangat membawa hasil buruannya, semua menjadi saksi pertemuan kita pertama kali dengan suasana yang menegangkan dan perlahan-lahan menimbulkan percikan api-api kecil dalam hati.
Hati ini merasa sakit dan tak mampu menahan air mata yang perlahan mengalir ketika kau memutuskan untuk menarik janji yang pernah diucapkan. Kau yang selalu berada di sampingku bagai surat dan perangko dan seolah-olah hanya tinggal kenangan saja. Janji-janji itu pun kini telah ku titipkan kepada angin agar dibawa terbang jauh sampai ke ujung negeri dan tak akan pernah kembali lagi. Biarkan kenangan manis yang tersimpan di dalam jiwa yang tak pernah sirna di ingatanku. Dan kini biarkan sang senja yang menjadi tempat ternyaman untuk diriku. Terima kasih wahai dirimu sudah sempat mampir dan menjadi tempat ternyamanku.
Â
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”