Puisi 1: Kapan Sunyi Ini Berakhir
Terbangun di pagi hari, menyaksikan diriku di dalam cermin air matamu. Mencemaskan gemas, mengkhawatirkan getir. Saat lampu mulai padam, mata kian menghitam. Tanpamu, aku seorang pejalan tanpa arah tempuh
Nelayan tanpa laut
Atau, peselancar yang takut hanyut
Pada langkah memulai pergi, aku merupa gigil tanpa tungku api. Cahaya bulan penuh dengan awan. Nyanyian sumbang dari bilik-bilik peti mati
Di rumah tempatmu berteduh. Pangeran itu menancapkan belati. Dada kiriku nyeri. Lumpuh seketika, terbuang sia-sia
Nyanyian jangkrik mengiringi kesendirian. Bersama dinding kusam, kususun kalimat-kalimat dari diksi penyesalan. Kusematkan namamu di antara jeda. Sebelum kalimat penuh luka sayat
Impian dihancurkan sebuah pinangan. Harapan dimusnakan jerit tangisan. Saling menyalahkan, saling tuduh siapa dalang di balik semua kenangan. Pintu dirapatkan, tubuh direntangkan
…….
Puisi 2: Selamat Jalan
Selamat jalan luka, aku kini tenang dalam ketiadaan. Tak lagi merasakan sayatan kepedihan. Aku berada di tempat abadi, sebuah tempat yang tak seorang pun bisa menemukanku. Kecuali untukmu, kau bisa menemukanku pada ingatanmu
Selamat jalan luka, aku telah tidur untuk waktu yang panjang, taburan bunga darimu telah membuat tidurku lebih dari nyenyak. Tak perlu menyesali yang terjadi, aku pergi untuk membahagiakan diriku sendiri
Selamat jalan luka, tenanglah kau dengannya, aku telah mampu tersenyum dalam ketiadaan, tidak lagi berada di kenyataan. Sosok lain telah hidup di sampingku sosok yang tak lagi berwujud aku
Selamat jalan luka, doa-doa baik telah kukirimkan untukmu, untuk kebahagiaanmu. Anggaplah itu pelukan dariku, seorang yang akhirnya gagal dalam menjaga dirimu dari pedih-perih dunia ini
Selamat jalan luka, kini kau bebas mengibaskan rambut basahmu, melemparkan senyummu dan canda tawa, pada seorang yang akhirnya berhasil membuatmu jatuh cinta
Selamat jalan luka, aku tersenyum kembali untuk diriku sendiri, ketika semua orang pergi meninggalkanku seorang diri. Dalam kesunyian, dalam kegelapan abadi
Selamat jalan kebahagiaan, aku telah terbebas dari kepungan senyuman, dari semua derai tangis dan dari semua hal yang pernah membuatku merasa ada di dunia
Selamat jalan kebahagiaan, aku akhirnya tak lagi bisa menyaksikan senyum tulus-ikhlas manusia. Senyuman yang tak lagi mewakilkan kepura-puraan. Senyuman yang tak lagi mewakilkan kepedihan
Selamat jalan, aku akhirnya bersemayam dalam kebisuan, dalam tatap kosong seorang, yang akhirnya merasakan, sangat kehilangan
Bergurau dengan harapan, menawar takdir
Lalu bertanya pada pemilik semesta
Kapan, sunyi ini berakhir?
​​​​
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”