Suara Kegelisahan dan Elit Penguasa
Aspirasi semakin dipersempit dan perdebatan elit tak kunjung usai.
Siapa memaki siapa dibelakangnya, dialah yang akan pertaruhkan segalanya.
Elit politik bermain kartu, siapa yang kemudian menang?
Tak satupun berujung pada kami, pemegang kekuasaan dan kedaulatan sebenarnya.
Kami inginkan kesejahteraan, tapi tak mampu melawan hirarki kekuasaan.
Kami telah rela mengorbankan sepuluh tahun dan bijaksana menerima.
Walaupun kami tahu siapa yang bertopeng dan bagaimana ketidakadilan terjadi.
Ini semua kami lakukan karena tak ingin pertumpahan darah terus mengalir.
Kami jelas menuntut perubahan dan menolak untuk menunggu lebih lama lagi.
Kami tak butuh lima belas tahun untuk terpuruk, tak pula butuh janji yang kian lama kian tak terlihat.Â
Ataupun sosok yang membelenggu bak superhero fantasi. Itu semua khayalan.
Kembalikan kedaulatan dan kebebasan kami, karena kami berhak untuk sejahtera.
Membangun negeri yang damai dan adil. Demokrasi akan kami junjung.
Kritisasi sampai habis dan tolak untuk menunggu berapapun masanya.
Kedaulatan ada ditangan kami bukan penguasa elit yang sok unjuk gigi dan
berbondong bondong suarakan kesejahteraan tapi tak pernah berkaca.
Hanya omong kosong dan bualan, mereka yang bodoh mengikuti tak punya nurani.
Kami berhak mengadili bagi siapa yang melakukan kejahatan dan ketidakadilan pada negeri ini.
Pemimpin bertanggungjawab atas kehidupan dua ratus juta rakyat.
Janganlah kalian berdalih, kami tidaklah bodoh apalagi dungu.
Tapi kami hendak melawan jika ada wacana ketidakadilan.
Semoga kami bisa wujudkan cita cita layaknya negeri Nusantara.
Kembali utuh, damai, tegak dan sejahtera.
Kami percaya pemimpin adil akan datang
Negeri Nusantara akan bangkit dibawah naungan sang laskar.Â
Â
Â
Ketika Dunia Beradu Tanduk, Dimanakah Kita Turut Berpijak?
Ketika dunia sedang beradu tanduk, dimanakah kita turut berpijak?
Melawan hirarki atau berbaris dibawah komando mafia?
Siapa yang menjadi hakim perdamaian? Kita tak pernah tahu.
Keadilan dan Hak Asasi Manusia justru semakin terinjak.
Majelis perdamaian sudah lama tidak terdengar.
Polisi dengan nama perdamaian terus mendominasi.
Menunjukkan siapa melawan siapa? Dia akan habis terbakar.
Seperti Hirosima dan Nagasaki.
Bumi ini separuh dalam kehangusan.
Penguasa barat melawan penguasa timur.
Ketika dibelahan bumi utara terus menurus menjadi medan perang.
Ratusan jiwa suarakan perdamaian dan keadilan.
Kehilangan harta dan sanak saudara seperti meminum darah dikala kekeringan.
Perang penguasa yang inginkan kekuasaan terus lancarkan taktiknya.
Lalu dimanakah kita berada? Kita hanya terkurung melihatnya.
Mencaci dan berteriak yang sama saja tidak terdengar.
Separuh dunia setiap hari terus menerus hangus.
Ketika langit langit mulai menampakkan asap pekatnya, kita hanya terdiam.
Dunia ini sedang tidak baik baik saja, dan kita harus siap dengan segala sesuatunya.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”