Kata mahasiswa sangat sering dikaitkan dengan julukannya sebagai agen perubahan. Tak luput bagi setiap mahasiswa kedokteran atau calon dokter yang sangat dinantikan untuk membuat perubahan di bidang kesehatan. Untuk membuat sebuah perubahan, tentu mahasiswa kedokteran harus menempuh pendidikan yang tidak biasa.
Pendidikan yang dirancang menyesuaikan kebutuhan yang ada dalam masyarakat dan perkembangan global. Pendidikan bagi calon dokter ini menempuh berbagai tahap perjalanan. Perjalanan ini dimulai dari masa pra-klinik atau pendidikan perkuliahan selama tujuh semester hingga meraih gelar sarjana kedokteran. Calon dokter selanjutnya harus menempuh masa pendidikan koas selama satu setengah tahun untuk dapat meraih gelar dokter umum. Setelah itu, pendidikan seorang dokter dilanjutkan dengan masa pengabdian di rumah sakit pemerintah yang dikenal sebagai internship selama satu tahun.
Terfokus di masa pra-klinik, banyak tahapan yang akan dilalui calon dokter sehingga dibutuhkan kekuatan yang besar untuk menghadapinya. Mahasiswa kedokteran akan belajar tentang teori, keterampilan, penelitian, dan pengabdian di bidang kesehatan. Selain itu, karakter seorang dokter mulai dibentuk ketika memasuki masa pra-klinik. Dalam masa ini, mental calon dokter akan dibentuk dengan sistem perkuliahan, yakni melalui kuliah umum, diskusi, sistematika praktikum, dan berbagai ujian kompetensi dan keterampilan. Tahapan yang akan dilalui mahasiswa kedokteran tentu membutuhkan kekuatan yang besar untuk menghadapinya. Di masa ini penanaman karakter dan penguatan mental sangat dibutuhkan.
Mahasiswa kedokteran selalu mendapat nasihat untuk mencari kesalahan sebanyak-banyaknya saat masa ini karena masih dapat diperbaiki selama bimbingan. Hal ini dilakukan agar pendidikan di masa klinik dan praktik di masyarakat dapat meminimalisasi kesalahan. Penanaman nilai-nilai karakter yang ditanamkan dalam masa ini dapat diambil dari nilai-nilai budaya lokal setempat. Penanaman nilai karakter ini dapat membimbing mahasiswa calon dokter untuk dapat bertahan menghadapi pendidikan pra-kliniknya dan selain membentuk pribadi dokter yang sesuai dengan lingkungan masyarakat. Pembentukan karakter yang sesuai dengan lingkungan masyarakat juga memudahkan dalam beradaptasi dan bersosialisasi ketika masa klinik dan praktik nanti.
Salah satu nilai lokal yang dapat diambil sebagai wujud pembentukan karakter adalah watak satriya. Nilai ini dipilih karena penulis telah menerapkan sikap ini dari awal mula memasuki masa pendidikan pra-klinik hingga dapat bertahan sampai saat ini. Watak satriya merupakan sebuah nilai lokal yang diciptakan oleh Pangeran Mangkubumi dan berperan dalam membangun keistimewaan Yogyakarta dari awal berdirinya hingga kini. Meskipun watak satriya ini merupakan nilai lokal, tetapi memiliki makna yang bersifat universal. Watak satriya memiliki empat komponen karakter utama, yakni nyawiji, greget, sengguh, dan ora mingkuh.
Pertama, sikap nyawiji memiliki arti sikap menyatukan semua unsur lahir dan batin, seperti pikiran dan hati untuk memiliki sebuah tekad. Dengan menyatunya kedua unsur tersebut terbangunlah sebuah niat pengabdian yang tulus. rasa empati, saling menhormati, dan tumbuh sifat kejujuran dalam diri. Adanya niat pengabdian yang tulus akan memperkokoh pendirian kita untuk bertahan menjadi seorang dokter. Tajamnya empati dan saling menghormati antarsesama calon dokter dapat saling menguatkan untuk bertahan dalam masa pendidikan. Seorang dokter juga harus jujur dengan mencerminkan keselarasan antara sesuatu yang dipikirkan, diucapkan, dan dilakukan. Dengan sikap tersebut tercipta rasa kepercayaan di antara calon dokter. Dengan terciptanya kepercayaan maka akan menghilangkan rasa curiga dan memicu konflik pertemanan di lingkungan pendidikan. Memiliki sikap jujur juga akan menghindarkan diri dari pelanggaran ketidakjujuran yang pada akhirnya akan berujung pada hukuman yang dapat menyita waktu istirahat mahasiswa.
Kedua, sikap greget memiliki arti semangat dan totalitas dalam pekerjaan. Seorang calon dokter diharapkan dapat melaksanakan tugas yang diamanahkan kepadanya secara maksimal dan penuh dengan semangat. Sikap semangat yang dijaga terus membara akan mendukung calon dokter untuk terus maju. Selain itu, semangat dan totalitas dalam mengerjakan setiap pekerjaan juga menghindarkan mahasiswa dari berbagai revisi. Dengan totalitas dalam segala pekerjaan yang dilakukan juga dapat memberikan nilai yang baik pada capaian kompetensi calon dokter. Hal terpenting dari sikap totalitas adalah penerapannya dalam pembelajaran keterampilan, mulai dari tahap anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang, seorang calon dokter harus melakukannya dengan mengerahkan seluruh kompetensi yang dimilikinya. Sikap greget yang dilakukan oleh calon dokter ini bertujuan untuk menunjang keberhasilan dalam proses pengobatan pasien nantinya.
Ketiga, sikap sengguh memiliki arti kepercayaan diri yang penuh kerendahan hati. Calon dokter meyakinkan dalam hatinya bahwa dirinya mampu. Selain itu, seorang calon dokter akan terhindar dari rasa putus asa yang mengakibatkan mundur dalam menghadapi suatu permasalahan. Seorang calon dokter juga akan percaya bahwa dirinya setara dengan teman sejawatnya. Sikap ini memunculkan rasa pantang menyerah dalam menjalani pendidikan kedokteran yang panjang. Akan tetapi, kepercayaan diri yang dimiliki tentu tidak boleh disertai dengan kesombongan.
Kepercayaan diri yang baik adalah yang dibarengi dengan kerendahan hati. Kerendahan hati akan menciptakan kerukunan antar teman sejawat sehingga muncul rasa kebersamaan yang saling menguatkan. Di masa klinik dan praktik kepercayaan diri dengan kerendahan hati diperlukan ketika berhadapan dengan pasien. Kepercayaan diri seorang dokter akan membantu dalam menjalin komunikasi yang baik dengan pasien, sedangkan pasien akan merasa dihormati karena sikap rendah hati dari dokter tersebut.
Terakhir, sikap ora mingkuh yang berarti tidak lari dari tantangan. Tidak lari dari tantangan bermakna sebagai sebuah sikap tanggung jawab seseorang. Sikap ini diperlukan seorang calon dokter karena di setiap fase pra-klinik banyak problematika yang akan dihadapi. Bagi seorang mahasiswa calon dokter banyak tantangan yang akan dihadapi, baik berupa masa orientasi, uji kompetensi pengetahuan, keterampilan, penelitian, serta pengabdian masyarakat. Dengan memiliki rasa tanggung jawab, seorang calon dokter menghadapi segala problematika dengan penuh keberanian. Keberanian dan komitmen sebagai mahasiswa kedokteran harus dijalankan dengan penuh rasa tanggung jawab hingga menuntaskan pendidikan dan terjun ke masyarakat.
Keempat hal ini cukup penting untuk dilakukan oleh mahasiswa kedokteran karena menunjang dalam proses pendidikan dan masa pengabdian dalam masyarakat. Dengan sikap-sikap yang terbangun ini, mahasiswa kedokteran dapat menyelaraskan antara diri, teman sejawat, serta lingkungan masyarakat. Nilai-nilai ini dapat diperdalam melalui masa orientasi terbimbing, organisasi mahasiswa, pembekalan mata kuliah, laboratorium keterampilan, maupun pelatihan yang dilakukan oleh sebuah instansi. Dengan menerapkan sikap-sikap tersebut akan membentuk karakter calon dokter sebagai pembawa perubahan baru di bidang kesehatan yang kuat terhadap tahapan pendidikannya yang panjang dan berbagai problematika di dunia kesehatan yang ada.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”