Tepat 5 tahun lalu aku dan masa tunggu.
Kau kembali dan pergi di bulan Juli ini saat dia cinta aku dan aku cinta kamu.
Bukan cincin jari manis, tapi restu dan waktu.
Sudah cukup, aku hanya bisa sampai Juli ini saja. Untuk Agustus dan seterusnya biar Yang Maha Kasih yang bicara. Sudah cukup, namaku kau sebut dengan cinta padahal jari manis itu melambangkan cintanya padamu.
Bagaimana bisa aku mengkahwatirkan yang bukan milikku?
Seperti saat pikiranku mempertimbangkannya dan jiwaku masih peduli saja.
Aku menjaganya agar tak disakiti tetapi sebenarnya aku menyakiti diriku sendiri.
Masih kah tulusmu berkata iya?
Saat dia menaklukkan tundukannya, dan saat dia mengadu pada seorang kasih yang selalu memujamu layaknya ibu?
Aku yang salah semua serba kaprah, menginginkanmu kembali memang susah.
Separuh ibadahmu sudah kau lakukan.
Kau memintaku untuk menarik tali 5 tahun lalu.
Kau ulur, lalu kau kaitkan tali itu pada cincin di jari manisnya.
Aku yang kalah, dia yang tersedu.
Bagaimana bukti itu bisa kau tarik kembali sedangkan aku di sini sudah berada di titik parah.
Sudahlah, wanitamu itu, dia pemakai tali ibadahmu di jari manisnya.
Aku, 5 tahunmu yang lalu.
Dia berwindu-windu mu yang selalu merindumu.
Aku sudah iklhas sakitku yang tersedu akan waras. Sudah cukup jangan kembali untuk sakit yang berkali-kali.
Aku sebagai yang bukan untukmu menyisakan mulut penuh kata yang aku adakan saat menghadap Tuhan.
Jangan kembali saat aku sudah tidak bisa adakan kata itu sebab aku mungkin menyisakannya untuk takdir Tuhan yang lain. Orang yang merindumu sudah menjadi sebagian dari takdirmu, jangan kau berulah lagi.
Cukup aku dan senduku yang pernah menghiasi separuh ibadahmu.
Pergi saja, aku tak akan menunggumu kembali bahkan menangis tersedu,
sekarang aku tak akan sudi lagi
Bahagia itu hanya soal cara pandang.
Mengikhlaskan apapun yang telah ditakdirkan, karena ini satu-satunya cara supaya tetap waras dalam menjalani hidup (desianiyudha).
Aku tak akan menyalahkan Tuhan, menerima kenyataan yang tak sesuai harapan, bagaimana bisa aku ikhlaskan? Jangakan matahari terbenam, bahkan bulan akan indah jika memang sudah waktunya.
Aku berusaha menghilangkan yang tak pernah tahu kapan akan selayaknya.
Terima kasih ku tidak untukmu, untuk ibumu, dan wanitamu, serta Tuhan Maha kasih dia menempatkan bukan di atas bahuku tapi wanita windu-windumu yang selalu menarik tali yang kau ulur untuk yang lain (seperti aku).
Tepat 5 tahun lalu dan masa tunggu aku mencintaimu.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”