Kukira, komunikasi yang kurang di antara kita adalah penyebabnya. Terkadang pesan chat dariku hanya berakhir tanda centang dua darimu. Atau kencan yang rutin kita lakukan kerap kau batalkan dengan berbagai alasan. Mungkin kamu sedang sibuk, mungkin kamu sedang tidak ingin diganggu, atau mungkin kamu butuh waktu sendiri. Aku mengaggapnya seperti itu, meski ternyata permasalahan ini tidak sesederhana adanya.
Hingga suatu kali, waktu mempertemukan kita saat tanganmu berada di genggaman seseorang. Saat kamu tertawa riang dengan percakapan ringan yang sekilas bisa kudengarkan. Saat ia memelukmu dan kamu terlihat senang akan hal itu. Kedekatan kalian begitu intens layaknya pasangan kekasih. Terlalu familiar hingga membuatku kembali teringat akan kenangan-kenangan di antara kita.
Aku terbiasa memulai percakapan di pagi hari, lalu kamu menyambutnya dengan hangat hingga membuatku riang untuk mengawali hari yang panjang. Ditengah kesibukan, kamu datang sebagai penghilang penat dengan senyummu yang menyegarkan. Lalu menjelang malam, kita tak pernah terlambat untuk saling bertukar kabar, saling mengucapkan salam sebagai penghantar tidur yang menenangkan.
Semua ini terlalu manis hingga membuatku mengira kita adalah sepasang kekasih yang sempurna untuk terus bersama. Namun nyatanya, aku lupa bahwa terlalu manis bisa membuat lidahku merasakan kepahitan.
Kini aku mempertanyakan banyak hal. Bagaimana bisa kau melakukan hal ini kepadaku? Kau anggap apa hubungan kita, apakah aku tak lagi memenuhi keinginanmu, dan setumpuk pertanyaaan lainnya yang entah kenapa tiba-tiba membuat dadaku sesak tak karuan. Aku dibutakan oleh kesempurnaan hubungan kita, aku diterbangkan oleh harapan-harapan manis tentang kita, aku telah terbuai oleh hal-hal indah yang tanpa kusadari ada jurang curam di dalamnya.
Meski menyesakkan, kuucapkan selamat berbahagia untukmu. Selamat telah membuatku runtuh tanpa rasa bersalah, selamat telah meninggalkanku sendirian dengan kekecewaan, selamat telah berhasil menghempaskanku dengan angan semu yang pernah kau tawarkan.
Meski aku bertanya-tanya apakah dia yang kau genggam sekarang adalah seseorang yang lebih baik dalam memberimu bahagia, namun aku berharap kamu langgeng bersamanya. Terimakasih telah memberikanku luka dengan sengaja, ku doakan dirimu bahagia meski aku sendiri tidak baik-baik saja. Perkara patah hati biar ku urus sendiri sembari mengenang kebersamaan yang pernah terjalin dihari kemaren.
Aku memang tak ahli dalam hal melupakan, tapi perpisahan di antara kita akan ku ikhlaskan secara perlahan.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”