Sahabat merupakan salah satu orang yang paling dekat dengan kita. Sahabat merupakan tempat ternyaman untuk berbagi cerita, mencari solusi bersama ketika masalah datang menghampiri kita, bercanda tawa riang gembira dan juga tempat untuk berbagi keluh kesah bersama. Ketika sang bumi mulai tertutup oleh sang awan hitam seolah-olah kau datang bagai mentari yang menyinari bumi sekaligus mengusir sang awan hitam.
Begitu juga ketika terik panasnya mentari yang menerangi bumi dengan sinarnya, tak sengaja titik-titik air berjatuhan dari atas langit yang membasahi bumi, seketika sang pelangi datang membawa keanugrahan dan menambah keindahan alam yang tiada duanya.
Kehadiranmu sungguh menjadi pelengkap dalam menjalani hidup ini. Hampa terasa tanpa kehadiranmu dimuka bumi ini bagaikan sang itik yang sendirian sedang mencari induknya ditengah malam yang gelap gulita. Kita selalu melewati hari bersama-sama penuh canda tawa dengan kenangan manis yang kita buat setiap jam, menit maupun perdetiknya sekaligus. Ketika mulai terdengar suara manja Burpp…burpp…burpp yang berasal dari perut, satu piring berdua selalu menjadi andalan kita disaat tiada uang.
Tapi, apa jadinya jika orang yang kita percayai itu menggores luka dihati kita ? sahabat yang diam-diam dibelakang kita menebarkan hal-hal yang seharusnya tidak boleh diketahui oleh orang lain dan sahabat yang diam-diam melontarkan kata yang bersifat menjatuhkan kita di depan orang lain. Sungguh teriris-iris hati ini untuk mendengar dan seakan-akan tak mampu lagi otak ini untuk memahami semua itu. Apakah semua perbuatan itu semua dilakukannya dengan unsur ketidaksengajaan atau malah justru sebaliknya? Dan apakah masih pantas kita bilang dengan sebutan “sahabat”?.
Bagaimanapun kelakuan yang diperbuat itu sengaja maupun tidak sengaja dan bagaimanapun sifatnya dia tetaplah sahabat dan tak pernah sesekali diriku mempunyai niat untuk beranjak pergi meninggalkannya seorang diri dengan hati yang sepi. Dia yang selalu ada disampingku, ketika hati ini seperti perahu kayu yang dihantam dengan kerasnya oleh sang ombak yang menjadikan perahu tersebut hancur berkeping-keping. Dia yang selalu menemaniku disaat sang rupiah tidak ada lagi di dalam saku ini. Kamu akan tetap menjadi sahabatku walau terkadang hati ini menahan perihnya luka.
Jauh dari lubuk hati ini aku sangat merasa bahagia bisa bertemu dan mempunyai seorang sahabat, aku juga menyadari bahwa manusia tidak ada yang sempurna semua apa yang sudah menjadi pilihan juga harus menerima semua resiko baik dan buruknya. Biarkan aku menanggung seorang diri rasa sakit ini karena sudah menjadi keputusanku untuk menjadikan kamu sahabat maka mau tidak mau juga harus menerima semua resiko yang ada.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”