Waktunya Move On dari Patah Harapan dengan Filosofi Kintsugi

Sesuatu yang sudah patah memang tak bisa kembali seperti semula, tetapi ia bisa menjadi hal lain yang lebih indah.

Manusia dan dinamika kehidupannya selalu menarik untuk dibahas karena dari situlah kita mengerti bahwa kita tak hidup sendirian. Kita bisa membaca dan berkaca dari kehidupan orang lain. Perasaan dan permasalahan yang sedang kita hadapi mungkin pernah juga mereka alami. Bahagia dan sedih datangnya silih berganti.

Advertisement

Namun, ada kalanya juga kita alpha. Kita lupa untuk menikmati momen yang hadir saat ini. Ketika bahagia kita tidak menikmati rasa bahagia itu, kita takut nanti sedih akan berganti menyapa. Ketika sedih kita terlalu meratapi dan lupa bahwa kita bisa memiliih untuk tetap bahagia. 

Terlebih lagi saat dipatahkan oleh harapan, kita merasa diri kita tak ada nilainya, perjuangan kita sia-sia, kita merasa tidak pantas untuk mendapat kebahagiaan. Sebaik-baiknya rencana yang telah dibuat, tidak akan ada yang mampu menghindarkan kita dari perasaan kecewa dan sedih. Jika perasaan sedih dan kecewa sedang kita rasakan bukan selalu berarti ada yang salah dalam diri kita atau dari apa yang sudah kita lakukan.

Tetapi memang fase itulah yang harus kita hadapi, yang akan membentuk kita menjadi lebih bijaksana. Pernah mendengar istilah 'hati yang terlanjur patah tak akan bisa kembali lagi'  ? Apakah benar sesuatu yang sudah patah tidak akan terlihat utuh dan indah lagi ?  

Advertisement

Soal patah dan keindahan, mari kita belajar dari filosofi Kintsugi. 

Cerita tentang Kintsugi mucul di abad ke 15, seorang militer Jepang, Shogun Ashikaga Yoshimasa, secara tidak sengaja menjatuhkan cangkir teh favoritnya yang mahal. Yoshimasa pun mengirimkan cangkir tersebut ke China untuk diperbaiki. Tapi setelah diperbaiki di China, ternyata hanya distaples dengan plat besi. Yoshimasa pun kecewa karena cangkirnya tak lagi terlihat indah.

Advertisement

Kesal dengan servis garansinya, Yoshimasa meminta seniman terbaik di Jepang untuk menyambung kembali cangkirnya dengan sesuatu yang lebih indah, bagaimana pun caranya. Si seniman Jepang ini pun meleburkan emas untuk menyatukan pecahan cangkir tersebut. Hasilnya, cangkir kesayangan Yoshimasa terlihat lebih indah dibanding aslinya. Yoshimasa sangat puas! Cangkir kesayangannya berubah menjadi sebuah karya seni yang bernilai.

Seni Kintsugi akhirnya menjadi populer dengan membuat barang pecah belah menjadi indah, lebih indah dari sebelumnya. Banyak yang sengaja menghancurkan tembikarnya untuk dibuat menjadi kintsugi.

Dari Kintsugi tersebut kita bisa mengambil filosofi untuk kita terapkan dalam kehidupan. Cangkir yang indah itu ibarat kehidupan yang kita inginkan, tetapi ketika akhirnya cangkir itu jatuh, itu adalah diluar kendali kita,kita tak bisa memaksa keadaan sesuai dengan yang kita inginkan. Kemudian ketika akhirnya cangkir itu pecah. Itu sama halnya dengan perasaan kita ketika dijatuhkan oleh harapan. Tentu kita akan kecewa, kita akan sedih dan hancur.

Tetapi kita punya pilihan untuk menyambung kembali apa yang telah hancur itu, dengan sesuatu yang lebih bernilai. Sama halnya cangkir yang telah pecah kemudian disambung dengan serpihan emas. Tak hanya bisa utuh kembali tetapi memiliki nilai seni yang lebih tinggi.

Mungkin saat ini kita sedang merasa hancur dan patah. Entah karena mimpi yang belum bisa terwujud, karena dikecewakan seseorang, atau karena hal lain. Apapun itu alasannya, percayalah tak ada yang sia-sia. Kita punya pilihan untuk menyambung kembali apa yang sudah terlanjur patah.

Merangkul kembali segala bentuk ketidaksempurnaan. Kita masih bisa mencari hal lain yang bisa menambah nilai diri kita  Menambah keindahan kita sebagai manusia. Menjadi manusia yang lebih utuh. Utuh tanpa menghapus jejak ketidaksempurnaan, utuh karena mampu merangkul ketidaksempurnaan, utuh karena mampu menerima dan menambah nilai baru dalam kehidupan.

Selamat menjadi individu yang baru. 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

I graduated from Setia Budi University majoring in Pharmacy. My researches about nanoformulation I interest with creating content, reading, and writing. The kind of books that I love is about self-improvement or romantic novel. You can follow my instagram account @ajeng.wnd, I reviewed book on it. I love writing articles. Some of my article posted by Hipwee. I usually write about lifestyle or other random things, as I wish. I'm talkative person but I'm an introvert. Previously, I had a part-time job at a pharmacy in Solo as a pharmacist assistant when I was in college. During this period, I have learned so much about the values of teamwork and commitment, how to win, how to work hard, how to concentrate and focus on goals, and how to balance my time and priorities. Additional experience in other fields such as an internship in a hospital and public health centers can increase my value to your company. I enjoy thinking, learning and working. I can bear work pressure. I have a huge passion for the development of the pharmaceutical world.