Waktu Untuk Tidak Mengakhiri Hidup, Sebuah Salam Perpisahan yang Diinginkan~

Setiap pagi, saat terbangun dari tidur tak nyenyaknya, ia akan memandang ke arah jendela kamar beberapa saat sebelum memulai kembali rutinitas kesehariannya seperti biasa. Lalu disela-sela kegiatannya, ia akan menghela napas dengan tatapan kosong selama beberapa detik untuk kemudian kembali melanjutkan aktivitasnya tanpa gairah semangat, tidak seperti yang biasa dikatakan oleh para motivator dibeberapa acara yang ia hadiri dengan setengah hati.

Advertisement

Ia kira dengan datang ke acara, lalu mendengarkan nasihat-nasihat hidup, maka akan ada harapan sedikit saja bisa merubah hidupnya. Namun nyatanya tak ada hasil, sebab baginya saat menghadiri acara semacam itu, seakan seperti mendengar ilusi dongeng-dongeng indah yang tak akan ada dikehidupan nyata.

Ketika duduk diam mendengarkan, beberapa kali ia akan merasa tergerak untuk bangun dan menata semua hal dengan antusias seakan ia punya kesempatan besar. Namun setelah acara berakhir, ia akan kembali dihadapkan pada realita bahwa memimpikan sesuatu memang mudah, tetapi kenyataan akan menunjukkan bagaimana keadaan yang sebenarnya.


Obat pereda nyeri kepala, ucapnya pada apoteker.


Advertisement

Lalu beberapa hari kemudian ia memesan lagi, obat pereda nyeri perut.

Seminggu kemudian, ia kembali datang. Obat pereda demam.

Advertisement

Petugas Apoteker tak ingat bahwa tiga transaksi dalam jangka dua minggu itu ialah pembeli yang sama, yang secara random memesan obat yang berbeda setiap kali datang. Atau barangkali ingat tapi tak acuh karena merasa bukan urusannya untuk menanyakan lebih lanjut untuk apa dan siapa yang akan mengonsumsi obat-obat itu. Apoteker tersebut bahkan tak pernah sekalipun berpikiran yang jauh-jauh, seperti ada kemungkinan bahwa tiga jenis obat-obatan tersebut akan dikonsumi oleh satu orang yang sama diwaktu yang sama pula.

Di suatu malam, ia menggenggam tiga jenis obat yang akhir-akhir ini ia tatap dengan perasaan tak karuan. Di hadapannya sudah ada sebotol minuman bersoda yang ia beli kemarin lalu. Semakin ia memandang ke obat dan minuman soda tersebut secara bergantian, semakin ia kalut hingga terdengar suara bising ditelinga yang sangat menganggu. Kemudian, ia mengambil napas panjang dan menghembuskannya pelan-pelan, mencoba meredam bisikan-bisikan yang datang.

Ia memandang ke atas langit, gelap dan dinginnya malam membawanya pada kilasan-kilasan hari kemaren. Tentang bagaimana semua hal terjadi secara tiba-tiba, dan bagaimana dirinya yang kepayahan sehingga merasa tak mampu mengatasi semua itu. Perasaan takut, khawatir, lelah, sakit, amarah, putus asa, dan perasaan-perasaan lain yang saking banyaknya mengendap hingga yang tersisa hanyalah kehampaan dan kekosongan.

Obat-obatan tersebut hanyalah satu dari sekian banyak kesempatan yang menggiringnya untuk bebas dari semua hal. Ia pernah tergiur saat melihat benda tajam, ia juga pernah ada disebuah ketinggian lalu membayangkan seringan apa jika ia melayang ke bawah, bahkan ia pernah berharap bahwa didetik itu juga ia ingin mengakhiri semuanya.

Tapi kali ini berbeda, tanpa sengaja ia melihat sebuah secarik kertas yang terselip di plastik obat pereda demam. Ia buka lipatan kecil tersebut dan sepenggal kalimat yang tertulis disitu membuatnya tertegun. Dibacanya lagi pelan tanpa suara, semoga lekas sembuh, ya. Anehnya, ia teringat bagaimana senyuman tulus yang tercetak dari si apoteker saat memberikan obat tersebut kepadanya tempo hari. Mendadak setetes air mata keluar lalu disusul tangisan pilu yang sudah lama tidak pernah terdengar olehnya sendiri. Tidak seperti malam-malam sebelumnya, kali ini ia tidur dengan tangisan yang entah mengapa malah terasa melegakan.

Akhirnya ia tertidur dengan pipi yang basah dengan dengkuran halus yang menenangkan. Ia tidak pernah menduga bahwa obat-obatan yang ia beli dan ia kumpulkan akan berakhir ditempat sampah depan rumah. Lebih jauh lagi ia tak pernah berpikir tentang si apoteker yang terlihat masa bodoh itu, bahwa sebenarnya pernah mengalami fase hidup yang serupa dengannya.


Aku kira setiap orang yang pernah ingin mengakhiri hidup akan memahami bahwa kematian bukanlah penyelesaian dari keadaan.


Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Abadi meski berlalu.

Editor