Pernahkah saat melihat bayi atau anak kecil dijalan kalian refleks merasa gemas dan ingin mencubit pipinya? Atau hanya sekedar mengajaknya bermain cilukba atau hanya menyapa dengan melambaikan tangan? Sering kali ketika seseorang melihat bayi atau anak kecil yang ditemuinya dijalan saat ia hendak pergi ke suatu tempat, mereka refleks merasa gemas dan ingin mencubit, memeluk, atau bahkan menggigitnya, namun hal tersebut tidak benar-benar dilakukan. Menurut penelitian itu termasuk ke dalam cute aggresion loh.
Cute aggresion merupakan respon dari seseorang dan terjadi secara neurologis dan melibatkan beberapa bagian otak. Namun tidak perlu khawatir, cute aggresion bersifat normal dan bukan  sesuatu yang berkaitan dengan kekerasan atau kelainan pada kepribadian.
Penelitian dari University of California mendapatkan bahwasannya cute aggresion merupakan cara otak untuk menekan perasaan kita untuk merespon sesuatu secara berlebihan. Hal ini lah yang membantu membatasi emosi positif yang dialami seseorang ketika melihat bayi yang imut dan lucu agar tidak terlalu terbawa perasaan.Â
Penelitian juga menunjukan, walaupun respon terhadap bayi atau anak kecil ketika seseorang melihatnya ia ingin meremas atau menggigitnya, hal itu tidak benar-benar dilakukan secara kekerasan, namun justru sebaliknya, ia merasa memiliki minat rawat yang tinggi. Jadi, sebenarnya ketika ada objek yang terlihat sangat menggemaskan dan mungkin terlihat tidak berdaya atau lemah, sebenarnya dapat membantu mereka bertahan hidup karena orang rata-rata memiliki kecenderungan cute aggression.
Seorang peneliti neurosains bernama Oriana Aragón juga mengungkapkan cute aggression ini disebut-sebut sebagai contoh dari ekspresi dimorphous. Ekspresi dimorphous merupakan ekspresi emosi yang seseorang mengimplementasikannya secara kebalikan. Artinya, saat seseorang bersedih ia malah tertawa, atau saat ia senang ia malah menangis. Menurut Aragón, cute aggression adalah salah satu bentuk ekspresi dimorphous dikarenakan melihat objek yang menggemaskan kita merasa senang atau gemas namun diekspresikan dengan ungkapan yang agresif.Â
Pada tahun 2018 John Bargh pernah melakukan suatu penelitian untuk menemukan apakah penyebab terjadinya ekspresi dimorphous, Bargh menemukan bahwa sebenarnya ekspresi dimorphous muncul ketika pengalaman emosional terjadi, baik positif maupun negatif, muncul dengan sangat kuat dan ketidaksamaan antara emosi dan ekspresi dikaitkan dengan motivasi yang mendasari emosi tersebut untuk diekspresikan secara langsung. Misalnya seorang atlet sepak bola melakukan selebrasi dengan meninju udara atau menendang udara, ia melakukan itu bukan karena sedang marah atau kesal melainkan karena dirinya yang dipenuhi semangat dan ingin terus bergerak. Maka itu Aragón menyimpulkan bahwa cute aggression merupakan perwujudan keinginan individu untuk mendekat dan terlibat langsung dengan objek.
Jadi, apakah wajar mengalami cute aggression?
Berdasarkan paparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa cute aggression merupakan respons yang lazim atau wajar yang terjadi dan bahkan memiliki manfaat bagi diri kita. Namun menjadi tidak wajar atau tidak lazim ketika cute aggression dilakukan dengan tujuan untuk menyakiti atau membahayakan pihak lain secara sengaja.
Referensi: Aragón, O. R., Clark, M. S., Dyer, R. L., & Bargh, J. A. (2015). Dimorphous expressions of positive emotion: Displays of both care and aggression in response to cute stimuli.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”