Eligi Dua Hati, Satu yang Mendua :')

Bermula dari perbincangan penuh makna yang kita habiskan lebih dari separuh malam. Seolah bintang merestui, bulan menemani, waktu menjamu hangat, aku seperti telah masuk dalam ruang yang kau beri nama "hitam". Hitam-mu melarutkan sukma'ku yang lemah dan hampir padam. Kau bumbuhi kekosonganku dengan pengenalan-pengenalan rasa baru yang harumnya begitu tajam. Kau berhasil menghanyutkanku dengan cerita, puisi, melodi ditengah sinar lampu yang temaram. Tentram.

Advertisement


Begitulah sekiranya bagaimana cinta akhirnya datang memberi 'sapa' dan 'salam'.


Sederhana, singkat namun berat, ku rasa anugerah bernama "cinta" itu hadir memenuhi rongga-rongga dada. Energi itu menyengat kuat dan perlahan menetaskan butir-butir asa. Otak dan hati saling serasi menjadi pemacu lahirnya gurat-gurat kebahagiaan, terutama kala sekali saja bibir ini menyuarakan satu nama. Berkerubung kekaguman tanpa henti seolah ingin menutup rapat pintu masuk datangnya sebuah nestapa. Aku terbuai, melayang tertiup sejuknya angin pemompa rasa.


Lihatlah, betapa mudah aku terjajah.

Advertisement

Oleh kamu yang begitu mempesona.


Seperti halnya bulan yang membutuhkan pantulan sinar matahari untuk bercahaya, seperti itulah aku terlanjur memilihmu sebagai tempat bergantung. Sebagian ku-bilang ini salahmu, mudah mencairkan suasana membunuh canggung. Mencurahkan persoalan hati hingga mimpi yang sudah tak dapat lagi terhitung. Tak habis pembahasan-pembahasan renyah yang membuat perbincangan kita terus menyambung. Sehingga, aku tak kuasa menahan geliat hati untuk dapat bergabung.

Advertisement


Bingung,

Menyikapi suasana dan hati yang saling singgung..


Ditengah rasa dan asa yang merekah ruah, rupanya realita tak mau kalah, hadir dan andil mengambil posisi. Membangunkan aku dari mimpi yang diharamkan nyata terjadi. Menyibak ilusi-ilusi nakal pengendali naluri. Meretak-ratakan gumpalan harapan dari segala sisi. Aku tersingkir, terseret mundur dari wadah bertumpunya ambisi. Ya ambisi, ambisi untuk bersamamu lebih dekat lagi.


Ah, ternyata seperti ini rasanya berada dalam sebuah Eligi

Dipaksa pergi dari cinta yang bahkan belum sempat termiliki


Terpaku. Aku sepenuhnya lupa, ada cinta lain yang menguasaimu sejak dulu. Harus aku saksikan lembar demi lembar halaman buku perlahan hangus menjadi abu. Seketika pula, tersapu bersih pekarangan syahdu tempat dimana ku naungkan sejumlah lagu pengusir sendu. Namun kini, ragu menjamah, memutari dinding-dinding, merambat ruang dan menyebarkan pilu. Lelah aku, menerka rasamu yang masih sangat ambigu. Sementara diseberang sana,dengan penuh kelembutan, tangan itu kembali menyentuh matamu yang sayu.


Aku berjuang keras mengubur pandangan untuk cerita kita yang masih abu-abu.

Dan akhirnya, inilah epilog pengiris kalbu


Bak karam di laut boleh ditimba, karam di hati bilakah sudah. Mungkin garis tanganku tidak selaras dengan kamu yang terlalu indah. Bersama atau tidak bersama, rasa ini akan tetap ku anggap sebuah anugerah. Meskipun pada akhirnya semesta meminta agar aku menyerah. Untuk itu, ku mohon kembalilah kepada wanitamu, kemudian hilangkan semua rasa bersalah. Jangan pernah berfikir untuk berbalik arah. Biar tak mengapa, akan ku teguk sendiri bongkahan gundah. Dan biarkan waktu bertugas meretas amarah yang membuncah.


Dalam hitam malam, aku telah bersumpah

Aku tidak akan pernah menjadi penghalang untukmu pergi melangkah


Hilangkan aku, yang kehabisan cara untuk membencimu. Berjalanlah, jauhi dan lupakan aku. Sudah ku sematkan doa-doa yang takan henti mengucur tuk iringi langkahmu. Sementara aku akan tetap disini menemani rindu yang membeku. Maafkan bibir ini yang masih saja terus membisu. Terima kasih untuk setiap warna-warni kenangan itu. Sampai jumpa dilain waktu, dikehidupan lain yang ku tunggu.


Aku mencintaimu…


Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Saat matahari terbit, Aku bersembunyi.. Aku baru diperjalanan ketika senja mengantar matahari pulang keperaduan.. Diperbatasan menjelang petang, aku pelan-pelan datang.. Kemudian petang datang dan gelap membentang.. Disitulah baru aku berpendar.. Tak jarang aku datang bersama bintang dan meteor untuk sempurnakan sinar.. Akulah bulan- yang sedikit berubah menjadi wulan.. Membantumu memandang keindahan ditengah kegelapan.. Mengistirahatkan kilau yang bisa membuatmu silau.. Akulah bulan- yang memberikan kenyamanan dalam sepi... Waktu dimana kamu harus menepi.. Untuk sekedar bermimpi.. *Wulan*

16 Comments

  1. Wisata Halimun berkata:

    Ketika “Resah” nya payung teduh telah menjadi ukiran simponi, sesungguhnya Resah telah menjadi kompas gegap gempita nya keceriaan, itu terlihat dari ratusan pasang mata yang berbinar dan jiwa-jiwa yang menari di batas kelembutan dan damai.

  2. Wulan Anggraeini berkata:

    Aku ingin berdua denganmu
    Di antara daun gugur
    Aku ingin berdua denganmu
    Tapi aku hanya melihat keresahanmu

  3. Wulan Anggraeini watch Resah on youtube ! (Payung Teduh live on Kompas tv)

  4. Wulan Anggraeini berkata:

    Ade Zaenal Mutaqin im sorry, i missed it ????