Usaha Kecil-kecilan Ala Mahasiswa, Untuk Memenuhi Kebutuhan atau Sekadar Ikut Tren?

usaha mahasiswa

Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang adalah kecamatan dengan populasi mahasiswa yang sangat padat. Perekonomian di kecamatan ini lebih dari separuhnya ditopang oleh kehadiran para mahasiswa yang singgah untuk menuntut ilmu di institusi pendidikan tinggi yang tersedia di sana.

Advertisement

Bagi para mahasiswa perantau, tentu mereka akan dituntut untuk hidup mandiri dalam berbagai hal, salah satunya dalam bertahan di segi finansial. Maka tak jarang banyak dijumpai usaha kecil yang berdiri di tanah Jatinangor yang bermula dari kepala-kepala cerdas mahasiswa dalam melihat peluang dalam sebuah usaha.

Bermodal ruko berukuran mini, kursi meja sederhana dan kemampuan mengolah kue pancong membuat Lutfi (20) yang notabanenya masih mahasiswa, memantapkan langkahnya dalam berwirausaha kue pancong yang masih terdengar asing di tengah riuhnya Jatinangor ini.

Ia mengakui bahwa akhir akhir ini membuka sebuah usaha di kalangan mahasiswa sedang menjamur, namun usaha yang ia dirikan ini bukan sekadar ikut-ikutan saja.

Advertisement


“Alasan membuka usaha ini memang murni ingin belajar, untuk mendapatkan penghasilan sendiri, selain itu yang penting ingin memiliki pengalaman dan membangun relasi,” ujarnya.


Fenomena ‘ikut-ikutan’ berbisnis memang kerap terjadi dalam bidang usaha antarmahasiswa, ada yang berakhir dengan laris ada pula yang buntung akibat salah strategi dan hanya ingin ikut-ikutan saja.

Advertisement

Lutfi dan rekan-rekannya memanfaatkan kebiasaan mahasiswa yang gemar nongkrong untuk sekadar menghabiskan waktu, tentu saja ditemani makanan ringan yang ia tawarkan, kue pancong.

Bak gayung bersambut, pengusaha seperti Lutfi ini didukung penuh oleh Pemdaprov dan Camat Jatinangor. Mereka mengklaim mendukung sepenuhnya beragam usaha yang didirikan di Jatinangor, dan bukan tak mungkin bila nantinya akan difasilitasi layak untuk Usaha Kecil menengah (UKM) agar menggenjot perekonomian Jatinangor.

Adanya usaha yang didirikan para mahasiswa ini tak luput dari kebiasaan mahasiswa yang kerap kali menghabiskan waktu sepulang kuliah dengan nongkrong, entah hanya sekedar bercengkrama satu sama lain atau sembari mengerjakan tugas.

Hal ini diakui Zaidan (19) yang kerap kali menyambangi tempat nongkrong yang ada di Jatinangor.


“Tempat nongkrong di Jatinangor cukup memadai sih, apalagi banyak teman yang buka usaha juga. Jadi saling bantu aja,” ujarnya.


Zaidan juga beranggapan bahwa usaha kuliner di Jatinangor ini menawarkan harga yang terjangkau dibandingkan di kota-kota besar.

Pendapat yang sama juga dilontarkan Lutfi, ia mengaku walau persaingan antar usaha kadang bisa menjadi sengit, tetapi ia tetap optimis karena kue pancong yang menjadi andalannya dijual dengan harga terjangkau dan satu satunya di Jatinangor.


“Saya memilih bisnis pancong ini karena saya ingin memperkenalkan pancong di Jatinangor, karena memang belum ada yang menjual itu,” ungkap Lutfi.


Menjadi pengusaha selagi menjalani kewajiban sebagai mahasiswa memang diakuinya tidaklah mudah. Tetapi di lain sisi ia mengaku memang sangat terbantu dalam segi finansial dengan membangun usaha kue pancong andalannya ini.

Walaupun masih terhitung sederhana, Lutfi memang sudah menyusun strategi dengan matang dalam menjalani bisnis dengan rekannya. Salah satunya dengan mengandalkan kebiasaan mahasiswa yang gemar nongkrong untuk menghabiskan waktu, dan mengandalkan relasi yang ia miliki dalam pergaulan agar semakin banyak yang mampir dan menikmati apa yang disajikan di usaha yang ia miliki.

Keberadaan usaha usaha kecil yang diprakasai oleh mahasiswa yang singgah di Jatinangor ini secara tidak langsung memberikan kontribusi yang cukup baik dari segi perekonomian. Hal serupa juga disampaikan Pemkab Sumedang yang sedang fokus menjadikan Jatinangor sebagai pusat bisnis bagi usaha kecil menengah.

Sebagai buah dari pernyataan tersebut, Pemkab Sumedang pun akan memanfaatkan Jatinangor sebagai inkubator bisnis berskala kecil.

Benang merah dari fenomena bisnis yang dijalani mahasiswa ini adalah, adanya simbiosis mutualisme antara si penggemar nongkrong dan para pencari peluang usaha.

Mereka memenuhi hasrat para penggemar nongkrong dengan berlomba lomba menciptakan kuliner yang menarik perhatian, serta tak lupa suasana yang nyaman agar betah untuk berlama lama untuk menghabiskan waktu.

Perlu diperhatikan pula bahwa usaha usaha kecil yang dibangun para mahasiswa ini merupakan indikator bahwa bangsa ini memiliki generasi penerus yang cerdas dalam melihat sebuah peluang, bukan hanya sekadar ikut-ikutan saja.

Pemerintah memang sudah wajib untuk gencar mendukung para calon pencipta lapangan kerja ini, karena bukan tidak mungkin dengan hal kecil seperti ini dapat meningkatkan tingkat kesejahteraan baik dari segi finansial dan ekonomi.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

19 | Faculty of Communication Science, Unpad