Hari ini aku melepasmu dengan jutaan harapan yang pernah kita bangun saat masih saling mendampingi. Kamu tahu? Bahwa sikeras kepala ini akhirnya menyerah juga dalam pertarungan. Aku menyerah pada mimpi yang tak bisa kuraih. Bukan, bukan karena tak lagi cinta. Aku hanya tahu, kita bersama bukan untuk saling melengkapi tapi melukai sambil menunda perpisahan hanya karena takut hidup sendirian.
Kamu selalu mempertanyakan apakah aku cinta atau hanya main-main saja. Sudah ku bilang bukan bahwa aku berbeda? Dan seingatku dulu, itu alasanmu menjatuhkan pilihan. Aku berbeda dengan semua cinta yang kamu temui sebelumnya itu yang kamu bilang dulu. Lantas kenapa kamu justru mempermasalahkan apa yang dulu sempat jadi alasanmu bangga mendampingiku?
Aku memang tak sering memberi kabar, atau menanyakan hal yang membuatmu merasa kamulah satu-satunya dunia yang kupunya. Aku memang punya cara pandang yang berbeda memandang cinta dalam kadar yang cukup dewasa. Aku tak bisa serta merta datang menghapirimu hanya karena sakit kepala atau kala flu menyerangmu. Aku memang tak selalu menanyakan apa kamu sudah makan atau belum. Tapi percayalah, dalam benakmu tentang pertanyaan adakah aku cinta padamu. Jawabannya tentu ya.
Beberapa hal mungkin ingin kuberitahu tentang bagaimana caraku mencintaimu dengan sederhana. Aku memang tak terlalu suka memamerkanmu atau hubungan kita pada media sosial manapun. Bukan karena malu, bukan karena ada hati yang kujaga, tapi karena aku hanya ingin memilikimu sendirian. Aku ingin menikmati keluar biasaanmu tanpa ada orang lain yang tahu.
Aku memang tak sering meneleponmu. Menanyakan apa kabarmu hari ini. sehat atau sakitkah. Aku memang jarang melakukannya. Itu semata-mata karena aku percaya aku sudah jadi bagian dalam hidupmu, maka apapun itu entah baik atau buruk kamu pasti membaginya denganku tanpa diminta. Dan bila ada hal luar biasa, karena bagimu aku penting. Maka pasti kamu akan mencariku untuk bercerita. Seperti apa yang kulakukan padamu.
Aku memang tak langsung gusar atau berlari kacau mencarimu saat kamu tak memberi kabar. Itu sungguh karena aku tahu kamu orang hebat dengan segudang mimpi luar biasa yang ingin kamu raih. Maka kuberi kamu waktu untuk tenggelam dalam kesibukanmu. Tapi jangan lupa sayang, ada aku yang selalu setia menunggu dengan caraku. Ada aku disini yang selalu mendengar setiap lelahmu. Menggenggam tanganmu dan memberi pelukan yang bisa menghangatkan bekunya lidahmu yang terbungkam karena segudang masalah yang menghantam. Ada aku disini yang menganyam harapan melalui doa yang kulayangkan pada Tuhan, untuk semua kebahagian dan kesehatanmu. Bahkan aku sampai hafal tiap katanya. Kuharap Tuhan takkan bosan.
Mungkin bagimu akulah orang yang sangat tidak peka dan pelit perhatian. Tanpa kamu tahu bukan, bahwa kamulah orang yang selalu kuingat tiap kali terjaga? Sungguh, kamulah topik termanis yang sering kuperbincangkan dengan rekan-rekanku dalam berbagai golongan dan obrolan. Aku menceritakan bagaimana bangganya aku memilikimu. Aku memberitahu mereka bahwa sekalipun harus mengulang kehidupan, aku tak masalah bila harus jatuh pada hatimu lagi.
Aku memang tak mengingatkanmu tentang makan. Tapi hei sayang, bukankah hanya balita yang dipaksa makan oleh mamanya? Kupikir kamu cukup dewasa untuk tahu kapan waktu makanmu dan apa yang kamu perlu. Maaf untuk hal ini, aku salah ternyata. Sekali lagi maaf, aku memang kurang peka.
Tentang rasa cemburumu yang terkadang kurasa berlebihan. Maaf sayang, selama kita bersama pernahkah aku terbukti mendua? Pernahkah terbukti aku membuka hati bagi cinta yang baru? Entah bagaimana cara mengutarakannya agar kamu percaya, tapi sungguh aku hanya mau kamu. Bila ada orang lain yang menginginkanku, bukankah harusnya kamu bisa berbangga. Diantara mereka semua aku memilih kamu dengan menghempas mereka dari lingkar hidupku.
Aku menutup percakapan dengan lawan jenis untuk menjaga perasaanmu. Sebisa mungkin bila tidak terlalu perlu aku tak ingin bicara banyak dengan mereka. Percayalah sayang, untukmu aku sudah rela meninggalkan banyak hal. Mengunci rapat hatiku hanya untuk satu nama. Tapi masih dituduh macam-macam. Untuk hal ini, maaf sayang aku masih belum mengerti harus bagaimana menjelaskannya padamu.
Tapi ah sudahlah, mungkin memang bukan orang yang seperti aku yang kamu butuhkan. Biar bagaimanapun juga, terimakasih karena pernah bersedia menyisihkan waktumu menetap disampingku meski hanya sementara. Aku amat beryukur pernah memiliki kamu yang sampai saat ini masih begitu luar biasa dalam dua bola mataku yang selalu begitu berbinar saat menatapmu. Maaf untuk setiap kesalahan yang pernah membuatmu tersiksa. Tapi ini aku, meski tak sempurna, aku pernah memperjuangkanmu dengan luar biasa.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
owh,.. so sad
Manis