Janganlah menggenggam pasir terlalu erat, lama kelamaan pasir itu akan lenyap dari genggamanmu.
Ya, layaknya menggenggam pasir terlalu erat pada akhirnya hampa yang didapat. Demikian jejak menapaki kisah cintaku yang begitu kelam. Kisah cinta yang menguras sebagian ragaku. Kisah cinta yang membuatku ingin terus tertidur dalam waktu yang lama. Kisah cinta yang membuatku tak menerima kenyataan bahwa bayangmu telah tiada.Â
Sepertinya kala itu, aku pernah menggenggammu terlalu erat. Namun, kini menghilang dan semakin pudar ditelan sang waktu. Waktu perlahan mengambil semua mimpi indah bersamamu dari benakku tanpa menyisakan sedikit bayangmu. Bayang yang pernah menjanjikan setitik cahaya untukku. Bayang yang pernah memperdengarkan deretan melodi indah untukku. Faktanya, aku yang tak pernah menyadari bahwa yang ku genggam kini pada akhirnya akan lenyap dari genggamanku.
Begitu rapi skenario yang kau susun untukku hingga tak terlihat dimataku akan bayangan perpisahan. Berawal dari cinta dan harapan yang kau janjikan hingga luka yang kau sisakan. Bagiku, antara cinta, jatuh cinta, dicintai, menyakiti, dan meninggalkan adalah paket cinta terlengkap darimu yang kau sediakan untukku.
Sungguh menakjubkan. Kau mampu membuat langkahku sejenak terhenti. Terhenti mengemasi setiap kepingan luka yang kau hamburkan untukku. Hingga terlintas dipikiranku kekejaman hatimu untukku yang membuatku ingin mengutukimu. Namun, apa daya hati ini benar-benar kau patahkan hingga tak berdaya.
Kejam? Bagiku sungguh sangat kejam skenariomu! Kau ibarat peran antagonis yang sedang kau peragakan untukku. Skenario yang kau mainkan secara bertahap, perlahan tapi pasti hingga membuahkan hasil yang sesuai ekspektasimu. Mungkin bagimu biasa-biasa saja tapi tidak bagiku. Aku begitu menghargai cinta hingga aku tak ingin mengecewakan walaupun pada akhirnya aku yang dikecewakan oleh subyek yang suka mempermainkan kata cinta. Bagiku mencintaimu itu sulit. Sulit untuk kujalani jika aku tahu perpisahan yang harus kuterima pada akhirnya. Andai saja pikiranmu sama denganku pasti saat ini aku tak perlu bersusah payah membalut luka yang telah kau torehkan untukku.
Seiring berjalannya waktu sembari terdengar olehku, kau telah bersanding dengan yang lain. Hati yang lukanya masih membekas kembali terasa pedih seakan tak menerima kenyataan pahit itu. Dalam benakku begitu cepat kau melupakan kisah kita. Begitu cepat kau menempatkan penghuni baru di hatimu. Apakah dia yang kau cari sudah kau temukan? Mungkin aku yang terlalu lama bermain dalam kenangan rasa tentangmu sementara kamu sendiri sudah jauh berkelana menemukan hati yang baru.
Pada akhirnya aku sadar, mungkin ini skenario Sang Kuasa. Sejatinya kita dipertemukan hanya untuk saling menatap bukan menetap. Kita dipertemukan hanya untuk melukiskan cerita cinta sesaat tapi kita dipisahkan untuk menemukan kebahagian kita masing-masing. Benar, memang benar berjuang sendiri untuk rasa yang sudah pupus itu memang menyakitkan.Â
Untukmu, maafkan jika aku masih sering menyapamu. Maafkan jika aku masih sering mengusikmu. Maafkan jika aku masih telihat manja denganmu dan maafkan jika aku masih melibatkanmu dalam roda hidupku.
Sekarang pergilah, temukan bahagiamu dengan caramu sendiri. Jika nanti aku masih menyapamu, ketahuilah bahwa aku hanya ingin memastikan bahwa rasaku telah hilang dan aku baik-baik saja. Aku telah menerima bahwa bahagiamu bukanlah diriku. Terlebih lagi, jika nanti kamu kembali menyapaku dengan rasa yang telah lama hilang, akan kupastikan bahwa sapaanmu hanya sekedar pesan biasa untukku.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”