Untukmu yang pernah singgah di hati seseorang hanya dalam satu purnama saja. Apakah persinggahanmu itu adalah sebuah kekhilafan?
Untukmu yang pernah singgah di hati seseorang hanya dalam satu purnama saja. Ada satu pertanyaan yang muncul : apakah persinggahanmu itu adalah sebuah kekhilafan? Ketahuilah, hatinya bukanlah sebuah halte. Jika ingin lewat saja, maka lewatlah. Tak perlu singgah jika berniat untuk pergi. Sebab, lebih dulu memilih pergi tanpa pamit ketika belum sempat mempertanyakan hubungan macam apa yang kalian lakoni; itu sangat menyakitkan.
Sadarilah, caramu itu membuatnya gelisah (mungkin hingga detik ini). Kamu tidak tahu betapa kehadiranmu mampu membuatnya nyaman, bahkan mampu menghidupkan hari-harinya: mengembalikan senyum sumringah dan hati yang berdebar setelah sekian lama tak dirasakannya (lagi).
Ini bukan perihal harus berlama-lama dalam kebersamaan, bukan itu. Melainkan ini tentang seberapa jauh kamu telah membuatnya merasa nyaman dan yakin, apalagi jika kamu sudah memberikan harapan bahkan janji ini dan itu padanya. Mungkin tidak akan terlalu menjadi masalah jika hati yang kamu singgahi adalah milik seseorang yang mudah jatuh cinta dan mudah melupakan. Tetapi bagaimana jika hati yang kamu singgahi itu adalah milik seseorang yang tidak mudah jatuh cinta, namun sekalinya sudah dibuat jatuh cinta, maka ia akan sulit untuk melupakan?
Tolong jangan hancurkan kebahagiaan yang belum sempat ia rasakan seutuhnya. Jika kamu tidak mampu membuatnya bahagia, minimal jangan sakiti hatinya. Sebab, kamu tidak tahu bagaimana ia berjuang untuk melupakan kisah di antara kalian. Terlebih ketika ia mencoba untuk bertanya padamu−setelah kepergianmu yang mendadak itu−, tetapi kamu hanya menjawab dengan seadanya bahkan seperti tidak terjadi apa-apa. Mengetahui hal itu, lantas ia bisa apa? Apakah ia harus mengejarmu dan melontarkan beribu pertanyaan atas sikapmu yang sepihak itu? Jika harus begitu, lantas apa responmu? Bukankah hal itu akan lebih membuatmu tidak nyaman?
Ketahuilah, hati semacam itu rela menghargai kebahagiaanmu. Jangankan untuk mengusik, untuk bertanya (lagi) pun tak mampu ia lakukan. Mungkin hanya satu hal sederhana yang sempat terpikirkan dalam benaknya: jika suatu saat nanti berjumpa denganmu, ia hanya ingin melihat kedua matamu. Sebab, hanya melalui matamu saja sudah cukup menggenapkan jawaban yang selama ini ingin ia pertanyakan padamu. Setelah itu, ia dapat belajar, bahwa tergesa-gesa menyimpulkan suatu hal yang belum pasti, terutama tentang hati adalah hal yang rentan.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
Benar tuh,,betapa sakit nya ,,