Untukmu yang Menumbuhkan Rasa Cinta, Lalu Beranjak Pergi Tanpa Diskusi: Terimalah Pengakuanku Ini

Ini sudah Agustus keempat juga setelah lebaran keempat sejak hari itu. Hari di mana tangisku menjadi-jadi pada sudut ruangan favorit bernama kamar. Masih ingat dengan jelas bagaimana aku terisak dan tersedu sembari menyeka air mata berulang-ulang tanpa tahu diri.

Advertisement

Kau berhasil merusak cintaku yang baru saja mekar dengan indahnya. Kau rusak indahnya cinta jarak jauh yang baru pertama kurasa. Kau ganti asaku untuk segera kembali bersama di kota itu dengan sambutan tangan orang lain. Bercumbu mesra, menumbuhkan tunas cinta baru pada hati yang lain dalam penantianku untuk kembali berdamai setelah pertengkaran-pertengkaran kita.

Hei, kamu! Kamu tahu? Aku menyukai segala pertengkaran kita. Aku suka bagaimana menjadi anak kecil yang merengek manja padamu. Aku suka melatih kemampuanku memecahkan masalah atas nama cinta, yang tak aku lakukan sebelumnya. Aku merasa nyaman dan aman selagi itu kau orangnya. Meski tak ada hari tanpa pertengkaran antara kita.

Tapi, maafkanlah aku yang mungkin naif ini. Memberikan aman dan nyamanku untuk kau salah gunakan. Melontarkan kata untuk kau tinggalkan, yang tak pernah kau iyakan, malah membuatmu bermain di belakang, beralih dengan cepat tanpa izinku.

Advertisement

Sayang, beberapa kali memang kurutuki keputusanku menerima cinta palsumu malam itu. Memang, pernah kualami masa terberat setelah keputusan sepihakmu itu. Tapi kini, izinkan aku menyampaikan syukur atas pengkhianatanmu.

Dengarlah! Berkat pengkhianatanmu, aku tak ingin sembarang membuka pintu untuk setiap ketukan yang datang- aku lebih bisa menjaga hatiku. Aku menjadi tahu diri, menjadi seorang yang tenang dalam diam dan berpikir, menjadi orang yang mendengarkan hati. Terimakasih atas kesempatan untuk bisa mencintai dengan setulus hati.

Selanjutnya, saat masanya kau ingin kembali, saat kau tak temukan ketulusan yang seperti aku- mohon maafkanlah aku. Maafkan atas keterbatasanku untuk kembali mencintai. Maafkan atas ketidakberdayaanku melupakan dan mengikhlaskan segala pengkhianatanmu. Kini aku memilih mencintai diriku dan ia yang benar tau ketulusanku.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Humaniora- Tertulis bukan berarti aku. Tapi melalui tertulis kau bisa rasakan aku. @aidyadya

4 Comments

  1. Dewi Mellinda berkata:

    Lebih baik lebih mencintai diri sendiri dan merawat diri ^^