Untukmu yang Memilih Pergi, Bahagiakah Saat Ini?

Di tempat ini, aku mencoba untuk merenungi semua yang pernah terjadi. Pada kita, dua orang yang pernah sama-sama mencipta tawa dalam bekap pelukan yang terasa hangat menggelora. Tentang kita, yang pernah sama-sama berjuang mati-matian hanya untuk dapat bersama, sebelum kini memudar entah kemana setelah kamu lebih memilih dia.

Advertisement

Dan aku masih bertahan disini, di tempat yang dulu paling sering kita kunjungi. Menghabiskan sepiring kentang goreng kesukaanmu, dan es cokelat yang selalu mampu membuat harimu menjadi lebih bersemangat. Katamu, kau lebih suka duduk di bangku pojok ruangan di bawah jendela karena persis menghadap rimbunnya pepohonan jalanan yang kau sukai. Kini, kedua bangku ini nampak kehilangan si empunya, karena hanya aku yang datang menyapa tanpa membawa bibirmu yang dulu ceria.

Hai, bagaimana kabarmu saat ini? Tentunya dengan dia yang membuatmu rela diriku ditinggalkan sendiri. Bahagiakah kamu? Aku harap begitu. Karena kala itu, menemukan yang lebih baik adalah alasan utamamu memilih pergi.

Di tempat ini, aku hanya sedang ingin bernostalgia tentang kebersamaan yang begitu cepat hilang. Memunculkan kembali sedikit cerita yang pernah ada. Dan yang tak kau tahu, sayang, kepergianmu memang sempat membuat luka, namun tak berselang lama Tuhan datang membawa harap yang begitu hebatnya lewat insan yang kini sanggup mencipta betah setelah hatiku kau buat patah. Keberadaanku ditempat ini juga untuk berpamitan pada kenangan yang sesegera mungkin akan aku tinggalkan. Kenangan tentangmu tentunya, tentang kita.

Advertisement

Sayang..

Sekarang aku mengertI. Kita adalah dua rasa yang tak terencana. Kita adalah dua jiwa yang bertemu harapkan bahagia. Kita adalah dua pasang mata yang bertatapan meramu asa. dan Kita adalah dua lengan, ingin menguatkan dan dikuatkan. Tapi kita adalah kaki-kaki yang tak bisa berjalan beriringan. Tapi kita, adalah potongan-potongan mimpi yang tak akan pernah bisa dipertemukan. Kita, adalah sekumpulan alfabet yang tak bisa membentuk kata bersama. Dan kita, adalah aku dan kamu, yang tak akan pernah mungkin kembali bersatu setelah kau lebih memilih dia…

Advertisement

Sayang…

Semoga, dia yang saat ini bersamamu adalah seseorang yang tahu bagaimana cara membahagiakanmu. Semoga, dia yang kau cintai saat ini adalah seseorang yang mengerti bagaimana cara membuatmu tenang kala emosimu berapi-api. Semoga, dia yang kini mengisi hatimu tahu kau tak bisa terlalu lama berada dalam kedinginan karena alergimu yang kerap datang. Semoga, dia yang kini memilikimu mengerti bagaimana harus memaklumi segala kekuranganmu yang kerap membuatmu jatuh berkali-kali. Semoga, dia yang kini menjadi pujaan hatimu, adalah seseorang yang memang tepat kau jadikan alasan untuk pergi meninggalkan aku.

Sayang…

Hanya saja aku berpesan, janganlah terlalu berlebihan. Jangan terlalu mencintainya dalam-dalam. Pun terlalu nyaman dalam pelukan. Karena langit yang cerah pun dapat seketika menjadi hujan. Merubah terik siang menjadi tetesan air mata yang siap membasahi sekujur badan. Semua bisa berubah kapan saja, maka aku mohon jangan berlebihan.


Kau boleh berbangga hari ini, merasa teristimewa baginya. Tapi boleh jadi, besok, entah lusa, kau bukan lagi apa-apa. Bukan lagi siapa-siapa.


Sesungguhnya, aku bosan mengatakan ini. Tapi, janganlah terlalu berlebihan. Jangan terlampau memasrahkan tubuhmu dalam sandaran yang tak kau tahu sampai kapan ia kuat menanggung beban. Karena tak ada yang abadi. Bahkan bayanganmu sendiri pun akan meninggalkanmu kala gelap datang. Semoga tidak pernah terjadi, ya! Maka sekali lagi aku ingin bertanya, kepadamu yang memilih pergi, bahagiakah kau saat ini?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini