Untukmu Selalu Menganggap Tidak Ada yang Perlu Dikhawatirkan, tapi Nyatanya Semua sedang Tidak Baik-baik Saja

semua tidak sedang baik-baik saja

Entah sudah yang ke berapa kalinya hal seperti ini terulang. Kuakui aku sudah tidak bisa mengendalikan emosiku sudah sangat lelah akan yang terjadi. Aku lelah jika harus terus menangis menghadapi segala hal yang terjadi akan sikapmu yang selalu menganggap semuanya baik-baik saja. Kau selalu menganggap tidak ada yang perlu dikhawatirkan, tapi nyatanya semua sedang tidak baik-baik saja. Semua sedang sangat berantakan.

Advertisement

Aku hanyalah seorang penikmat tulisan indah yang bahkan tidak mampu merangkai kata-kata indah saat hatinya tersakiti. Tulisan ini pun hanya ungkapan kekecewaan belaka. Mungkin bagimu hanya sekadar ocehan yang tidak berguna. Mungkin kamu juga sudah muak mendengarnya. Namun, entah mengapa, meski sudah berkali-kali kau buat aku terjatuh, aku masih ingin bangkit, aku masih ingin berdiri tegap di sampingmu.

Kekecewaan, rasa sakit yang kau suguhkan  padaku setiap hari, seolah tidak menjadikanku jera. Justru, membuatku semakin ingin berada di sampingmu, memegang tanganmu, melihat jelas wajahmu, hanya itu. Hanya itu yang ingin aku lakukan setiap kali bersamamu.

Ini adalah keputusanku dan balasan yang aku terima setelah aku memilih bersamamu. Sikap dinginmu, tidak perdulimu, sudah menjadi sarapanku setiap pagi, namun entah kenapa aku masih enggan melepaskanmu.

Advertisement

Sungguh ini berat, sangat berat. Perasaan ingin menyerah tak jarang terbesit, tapi entah mengapa ada rasa yang mengatakan tahan dulu, kuatkan sabarm,  setelah ini akan ada hari yang indah. Dan aku tak akan bosan menunggu hari yang indah itu. Aku juga tidak berharap kau membaca tulisanku, karena kamu memang selalu sibuk dengan duniamu, tanpa perduli, ada orang lain di luar sana yang sangat memperdulikanmu dan  mengkhawatirkanmu.

Namun, terlepas dari semua itu, masih ingatkah kau saat pertama kita mengenal? Betapa kau sangat membuatku nyaman. Betapa aku sangat bahagia saat itu. Ucapan-ucapan khawatirmu saat aku sakit, ucapan marahmu saat kau cemburu, semua ingatan itu selalu ingin membuatku tersenyum, tetapi juga menyisahkan luka teramat dalam di hati.

Advertisement

Berbeda jauh dengan siklus kita yang sekarang. Seharian kau membiarkanku tanpa kabarmu sedang menjadi hobimu. Jujur saja, aku tidak bisa menerima itu. Bahkan untuk bisa berkomunikasi denganmu aku harus merengek. Kau itu kekasihku tapi kenapa aku harus merengek bila aku ingin berkomunikasi denganmu? Harusnya tanpa aku meminta kau bisa melakukannya?

Mungkin aku terlalu kekanak-kanakan jika menginginkan semuanya kembali sepeti dulu, tetapi itulah yang paling sangat aku harapkan sekarang. Kau peduli lagi.

Aku sudah tidak tahu apa yang harus dilakukan sekarang. Duniaku seolah berhenti berputar, pikiranku seolah tidak ingin lepas darimu. Jujur saja aku sangat lelah, aku ingin menyerah, aku ingin merelakan semuanya. Aku ingin melepaskanmu, tetapi semua kembali lagi, aku tidak punya hati setegar itu.

Hati ini tidak terbuat dari busa yang akan kembali ke bentuk semula saat kau pukul. Mungkin hanya terbuat dari lempengan besi yang akan langsung penyok saat benturan keras mengenai. Tapi diriku yang lain, nuraniku selalu memperbaiki penyokan itu hingga kembali ke bentuk awal, meski tidak semulus seperti semula.

Aku tidak ingin menyalahkan siapa-siapa atas kesalahpahaman ini. Diriku mungkin hanya butuh sedikit istirahat darimu, sedikit waktu agar bisa kembali tenang.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penyuka coklat panas senja dan kamu

Editor

une femme libre