Hai kamu, sahabat baikku. Aku sedang merutuki diri betapa hubungan kita tak seharusnya begini. Bukankah setiap orang selalu membuat kesalahan? Dan aku orang bodoh yang mengulang kesalahan yang sama. Mungkin kamu bosan harus memaafkan kesalahan yang sama namun tidakkah kamu melihat ketulusan maaf itu?
Kamu ingat? Dulu aku bercerita panjang lebar tentang pria kesukaanku. Kamu menyimak dengan baik setiap kata kekagumanku pada pria itu. “Kamu begitu menyukainya ya?” pangkasmu menyela ceritaku sedang aku tersenyum dengan semangatnya. Kamu pun bercerita tentang wanita kesukaanmu dulu. Betapa bodohnya kamu ketika mencintai seorang wanita. Kamu bilang ketika kamu benar-benar menyukai seseorang kamu akan melakukan apapun termasuk kepada wanitamu yang dulu sampai pada akhirnya kamu pun terkhianati.
Kamu tahu? Aku senang menjadi pendengar setiamu. Entah bagaimana ceritamu mulai menjadi candu. Rasanya seperti ingin mendengarkan ocehanmu setiap harinya tanpa henti dan tak sadar hatiku mulai merasakan yang berbeda. Kamu tak pernah tahu. Saat hal itu terjadi kamu pun mempunyai wanita baru yang kamu sukai. Semua proses itu aku nikmati termasuk patah hati. Kemudian aku sadar bahwa kamu tak seharusnya berada di hati. Karena semua tidak lagi baik dan sesempurna pertemanan kita jika berubah nanti.
Aku ingat, betapa tidak sukanya kamu ketika pria kesukaanku tidaklah sebaik yang aku ceritakan. “Kok dia jahat ya? Apalagi kamu yang dijahatin, mulai sekarang gak usah inget-inget dia lagi!” katamu begitu marah. Sikapmu yang jahil membuatku lebih sering jadi sasaran kejahilanmu bahkan sempat aku sampai menangis dibuatmu. Memukulmu jadi hal yang begitu sering kulakukan ketika aku kesal padamu ataupun hal lainnya. “Kalau kesel, marah pukul aja gak apa-apa kok, lagian gak berasa hehe” ucapmu ringan.
Dulu aku pernah menunjukan sebuah resep makanan yang terlihat enak dan kamu memintaku untuk membuatkannya. Aku membuatkannya namun rasanya sedikit aneh dan asin tapi justru kamu menghabiskannya dengan baik. Wah.. senangnya… entah hanya mencoba menghargaiku ataupun memang enak menurutmu, yang jelas aku menyukainya.
Kemarin saat aku akan pergi ketempat yang lebih baik kamu bilang “Jangan pergi. Nanti aku kehilangan, gak ada yang bisa aku jahili lagi” ucapmu penuh tawa. Namun sebelum aku pergi, kamu lebih dulu menjauh karena kesalahan sama yang aku ulang. Kamu mulai berteman dengan orang-orang yang bahkan selalu memandangku dengan sebelah mata. Berteman dengan para lelaki yang selau menertawakan fisikku. Tidakkah itu buruk? Sikapmu mulai berubah, lalu aku bisa apa? Permintaan maafku pun tak pernah kamu tanggapi.
Aku hanya kehilangan sesuatu yang baik. Tawa dan kejahilanmu. Tidakkah bisa menjadi sepeti biasa? Setidaknya senyummu ketika kita bertemu mata.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.