Aku masih saja mengingat janjimu yang takkan pergi dengan alasan apapun, semenyebalkan apapun aku, serumit apapun cara pandangku.
Tapi, setelah beberapa saat tubuh ini tak mampu untuk selalu bertemu, ternyata janji dan komitmen awal yang kurasa akan tetap bertahan, sekuat aku yang juga bertahan. Kamu memilih untuk berlalu saja dengan mudahnya setelah selama itu juga aku menata mimpi-mimpi kecil kita.
Awalnya kamu pergi karena pikirmu semua mampu kau jalani sendiri tanpa ada aku, kau ingin sendiri agar lebih cepat mencapai impianmu sendiri, dengan besar hatipun aku biarkan namun bukan berarti aku melepaskan cintaku begitu saja. Cinta itu tetap bertahan dengan baik bahkan sangat baik, sammpai aku sendiri bingung bagaimana mungkin aku bertahan dengan rasa yang sudah mengkhianatiku.
Khianat?
ya, kau mengkhianati janjimu sendiri dengan mencoba terus-terusan melabuhkan hati ke banyak wanita, sedang aku disini bersedia untuk setia. Beranikah kau bertukar posisi menjadi aku sekarang?
Aku pikir tidak, karena setia adalah kesediaan bukan permintaan apalagi paksaan.
Mengertikah kamu semua ini bukan karena aku menginginkanmu, aku tahu janji adalah utang yang wajib dilunasi. ratusan hari yang lalu aku berjanji menemani sampai diwaktu tertentu kau yang menyuruhku berhenti.
Kata terakhirmu "Aku tak mau kehilanganmu"
Tapi sadarkah, kalau semua sakit dan luka yang selalu saja kau beri adalah caramu memintaku pergi.
Saat kupikir ini sebuah perjuangan, maka disaat itu juga aku berpikir seharusnya aku berhenti lebih cepat dari yang seharusnya. Bukan karena sakit itu, hanya karena permainanmu untukku tak pantas kudapatkan.
Tuhan sepertinya memberiku pelajaran yang sangat mahal untuk ini, ia mengajarkanku kesabaran sebenarnya takkan berbatas, ikhlas sesungguhnya bukan dengan mengharapkan cinta yang sama akan kau dapat, tulus yang nyata adalah melepaskan cintamu untuk pergi tanpa membuatnya kehilangan senyum dan bahagianya.
Aku tak pernah sama sekali meninggalkanmu, namun kutahu ada janji lain dari dirimu untuk orang lain yang juga pernah kau ucapkan.
Entah sampai kapan, tapi aku pernah, sedang dan masih saja mencintaimu tanpa alasan. Namun sekarang aku memiliki alasan untuk pergi karena kau hanya "pernah" berjanji untuk tak meninggalkan.
Ya, Kau pernah berjanji namun kau ingkari.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
ijin copas ya,mksh