Untukmu yang Berakhir Dalam Senja, dari Itu Aku Belajar untuk Dicintai

Ketika sinar itu masih menyinari, sulit untukku menggenggam utuh dan meraih cahayamu. Kau berikan sejuta harapan akan angan di masa depan. Satu per satu cahaya itu mulai datang turun kepadaku. Dalam benak ku berpikir, dalam hati ku bertanya. Apa ini suatu jalan takdir-Nya atau hanya sekedar fatamorgana?

Advertisement

Waktu terus berjalan. Kian lama kian erat, semakin erat semakin damai. Damai ini awalnya hanya sekedar khayal bagiku. Nyata memang lah langkah yang telah kulalui, hingga cahaya itu tanpa kusadari kembali menyinariku yang telah lama tenggelam dalam gelap luka. Senantiasa hadir senyummu dalam anganku, hingga kuhempaskan do’a dalam bentangan cakrawala.

Namun masa lalumu telah kembali menghantui. Aku sadar, tak dapat sepenuhnya kudapat menghapuskannya. Dia terlalu indah bagimu. Dia yang selalu engkau kagumi, sedangkan aku hanyalah seorang yang hanya mampu berangan akan cahayamu. Sekarang hanyalah bingung yang kurasa, dalam sepi tanpa berkata.

Ternyata memanglah benar. Aku hanyalah pandai berangan akan kebersamaanmu, tanpa melihat bagaimana keadaan yang kuhadapi. Memang tak selayaknyalah anganku lebih berkhayal, berkhayal akan kasih sayang yang ada bersamamu.

Advertisement

Sempat ku merenung, sempat ku kecewa. Namun kucoba berpikir positif, meniti hikmah demi hikmah yang ada dibalik kisah ini. Memang tak selamanya yang “Hitam” akan tetap menjadi “Hitam”, dan yang “Putih” akan tetap menjadi “Putih”. Tergantung sang Maha Kuasa memberikan kuasa-Nya. Sang Rabbiy, dzat Yang Maha Membolak Balikan Hati.

Dari semua itu aku banyak belajar. Yang selama ini kita harapkan tak selalu menjadi hal yang nyata. Aku belajar menerima, karena setiap yang terjadi memang sudahlah ketentuan-Nya. Aku belajar ikhlas memaafkan, karena rasa kecewa yang mendalam hanyalah mampu memberikan kegelapan dalam hati.

Advertisement

Aku sekarang mulai mengerti akan sebuah perjalanan. Bukanlah sebagaimana besar kita dapat mencintai dan berusaha memiliki serta meraihnya, akan tetapi ialah sebagaimana bisa kita menjadi insan yang memang selayaknya dicintai oleh orang-orang disekitar kita. Karena mencintai sesama makhluk selain Rasulullah tak akan selamanya kita mendapat akan sebuah kemilau, tetapi menjadi dicintai ialah suatu hal yang penuh akan kemilau kehangatan.

Kini aku terus melanjutkan langkah demi langkah menuju masa yang akan datang, berusaha menjadi insan yang selayaknya untuk dicintai. Aku ikhlaskan dan relakan cahayamu berakhir dalam senja. Dan berharap untuk menemukan kehangatan sang fajar yang memang dapat membagikan kemilaunya bersamaku.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Jakarta, 4 April 1999 | SMAN 1Kauman Tulungagung | Aeromodelling Tulungagung

16 Comments

  1. Sarah Latifah berkata:

    Aiiihh…. terharu, buat siapa tuh?

  2. Tika Nia berkata:

    Keren, inspiratif, penuh makna (y)
    Membuka mata (bahwa memang seharusnya kita menerima semua keadaan yang diberikan-Nya, bukan menyesalinya)
    Majasnya bikin baper 😀

  3. Hehehe, makasih udah baca dan menghayati.. 😀
    Ini untuk semua orang yang kisahnya seperti itu.. 🙂

  4. Karna mencintai dan dicintai adalah hal yang diberikan Allah untuk dimiliki manusia,mencintai dan dicintai haruslah dengan bijak dan dengan sikap yang baik,hehe mantep iqbal lanjut terus

  5. Hehehe, iyaaa kak siap.. Makasih udah mampir dan membaca.. 😀