Untukmu Gadis Desa yang Ingin Mengejar Mimpi, Yakinlah Kalau Kamu Bisa Sukses Seperti Mereka!

Dan untukmu yang baru mau memulainya, ingatlah bahwa kamu perlu memperjuangkan mimpi.

Menjadi seorang anak yang lahir dan dibesarkan di pelosok desa memang sedikit terasa unik. Budaya dan adat istiadat yang sangat terjaga dan diagungkan di sana kadangkala sedikit menjadi penghalang bagi mereka untuk keluar dari zona nyaman terutama bagi para perempuannya. Pemikiran orang-orang yang masih seputar “perempuan pada akhirnya tempatnya tetap di dapur” atau "perempuan tugasnya cuma sebatas 3M macak, masak, manak" akan sering kita dengar apabila kita tinggal atau tidak sengaja bertemu dan kenal dengan mereka yang berasal dari desa.

Advertisement

Memang tidak ada yang salah dengan melestarikan budaya dan adat istiadat yang ada di sebuah desa. Karena bagi mereka yang tinggal di desa, hal ini merupakan cara mereka untuk menghormati para leluhur dan juga melestarikan sesuatu yang sudah terbangun sejak dulu. Namun hal semacam ini nyatanya sedikit mempengaruhi kualitas sumber daya manusia yang ada di sana. Bukan berarti mereka yang tinggal di desa itu kuno dan ketinggalan zaman. Itu karena mereka sedikit membatasi diri dari perkembangan zaman dan modernisasi yang mereka anggap sedikit mengancam budaya dan adat istiadat yang di sana.


Adalah aku, seorang perempuan muda yang memutuskan untuk hijrah dari desa ke kota metropolitan demi berusaha memperbaiki kualitas hidup meskipun pada awalnya harus bertentangan dengan keluarga, utamanya orangtua.


Pada awalnya semua tidak berjalan dengan mudah, percekcokan yang terjadi karena perbedaan pendapat. Tidak adanya dukungan dari orang-orang terdekat membuat seorang perempuan waktu itu baru lulus SMA dan sama sekali belum pernah tau dunia luar harus bertahan seorang diri tanpa siapapun yang ia kenal di ibukota. Perjalanan yang ia lewati cukup menguras tenaga dan pikiran namun ia berusaha menguatkan dirinya sendiri demi mengejar cita-cita yang tidak dapat diwujudkan di desa tercinta.

Advertisement

Cerita seperti ini ternyata tidak hanya satu atau dua orang saja yang mengalaminya. Mereka yang berhasil bangkit dan bertahan dari sangkarnya haruslah bermental baja dan berjiwa tegar, pada akhirnya konsekuensi yang harus mereka bayar untuk membawa nama baiknya kembali ke desa tercintanya hanyalah keberhasilan. Jika ia gagal, yang ia bawa bukan hanya kegagalan dirinya sendiri melainkan kegagalan teman sebanyanya yang terpaksa mengubur dalam cita-citanya karena takut gagal dan kemudian mendapat predikat buruk dari orang-orang di sekitarnya karena kita seakan dicap sebagai pembangkang.

Maka dari itu, untukmu yang sedang berjuang atau bahkan baru membubuhkan mimpi untuk keluar dari sarang, pergilah dengan membawa niat yang sungguh-sungguh dan jangan pernah merasa takut. Kamu tidak pernah sendirian, ada Tuhan yang selalu menyertai mereka yang punya niat baik dan mau terus berusaha untuk maju dan melakukan hal-hal yang positif.

Advertisement

Ingatlah bahwa ketika kamu memutuskan untuk keluar dari zona nyamanmu, kamu bukan hanya membawa serta harkat dan martabat dirimu, namun juga nama baik keluargamu, fokuslah pada apa yang ingin kamu tuju dan terbanglah setinggi mungkin tanpa mengabaikan dan melupakan nilai serta norma yang kamu bawa dari desamu.

Masih banyak orang baik di luar sana yang akan membantumu. Jangan pernah membenci mereka yang tidak mendukungmu karena di balik itu semua, ada jiwa yang khawatir akan keselamatanmu. Percayalah bahwa doa orang tuamu tetap akan selalu membersamaimu. Tidak ada orang tua yang mau anaknya kesulitan. Balaslah rasa khawatir mereka dengan kesuksesanmu, balaslah peluh mereka yang menangisi kepergianmu dengan senyum bangga.

Ingatlah di luar sana ada banyak dari mereka yang berhasil karena kegigihannya dan rasa percayanya bahwa hasil tak pernah menghianati usaha. Dan untukmu yang baru mau memulainya, ingatlah bahwa kamu perlu memperjuangkan mimpi, kamu hebat dan istimewa dengan segala niat baik yang kamu bawa.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Editor

Not that millennial in digital era.