Untukmu Malam, yang Belum Bisa Menerimaku

Hai malam, masihkah sudi menemani sepi yang temaram?

Advertisement

Dia selalu memberi aba-aba ketika ingin menyakiti hati. Pertama ia datang dengan kegelisahan. Kemudian dengan dinginnya yang menusuk tulang. Lalu bersambut dengan kebimbangan langkah. Wah, malam kau sangat ahli dalam memberi petanda. Hingga aku harus percaya dan yakini itu.

Hai malam, masihkah ingin menyelimutiku dengan langit yang temaram?

Dia selalu datang dengan tenggelamnya matahari di ufuk barat. Menyiarkan senandung cinta dengan liarnya pengepak sayap. Menerima uap air yang mengeluarkan bau hujan sore tadi. Menghapuskan jejak langkahku dan kamu yang mungkin baru saja kita tapaki.

Advertisement

Hai malam, adakah kata jatuh cinta yang bisa kunikmati malam ini?

Entah mungkin, film-film akhir ini terlalu bijak mengatakan semakin sering kau patah hati, kau akan bijaksana. Tapi kutahu itu hanya quote. Hanya sebuah kata bijak penghilang gundah para penikmat hujan. Itu mungkin tandanya kehidupan kini makin menggelora.

Advertisement

Hai malam, ada sebuah kisah ingin kuceritakan padamu. Tentang aku yang mulai menyukai seseorang yang hanya bisa kujangkau sebatas satelit. Aku tak tahu apakah ia berpikiran yang sama denganku. Aku sudah pernah mengalami hal ini berkali-kali. Kau tahu kan malam, akhir dari cerita itu selalu sedih. Bahkan membuatku patah berkali-kali. Lalu, harus bagaimana aku mempertahankannya? Ya, malam. Aku takut aku tak ingin melihat mereka para pembual di masanya.

Kini, seseorang yang membuat hati ini bergetar sedang berkelana menyelesaikan apa yang sudah dilakukannya. Keenggananku bertambah besar saat kutahu dia dan masa laluku bersahabat. Bukan, bukan aku yang tak tahu. Aku hanya berprinsip, aku ingin bahagia. Hanya itu. Lagipula, masa laluku yang mencampakkanku jadi takkan ada kesalahpahaman didalamnya. Hanya saja malam.

Aku yakin dia takkan seyakin aku yang menuai senyum di pagi hari untuknya. Aku yakin dia takkan setegar aku yang membentengi hati untuk menyerap segala caci. Aku yakin dia takkan setenang aku menjalani naik turunnya fase cinta yang unik. Maka aku pun berhenti untuk memanggilnya tiap malam dengan satelit. Aku berhenti memanggilnya juga dalam mimpiku. Karena bukan aku yang takut jatuh dan tak bisa berdiri. Tapi, kamu yang takkan bisa menerima cerita dan masa laluku.

Terimakasih malam.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penyuka senja dan antek-anteknya