Kebiasaan buruk manusia adalah sadar ketika sedang bersedih, tetapi lupa ingatan ketika sedang bahagia. Rasanya, satu sakit hati akan jauh lebih terasa dibanding ketika sedang bergelimang harta. Kenapa bisa begitu, sih?
Untuk kamu yang sekarang sedang bahagia, jangan tutup mata akan keadaan kemarinmu. Bahagiamu hari ini adalah karena susahmu kemarin. Ingat, tidak, saat kamu menangis semalaman lalu esoknya masih belum puas sehingga linangan matamu kembali menderasi pipi? Iya, usai patah hati pertamamu dengan mantan kala itu. Waktu itu, kamu terus menganggu sahabatmu dengan segala cerita cengeng dengan si mantan.
Lalu, ingat juga, kan, saat kamu setiap hari duduk di depat kantor jurusan untuk menemui dosen pembimbing hanya untuk berkonsultasi bagaimana cara membuat tabel data untuk bab keempat skripsimu? Kamu menunggu dari pagi hingga sore, tetapi yang kamu dapat hanya gerutuan malas di dosen. Waktu itu kamu menangis, merasa perjuanganmu begitu melelahkan padahal hanya untuk mendapatkan selembar pernyataan diperbolehkan sidang.
Tak usai di sana, ternyata setelah sidang skripsi ada ujian lainnya. Menghadapi birokrasi yang begitu ketat untuk mendaftar yudisium. Kamu menggerutu ketika foto untuk ijazah saja harus diatur sedemikian rupa, sampai-sampai kamu mengulang foto karena salah bergaya. Masih ingatkan bagaimana kamu mengeluh ke Tuhan kala itu: “Tuhan, kenapa sih gelar sarjana susah didapat?”
Langkahmu selanjutnya juga tak kalah pelik. Ketika kamu sudah berhasil lolos dari kungkungan “pekerjaan” sebagai mahasiswa, saat itu kamu kehilangan arah. Inginmu berkeliling negeri dulu untuk mendapatkan kesegaran otak usai empat tahun bergelut dengan lingkungan kampus. Namun, isi dompet kamu meronta meminta diisi.
Banyak yang menyarankan untuk kembali belajar di bangku kuliah atas nama “kamu pintar”. Kamu buru-buru menolak atas dasar ingin mendapatkan kebebasan dan tak sabar mendapatkan uang dari jerih payah secara profesional.
Ujian Tuhan berikutnya pun menimpamu.
Entah sudah berapa puluh CV dan surat lamaran yang kamu kirim, baik ke perusahaan idaman ataupun yang hanya sekadar “yang penting melamar”. Entah berapa puluh sesi wawancara yang membuatmu kelelahan dan berkeringat dingin, tetapi hasil belum maksimal. Entah sudah berapa jenis psikotes yang kamu kerjakan hingga rasanya kamu sudah paham berapa jenis pohon yang bisa menggambarkan sifat manusia. Dan, entah sudah berapa puluh minggu kamu disindir om tante karena hanya keluyuran di rumah.
Hingga akhirnya, kamu berada di tahap sekarang.
Setiap bulan mendapat notifikasi bahwa ada sejumlah uang untuk memenuhi kebutuhanmu hingga bulan berikutnya.
Tak masalah ingin menonton film baru mana di akhir pekan demi menutup penat usai bekerja.
Tidak kaget ketika melihat harga tiket konser band kegemaran.
Teman terdekat ulang tahun dan tidak bingung membelikan hadiah apa supaya mereka berterima kasih dengan senang.
Keadaan bahagiamu sekarang adalah akibat dari segala risaumu di masa kemarin. Tolong, jangan lupa diri ya. Bersyukurlah atas segala bahagia ini. Jika kemudian beberapa kerikil kamu temui ketika sedang berjalan, singkirkan saja perlahan. Tak apa memang menggerutu, tetapi sebentar saja.
Kamu itu tangguh. Buktinya, sekarang kamu berdiri begitu kokoh dengan senyum selebar itu. Tawamu sekarang begitu indah dan semoga tidak menulikanmu akan keadaan sekitar.
Entah bagaimana keadaan esok, yang penting jalani hari ini. Berikan senyum paling cemerlangmu kepada semua orang.
Dan, jangan lupa, sebelum tidur kenang masa kemarin yang terasa sedikit pahit agar segala bahagia di seharian ini terasa manis sekali. Jadi, supaya rasa manisnya tidak berlebihan harus diberi tambahan air yang jernih, yaitu syukur :)
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”