Mungkin kau sedikit lelah memperjuangkanku, mungkin kau hampir menyerah dengan semua ini, mungkin kau sempat berfikir untuk mencari penggantiku.
Aku masih membingkainya dalam memori, saat kau berkisah, pernah terbersit dalam hatimu untuk mencari pengganti, namun pada hilirnya kau takut tidak menemukan orang sepertiku, kau takut ia tidak memiliki kepribadian sepertiku, kau khawatir dia tidak bisa menemanimu sebagaimana caraku membangun kisah bersamamu.
Sampai saat ini aku masih yang terbaik di matamu. Aku tahu, sebenarnya ini bukan masalah kompetisi, akan tetapi ini adalah tentang jiwa yang serasi.
Ku sadari, sudah banyak waktu yang kita lalui, pahit manis, suka duka, getir kebahagiaan sudah pernah kita cicipi, silih berganti menghampiri dan menguji. Seiring perjalanan matahari, hubungan ini bertahap mejadi semakin dewasa, emosi yang dulu dengan mudah menguasai kini berangsur-angsur terkikis oleh hati nurani dan angan mendalam.
Namun lagi-lagi muaranya pada orang tua, aku telah berkali berterus terang pada mereka, saat kau berkali bertekad untuk mengikrarkan janji suci untukku. Dan nyatanya? Masih saja bukan bahagia yang kurasa, aku bingung karena mereka belum lega dan belum memberikan restu untukmu, sementara di sini, aku malah bertarung dengan nurani yang tak mampu berpihak.
Calon imamku, aamiin..
Aku minta maaf, mungkin harga dirimu sebagai laki-laki sudah sedikit ternodai,,
Aku minta maaf karena keseriusanmu digantungkan,,
Aku minta maaf karena kau dilanda gelisah kembali,,
Aku minta maaf karena kau belum mampu bernafas lega,,
Aku minta maaf karena kabar dariku membuat fikiranmu penat,,
Saat ini aku menanti, kau tak lagi menghubungi, mungkin semua ini membuatmu ingin beristirahat sejenak, Menghempaskan segala harap yang tak pasti, senyum yang dulu mengambang kian tampak memudar karena semangat yang pasang surut itu menghantam kelenjar air matamu untuk menitik kembali.
Ku merenungkannya, mencoba merasakan apa yang tengah kau rasakan, mencoba memikirkan apa yang tengah kau fikirkan. aku masih selalu berdo'a, aku tahu itu menyesakkan dada, namun apa daya aku masih milik orang tua, suatu saat mungkin tak lama, pintu restu untuk kita insyaallah akan terbuka, tunggulah saatnya, di pelaminan kita akan tersenyum bersama. Aaminn..
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
Kisahku ? yang pada akhirnya kami menyerah dan berhenti sampai disini