Selamat malam anak perempuan semata wayang Ayah. Ayah sedang teramat merindukanmu. Tapi yang bisa ayah lakukan hanya memandangi fotomu. Kamu, anak perempuan ayah satu-satunya, yang sangat ayah sayangi. Tapi tidak pernah mampu ayah gapai. Entah apa kamu sudah paham tentang konsep perpisahan antara Ayah dan Ibu. Entah apa kamu juga paham kenapa ada pria lain yang kamu sebut Bapak.
Maafkan Ayah yang membawa kamu pada kebingungan-kebingungan itu. Maafkan Ayah yang hanya mampu menemui dalam layar 4 inchi. Sungguh Ayah ingin menemui kamu, nak. Ingin sekali menemani kamu bermain kejar – kejaran di halaman rumah. Tapi yang Ayah bisa lakukan hanya mengawasi kamu dari kejauhan. Tapi yang bisa Ayah lakukan hanya sesekali bertukar pesan.
Bukan tidak ingin lebih sering berkomunukasi, Nak. Tapi ada batasan yang dibuat begitu tinggi oleh Ibumu. Hingga Ayah sulit menembusnya. Tidak, jangan salah paham. Ayah tidak menyalahkan ibumu, sungguh tidak. Tapi semoga suatu saat kamu mengerti bahwa Ayah tidak pernah dengan sengaja membuat jarak dengan kamu.Â
Ayah tidak menyesali perpisahan dengan Ibumu. Ia nampak jauh lebih hidup kini. Yang Ayah sesali adalah waktu bersama kamu yang ternyata juga terenggut karena perpisahan itu. Barangkali aku memang bukan suami yang baik untuk Ibumu. Tapi setidaknya, aku ingin menjadi Ayah yang baik untukmu, Nak. Tapi nampaknya, Ayah dan Ibumu tidak sepakat untuk hal ini. Sehingga ada disini Ayah sekarang, hanya mampu mendekapmu dalam doa.Â
Seandainya ada satu hari saja dalam seminggu, Ayah diijinkan untuk bersama kamu. Ayah sudah sangat berterima kasih. Mungkin tidak sepadan dengan enam hari yang sudah kamu lewati tanpa ayah. Tapi setidaknya ada waktu yang selalu Ayah nantikan untuk bertemu kamu. Untuk kemudian enam hari berikutnya menumpuk rindu lagi. Ayah hanya bisa mengirim mainan dan baju-baju yang kiranya kamu suka. Tanpa sempat bertanya yang mana favoritmu. Jika ada kesempatan beberapa menit video call, ayah lebih senang mendengarkan kamu bercerita banyak hal. Melihat dengan detail wajahmu, senyummu, gigi kelinci yang kamu pamerkan saat tertawa. Syukurlah, setidaknya kamu berlimpah kasih sayang meskipun Ayah tidak selalu ada bersamamu. Syukurlah, kamu masih mau berbagi cerita kepada Ayah. Meskipun tertinggal jauh sekali Ayah dalam perjalanan hidupmu.
Nak, Takbir berkumandang diseluruh penjuru. Yang Ayah ingin lakukan hanya mendekapmu. Membawamu ke kampung halaman Ayah. Memperkenalkan kamu pada Kakek dan Nenekmu. Berkeliling kampung membawa obor mengumandangkan Takbir sambil mengandeng tangan munggilmu. Juga melihatmu memakai baju pilihan Ayah. Tapi malam ini, Ayah hanya bisa duduk didepan rumah, tidak tahu bagaimana malam lebaranmu. Kakekmu menepuk pundak Ayah dan berkata Suatu saat, dia akan tahu betapa Ayahnya menyayanginya. Jika saat ini kamu hanya bisa memeluknya dalam doa, tidak apa-apa. Tuhan Pasti berbaik menyampaikannya.
Ayah hanya mampu mengangguk, tidak meragukannya. Karena berusaha merebut kamu akan menambah lukamu atas perpisahan Ayah dan Ibumu. Jadi biarlah Ayah yang mengalah. Nak, Ayah selalu mencintaimu.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”