Suatu hari, mungkin kita akan dipertemukan. Dengan malu-malu kita mulai bicara tentang segala yang ada di kepala. Atau bisa jadi, kita saling memuji. Pertemuan yang sudah direncanakan, pertemuan yang didasari keseriusan. Bukan karena kebetulan, apalagi karena perjodohan.Â
Setelah saling bertanya dan menjawab. Kita akan menimang tentang apa yang ada pada perasaan masing-masing. Mungkinkah bisa dilanjutkan, atau kita sama-sama tidak menemukan kecocokan. Lantas mengakhiri yang sudah terjadi. Pada saat itu, aku akan bilang tak apa-apa, jika tak ada rasa. Silakan lanjutkan perjalanan.  Atau barangkali kita sama-sama memiliki kesamaan rasa, lantas merencanakan kejenjang pertunangan. Aku sudah tidak ingin terlalu lama basa-basi, aku sudah muak dengan yang namanya drama-drama.
Aku memberanikan diri menemui orang tuamu, meminta izin untuk bisa hidup bersama anaknya. Lantas aku menceritakan apa pekerjaanku, apa yang aku suka dan tidak suka, apa yang aku bisa dan tidak bisa supaya menjadi pertimbangan layak dan tidaknya diterima. Aku tak ingin keras kepala memaksakan penolakan, meski mungkin kawin lari bisa jadi opsi. Tapi aku tak mau sejahat itu bagi keluarganya. Jika tak diterima, aku akan pulang dengan dada yang lapang. Memperbaiki diri lagi, meski manusia tidak memiliki kata sempurna.
Setelah semua kita sepakati, aku mempersiapkan apa yang biasa orang lakukan. Mungkin menabung, mungkin kerja lebih rajin, atau mungkin aku akan melakukan ritual pesugihan demi bisa meminang seorang yang tiba-tiba datang dan dengan lantang berkata siap untuk dipinang. Hari-hari dilalui bersama, mencoba saling mendalami karakter masing-masing, mencoba saling mengenal lebih dalam. Tapi sesiap apa pun persiapan tetap saja kita masih di tahap perencanaan. Semua bisa berubah tiba-tiba, semua bisa berubah menjadi luka.
Godaan-godaan, kebimbangan mulai menggoyahkan. Jika tak kuat niat, kita bisa saja karam dan tenggelam ke dasar terdalam kisah kelam. Takdir seringkali mengejutkan, sudah siap segalanya akan ada saja jalan pada kehancuran. Tiba-tiba hilang rasa, atau barangkali usia yang terpaksa berhenti. Menyakitkan, memang. Apa mau dikata, kita hanya bisa berusaha dan berencana. Selebihnya kita pasrahkan pada pemilik semesta, terserah maunya seperti apa.Â
Meski menerima kenyataan tak semudah mengangkat jemuran yang sebentar akan diguyur hujan. Sebelum semua kepahitan terjadi, semoga kita sudah mempersiapkan diri dari kemungkinan-kemungkinan yang akan menyebabkan tangisan berekepanjangan.
Untukmu, kapan kita akan duduk bersama? Menyatukan ingin, menyamakan angan. Hati-hati di jalan. Kita akan dipertemukan di waktu yang tepat, dalam keadaan paling baik. Semoga selamat sampai pertemuan.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”