Untuk Semua Ayah di Dunia, Kalian Nomor Satu. Terima Kasih Atas Kebaikanmu!

Cinta mereka tak akan pernah punah.

Dalam penjelajahan senja yang sering dijalani,  saat di mana langkah sudah kian jauh dari rumah, ingatan tentang rumah selalu membuncah dalam lamunan. Semua perantau akan merasakan sesaknya merindukan rumah. Ada orang-orang baik yang selalu menunggu di pintu rumah sembari bersahut-sahutan kegirangan menyambut  kita pulang dalam keadaan baik-baik saja tentunya. Rumah memiliki roh yang akan selalu memanggil kita pulang dengan rasa yang terus-terusan istimewa.  

Advertisement

Orang-orang rumah merupakan orang yang dengan setia menanti kapan kita pulang dari waktu ke waktu. Mereka tak pernah jenuh menanti kabar baik yang akan kita sampaikan setiap harinya. Di antara mereka yang selalu setia menanti kita di pintu rumah ada ayah yang selalu menunggumu pulang.  Ya, ayah namanya. Terdengar nama yang amat sederhana. Akan tetapi, jangan ditanya soal keseriusannya dalam mengabdi untuk kita anak-anaknya.


Ayah adalah tulang punggung, sandaran dan pelindung di dalam sebuah keluarga. Dengan sentuhan tangannya, urusan keluarga jadi lancar. Tak ada yang tak bisa ia jalankan. Ia sosok yang patut diandalkan dalam berbagai lini kehidupan keluarga. Tanpanya, berbagai urusan tidak tuntas, demikian halnya dengan berbagai persoalan tak akan lunas tanpanya.


Tanggung jawabnya besar dalam membesarkan anak-anaknya. Derap langkahnya membawa sejuta harapan. Ia membuka jalan bagi seluruh buah hatinya yang selalu membutuhkan tuntunannya. Darinya mengalir cinta yang tulus, tanpa membutuhkan balasan berupa fulus.

Advertisement

Merajut  catatan tentang ayah melampaui imajinasi. Narasi tentangnya tidak berujung pada pena dan kertas. Cintanya lepas dan selalu berbekas. Sinar kasihnya tak akan pernah lekas. Ayah selalu punya perhatian untuk membentuk dan sesekali membentak buah hatinya, ia tak menghendaki anaknya terlalu bebas.

Ayah tidak seperti ibu yang selalu hadir ketika kita tertatih-tatih dalam melangkah. Ayah lebih banyak berdiri di belakang layar. Kerisauan yang menggerogoti pikirannya terlampau besar. Ayah lebih banyak membungkus rasa sayang di dalam hatinya.  

Advertisement

Saat kita sakit waktu kecil dulu, ibu biasanya selalu menjadi orang pertama yang cepat panik. Sementara Ayah biasanya terlihat lebih tegar. Sinar wajahnya terlihat sabar. Ia berjiwa besar. Ayah memang selalu merasa sok kuat. Padahal ia juga menyimpan kegelisahan yang sama. Ayah hanya tidak ingin terlihat sebagai lelaki yang lemah di mata ibu dan anak-anaknya.

Ayah juga lihai dalam mendesain skenario. Ia termasuk sutradara ulung dalam keluarga. Ayah selalu punya cara untuk menyembunyikan kenyataan hidup yang sedang dihadapi dalam keluarga. Ketika anaknya sudah mengenyam bangku pendidikan di sekolah menengah atau perkuliahan, dan saat demikian tentu sedang membutuhkan biaya yang besar untuk memenuhi kebutuhan pendidikan dan biaya hidup dari anak-anaknya.

Ayah selalu punya cara untuk memberitahukan pada anaknya bahwa ia menyanggupinya tanpa menolak sama sekali, meskipun ia sedang dirundung beban ekonomi yang berat.  Ayah juara selalu punya jalan untuk memenuhi kebutuhan anaknya, tanpa mempedulikan bahwa ia sedang dirundung beban ekonomi yang kian pelik.


Kami bersyukur memiliki ayah yang hebat.


Buah pemikirannya selalu mendorong kami untuk berubah demi kehidupan yang lebih baik setiap harinya. Untuknya pengabdian terbesar adalah mengutamakan kepentingan dari anak-anak yang ia besarkan. Berkat cinta dan perhatiannya, kami selalu diarahkan untuk meraih impian yang kami angankan. Ia mengajari bahwa mimpi perlu diraih dengan daya juang yang tinggi. Tanpa perjuangan yang gigih, niscaya impian bisa digapai.

Ayah kami bekerja sebagai guru pendidikan dasar di kampung pedalaman Flores. Ayah bukan hanya sebagai pendidik di sekolah. Ia juga merangkap sebagai petani. Ayah termasuk seorang petani yang sukses. Lahan-lahan kosong yang kami miliki dipenuhi dengan pohon mahoni dan pohon jati. Kami juga tidak kekurangan buah-buahan segar. Setiap hari di tepi meja selalu ada buah-buahan yang disuguhkan. Pisang, nenas dan nangka tumbuh subur di ladang garapan ayah. 

Keuletan ayah membuahkan hasil. Rumah kami dibangun dari hasil kayu yang diambil dari ladang sendiri. Sudah tiga rumah yang dibangun dengan kayu dari ladang garapan ayah. Hingga kini persediaan kayu kami masih cukup. Bahkan, ada juga keluarga dekat yang meminta kayu jati atau mahoni jika kesiapan bahan untuk membangun rumah mereka berkurang. Ayah memberi dengan ikhlas. Ia selalu mengajarkan bahwa berbagi itu suatu perbuatan yang sangat baik.

Sekarang Ayah juga sebagai petani sawah. Rata-rata setiap panen menghasilkan gabah yang lumayan banyak. Hasilnya bisa untuk persediaan keluarga kami hingga panen musim berikutnya tiba. Sebagiannya lagi dijual. Jangan heran ketika ayah usai mengabdi di sekolah, ia akan segera ke ladang untuk merawat sawah garapannya.


Ayah kami memang luar biasa. Saya mengagumi semangatnya yang tak pernah pudar, begitu juga dengan kegigihan yang tak luntur. Ayah mengabdi seperti matahari yang menyinari seisi dunia.


Semua ayah selalu ingin dilihat sebagai pahlawan di mata anak-anaknya. Alhasil mereka berjuang ulet pantang menyerah. Energi yang mereka miliki hanya diarahkan untuk membahagiakan anak-anaknya.  Semua ayah selalu berharap untuk menjadi juara di hati buah hatinya. Cinta dan perhatian yang mereka berikan selalu hadir dari waktu ke waktu.

Cinta mereka tak akan pernah punah. Semangat mereka tak pernah lelah. Derap langkah mereka  belum lelah. Apalagi kalah. Semua ayah belum kalah. Jika ayah kalah mungkin sedang lelah, kita sebagai anaknya pun diwajibkan untuk menghibur dan memberikan kebahagiaan pada mereka untuk tetap tegar dalam melangkah.

Ayah, semua totalitas yang kalian berikan akan kami catat dalam tinta kenangan sembari berdoa pada Yang Kuasa agar kian hari kalian kian kuat. Kami takut melihat kalian lekas menua dan pergi tanpa kembali. Dan, untuk semua ayah di dunia, kami akan selalu mengenang kalian sebagai ayah juara. Ayah nomor satu di dunia. 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Pecinta Kopi Colol dan Sopi Kobok. Tinggal di Manggarai Timur, Flores. Amat mencintai tenunan Mama-mama di Bumi Flobamora.