Kalau kamu sadar, ternyata kita sudah sejauh ini, ya? Meski sempat ratusan hari lamanya kita membutuhkan waktu untuk mendewasakan diri, kini aku kembali menggenggam tanganmu. Memeluk bahu yang setiap hari selalu kurindukan kehangatannya.
Sayangku … aku senang ketika kamu selalu berbagi akan apa yang kamu rasa. Aku merasa adil ketika kita tertawa bersama, dan juga menangis bersama. Aku mengerti. Mungkin sulit bagimu untuk menceritakan apa yang kamu rasa. Entah kamu merasa tidak perlu menceritakannya, atau kamu takut orang lain salah tangkap.
Namun, jangan khawatir. Aku selalu berusaha menjadi pendengar yang baik. Meski beberapa waktu, aku tidak bisa memberimu saran dengan baik, tapi aku percaya kalau kamu orang yang hebat.  Aku takkan menjelaskan mengapa kamu kuanggap hebat karena aku seribu kali yakin kalau kamu akan menyangkalnya. Padahal … kelebihan, kekurangan, baik dan burukmu itu selalu membuatku jatuh cinta.
Sayang … rasanya aku ingin selalu mengatakan padamu bahwa aku benar-benar takut kehilanganmu. Ingin mengatakan kalau aku begitu mencintaimu. Meski saat ini terpisah dengan jarak, tapi akan kupastikan kamu bahagia bila berada di sisiku. Kita berdua sama-sama tahu. Meski tak ada dialog sekalipun, kita begitu menikmati waktu berdua. Sekadar bersandar atau berpelukan, cukup memberikanku ketenangan bahwa kamu adalah rumah kedua terbaik setelah keluargaku.
Walau kamu sering tidak percaya diri karena menurutmu kamu tidak romantis, aku sering merasa bahwa kamu menggemaskan. Caramu mencintaiku bukanlah dengan kalimat-kalimat cinta yang sangat berlebihan. Mengarungi lautan, mengambil bulan, dan kalimat palsu lainnya.
Caramu mencintaiku akan selalu menjadi ciri khasmu yang sangat kusukai, yaitu sikapmu yang sabar ketika menghadapi sisi burukku. Menenangkanku ketika aku kehilangan kendali diri, dan masih menjaga ucapanmu agar tidak menyakitiku meski amarahmu meluap.
Cintaku ….
Akankah kamu percaya bila aku mengatakan, aku sangat mencintaimu hingga tidak tahu bagaimana cara menunjukkannya?
Aku pun sering bertanya-tanya. Apa aku benar-benar pantas untuk berada di sampingmu? Apa aku pantas diperlakukan dan dicintai seperti ini? Aku sering menganggap diriku bodoh dan merasa payah. Namun kamu selalu menenangkanku. Mengatakan bahwa ada satu cahaya kecil di dalam diriku yang tak aku ketahui, dan hal itu membuatmu jatuh hati. Semoga aku telah mencintaimu dengan baik. Semoga aku akan selalu mencintaimu dengan baik.
Beberapa kali … obrolan kita adalah mengenai bagaimana rencana ke depan untuk kita berdua. Tentang desain rumah yang ingin kita punya, didikan kepada anak, uang bulanan, bahkan kita berdua telah merencanakan solusi jika pernikahan kita ada di ambang perpisahan.
Kamu selalu khawatir kalau kamu akan membuatku menunggu lama. Kamu khawatir jika aku tidak mengalami kebahagiaan ketika berada di satu atap yang sama denganmu. Tapi, tahukah kamu? Aku begitu menyayangimu. Ketika aku melihat kedua bola matamu berbinar saat bercerita tentang impian-impian hidup yang ingin kau lakukan sebelum menuju ke pelaminan, ternyata tidak membuatku berat hati jika harus menunggu lama. Aku malah terbawa oleh semangat dan harapanmu akan masa depan.
Tentu semua orang memiliki impian dan cita-cita. Begitu pun dengan aku. Semua angan di hidupku, tidak ada yang terwujud. Kamu tahu itu. Dan betapa cantiknya hatimu hingga akhirnya cahaya harapan itu kembali terang di hidupku. Berkat dirimu, aku menemukan diriku. Aku menemukan jati diriku yang sebenarnya.
Kesayanganku … tolong jangan membebankan dirimu sendiri karena rasa khawatirmu akan kebahagiaanku, ya? Kamu pun perlu memerhatikan dirimu. Aku pasti selalu berusaha menjadi tempat terbaik untukmu pulang.
Mari kita sama-sama mengejar impian kita. Mari saling berpegangan tangan dan menguatkan satu sama lain akan pahitnya hidup saat ini. Mari kita berusaha hingga rasa lelah kita terbayarkan. Kamu perlu camkan ini. Bahwa aku tak pernah sekali pun menganggapmu adalah beban untukku. Tak sekalipun aku berpikir kamu penghalang atas kehidupan yang aku jalani. Malah … aku ingin ada kamu. Walau nantinya harus ada jeda dan masing-masing diri kita lelah, kamu masih memiliki aku. Hatiku masih menjadi milikmu.
Untuk pria terbaik dan juga terhebat yang aku punya, terima kasih, ya. Terima kasih karena selalu ingin membahagiakanku. Bagiku, apa pun keadaanmu, itu adalah versi terbaik yang selalu kusyukuri adanya. Terima kasih telah membuatku merasa istimewa. Terima kasih karena telah mencintaiku tanpa menuntut apa pun. Terima kasih karena hatiku damai ketika mengingatmu dan membuatku merasa beruntung memilikimu.
Aku juga akan merajut kembali impian-impianku. Impian yang selalu kamu dukung, dan kamu ingin aku berada di puncaknya. Tunggu aku, ya?
Mari berjuang menuju halal. Mari kita tanda tangani buku sakral saat kita merasa telah siap untuk segalanya. Dan merasa itu adalah waktu yang tepat.
Namun sekali lagi kujelaskan. Hadirmu selalu menghangatkan hatiku. Apa adanya dirimu selalu tetap membuatku bangga dan bahagia.
Biarkan orang-orang berkata kalau kita terlalu lama menunda. Toh, semua itu dilakukan agar kita benar-benar matang, kan? Karena untuk menjalani ibadah agama yang durasinya hingga napas habis bukan hal yang mudah. Tak bisa hanya menjalani tanpa persiapan panjang. Tak bisa harus selalu menerima takdir secara cuma-cuma dan berjalan tanpa arah. Harus ada perjuangan dan ikhtiar yang kita punya. Semua itu di lakukan agar nantinya kita memiliki keluarga kecil yang tidak dipenuhi oleh api karena sulit menyatukan dua kepala.
Kuharap kamu percaya bahwa ini bukan hanya sekedar kata-kata. Kelak, di masa mendatang, aku akan membuktikan semuanya. Aku sangat mencintaimu. Aku beruntung memilikimu, cintaku. Sangat beruntung dan bahagia!
Tunggu aku, ya!
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”