Aku dan kamu tak saling mengenal sebelumnya. Entah angin apa yang membawamu nekat menemuiku ke kantor di jam kerja. Kau tersenyum ramah dan menjabat tanganku pada pertemuan pertama. Kau memperkenalkan dirimu sebagai seorang wanita yang seakan-akan paling tersakiti kala itu.
Dengan pintarnya memasang wajah iba berharap aku percaya dengan segala omong kosongmu. Tak kusangka perkenalan singkat kita adalah awal sebuah masalah. Kehadiranmu akan menguji kedewasaanku diwaktu selanjutnya.
Masamu bersamanya sudah berlalu, Jadi terimalah, kini aku yang ada di sampingnya.
Hai, apa kabar perempuan yang pernah singgah di hati lelakiku? Bolehkah aku menyapamu kembali seperti kau menyapaku di awal kita bertemu? Masihkah kau mengharap sesuatu dari laki-laki yang kini begitu kukagumi?
Aku tahu, cerita yang pernah kau ukir bersamanya pastilah indah layaknya cerita cinta ala telenovela. Begitu pula dengan sebuah hubungan yang terjalin cukup lama, menurutku itu tak mudah. Mungkin ada banyak hal yang telah kalian perjuangkan bersama.
Ya, mungkin kali ini kau harus belajar memahami apa itu menerima. Mengusik hubungan kami, bukanlah keputusan yang bijaksana. Nyatanya kini sudah ada diriku di sampingnya, dan aku pastikan kami sangat bahagia.
Hidupmu hanyalah di masa lalunya, percayalah, jejakmu telah kuhapus tanpa sisa.
Mungkin untuk sebagian wanita, kehadiran orang sepertimu sangatlah mengganggu. Tapi tidak bagiku, sebagai sesama wanita yang pernah merasa tersakiti oleh cinta, aku paham akan posisi itu. Meskipun terkadang gagal paham rasanya dengan tipe orang sepertimu.
Mungkin pepatah itu ada benarnya “Wajah cantik belum tentu hatinya cantik juga”. Ah, kau pasti paham maksudku bukan? Sudahlah tak perlu seperhatian itu kepada kami, tak ada lagi remah-remah bayangmu pada lelakiku ini, jadi pergilah jangan mengusik lagi.
Terimakasih terkadang kau masih “PEDULI” pada kami, tapi tak akan kukuras energi untuk membenci.
Kepedulianmu mungkin patut diberi apresiasi. Segala tingkahmu benar-benar membuatku geli. Dengan memantau segala tentang kami, bukankah itu berarti kau masih peduli? Bahkan kerja kerasmu menjelek-jelekkan kami dengan segala sumpah ‘sampah’ serapahmu sama sekali tidak membuatku merugi.
Terkadang muncul keinginan meluangkan waktu mengajakmu bertemu, sembari menghabiskan sore kita bisa bercengkerama sebagai sahabat lama, mungkin. Karena aku dan kamu memang mencintai pria yang sama, mengagumi kekar tubuh dan bidang dadanya.
Mungkin dengan begitu kau akan paham, kalau ia memilihku bukan tanpa alasan. Dan berkaca pada kisahmu pula aku belajar, bagaimana memantaskan diri menjadi sebaik-baiknya pilihan. Kurasa kau sudah cukup dewasa untuk bisa berdamai, bukan?
Kepadamu, tak sedikitpun kutanam rasa benci. Karena bagaimanapun juga, kau pernah ikut andil menjadikannya pribadi yang ku kenal kini. Sekali lagi kuucapkan terima kasih, dengan begitu aku menjadi lebih hebat lagi menjaga lelakiku ini.
Lelakimu (dulu) juga manusia biasa, tak luput dari salah, mengapa tak kau coba lapang dada memaafkannya? toh kita semua berhak untuk (lebih) bahagia.
Bersamaku ia menjadi pribadi baru, tak perlu sekhawatir itu, aku bukan dirimu dan tak akan kubiarkan jika ia menyakiti. Kau mungkin sangat terluka waktu itu, saat ia memutuskan memilih diriku dan meninggalkanmu. Kau mungkin juga sempat berfikir jika akulah yang merebutnya darimu, kan?
Tapi sudahlah, aku bisa memakluminya, kau memang tak mengenalku sebelumnya. Bahkan jika kujelaskan pun kau tak akan percaya, lupakan saja, jika yang kau inginkan lelakiku akan membodohkan dirinya di hadapanmu. Mungkin lebih arif jikalau kau berkaca diri, bagaimana kau memperlakukannya hingga ia lebih memilih pergi?
Terlepas dari itu, mengapa tak kau coba saja untuk berlapang dada? Toh memaafkan juga kunci untuk kita bahagia. Kita semua pada dasarnya hanyalah manusia biasa, tak lepas dari salah sebelum tahu bagaimana benarnya.
Nyatanya Tuhan menakdirkan ia untukku, bukan untukmu. Akulah “RUMAH” –nya, dan semesta mengamini kita.
Terima kasih karena kau masih memantau kami. Dengan begitu kau akan menyaksikan betapa sempurna hubungan ini. Lihatlah, bagaimana aku dan dia saling menghidupi. Pada dirikulah dia temukan kata “pulang” karena aku adalah rumah baginya, dan begitu juga sebaliknya. Tiang yang telah kami bangun tak akan mudah kau robohkan. Dan kali ini, aku telah lulus dengan nilai sempurna atas ujian kedewasaan yang kau berikan.
Sekali lagi aku tak akan membencimu. Sekarang kau boleh saja menganggapku kawan, jika kau mau. Dan sebagai seorang kawan, mungkin aku bisa memberimu sedikit saran: “Berhentilah mengusik hubunganku, kau buka saja lembar baru tanpa harus mengganggu.”
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
hukum karma berlaku….
biar waktu yang berjalan….
Tuhan Maha Mengetahui dan menjawab doa2 orang yang teraniaya….
#sekedar_mengingatkan
Setuju sama mbak ini…dlht dlu dr sisi yg lainnya
Jgn bangga,,, kmu msh tahap pacaran jga kan ma dia..??? blm menikah,,, jd jgn sombong… Hukum karma berlaku…
…Tegarnya seorang lelaki utk mengubur masa lalu nya pasti akan goyah…..
Cerita ini menceritakan seorang lelaki yg sudah memutuskan hubungan dg seorang wanita di masa lalunya dan menjalin hubungan dg wanita yg baru (yang sekarang) tetapi wanita (masa lalu) lelaki tsb malah mengusik hubungan baru si lelaki. Cerita ini ada benarnya, wanita yg ada di masa lalu lelaki itu tidak boleh mengusik hubungan lelaki itu. BUKAN PENULIS YG MEREBUT LELAKI itu! Cobalah baca kembali artikel di atas ada kalimat, “Kau mungkin juga sempat berfikir jika akulah yang merebutnya darimu, kan?”
Jadi pd kenyataannya lelaki yg meninggalkan wanita di masa lalunya dan kembali menjalin hubungan dg wanita yg baru. Mgkn saja krn wanita di masa lalunya memiliki perilaku yg tdk baik, kurang menghargai lelaki tsb. Sehingga lelaki tsb memutuskan hubungan dg dia.
Persepsi setiap org berbeda. Inilah yg bisa kutangkap dr artikel di atas. Artikelnya bagus. Aku suka �
Waktu baca artikelnya kok dadaqu sesak ya. Pengen rasanya qu tonjok si “istri” dlm cerita ini. Dengan bangganya mengatakan kamu adalah masa lalunya. Trus kamu org paling hebat smpe lelakimu memilihmu??? Astagfirullah
Kadang, kami yang kau sebut perempuan di masa lalu hadir bukan utk mengganggu bahagiamu.
Aku hanya jengah dan masih kesal atas ketidakadilan yang aku rasa,. Kau tidak tau rasanya berjuang dari bawah, lalu ketika diatas kau dibuang ditambah diceritakan yang tidak tidak oleh suamimu kini kepada ibunya. Lalu, ibunya tanpa pikir panjang mengatakan padaku bahwa ia tidak rela anaknya disakiti lagi. Astaghfirullah.
Yg datang bukan berarti merebut hak yg lalu…
Memang dulu …
Cerita jg ada cerita lalu ada jg cerita sekarang…
Kalau memang sudah tdk “ngeh” apa iya harus dilanjutkan.
Tapi ingat …
Sekarang aku adalah rumahnya untuk pulang..
Aku adalah dmna untuk tujuan ia datang…
Datang bukan berarti menyingkirkan…
Tetapi tujuan yg pas dan membahagiakan.
Nyatanya semesta juga mengamini.
Dan Tuhan pun menerima…
Ini adalah saat yg berbeda cobalah saling meyakini dan menerima… �
Aku termasuk orang yang terganggu kehadiran wanita itu. Sampai sampai hubunganku hancur. Karna wanita itu menginginkan kembali.
artikelnya bagus…
ini bukan cerita siapa yang direbut dan siapa yang merebut.
ini hanyalah sebuah cerita yang mengkisahkan bahwa si mantan belum bisa merelakan si pria nya dulu bahagia dengan wanitanya yg dia pilih sekarang.