Agustus 2018, Indonesia telah berusia 73 Tahun. Menjajaki zaman yang disebut zaman milennial. Segala informasi terbuka luas. Segala aspek kehidupan dapat dijangkau dengan mudah, makan, tempat tinggal, dan pendidikan. Kamu masih bisa mengetahui keadaan dunia barang dengan memegang gawai dan duduk di dalam bus kota saja.
Di manapun, kamu bisa tetap memilih satu idola untuk kamu jadikan panutan. Kapanpun kamu bisa mendapatkan informasi yang kamu butuhkan. Tak heran jika sudah beragam cita-cita yang diinginkan anak kecil. Masalah kah jika mereka berseru ingin menjadi artis?
Masalah kah jika mereka dengan tegas ingin menjadi atlet? Menjadi masalah jika apa yang diinginkan mereka tidak mendapat dukungan. Hingga mereka akhirnya terpaksa meninggalkan impiannya. Mengikuti perjalanan hidup tanpa semangat. Apa yang mereka inginkan telah diambil atas rancangan pendidikan yang dipersiapkan orang tua.
Di luar sana banyak yang urung menjadi komposer karena lebih memilih menjadi dokter, menuruti arahan orang tuanya. Masih ada anak yang berhenti bermimpi menjadi penari dan lebih memilih menjadi pegawai kantoran. Akibatnya mereka tidak menjadi dokter dan pegawai terbaik yang ada.
Bisa jadi mereka akan menjadi komposer dan penari terbaik di dunia sepanjang masa jika saja orang tua, kaka, adik, paman, bibi, serta anggota keluarga lainnya tidak menganggap keinginan seorang anak kecil berlalu begitu saja.
Biarkan mereka melangkah, menjalani apa yang diinginkannya. Biarkan mereka bercucuran keringat untuk memperjuangkan apa yang dimintanya. Pendidikan bukan persoalan sudah melewati tingkat sekolah apa saja, lebih dari itu. Pendidikan yang sesungguhnya adalah yang dapat memaksimalkan bakat seorang anak. Dari situ karakter dan sikap seseorang terbentuk.
Biarkan saja seorang anak memilih jurusan sastra Indonesia. Toh! mereka sama-sama melakukan kegiatan yang sama dengan anak jurusan fisika, belajar. Yup! mereka sama-sama pergi ke kampus untuk menjadi mahasiswa yang kritis dan mandiri. Perkara menjadi apa nanti mereka, biarkan proses yang akan memberikan berbagai jalan untuk mereka pilih.
Pendidikan dan kesuksesan itu berbeda. Pendidikan ada untuk membentuk karakter mereka. Kesuksesan didapat dari cara bagaimana mereka berusaha mendapatkan apa yang mereka inginkan. Tak heran jika ada juragan toko yang lulus SD saja tidak. Jadi untuk orang tua dan keluarga diluar sana berhentilah untuk mengkhawatirkan pendidikan dengan kesuksesan.
Sekarang tidak ada salahnya untuk memperhatikan kegemaran anak. Berikan mereka guru terbaik untuk mengasah kemampuannya itu. Jangan malah memaksakan kegiatan lain untuk sang anak. Apa jadinya kalau ikan dilatih memanjat sedangkan burung dilatih berenang dan monyet dipaksa terbang.
Tentu hutan akan gagal mendidik mereka, tidak memiliki murid-murid terbaik di bidangnya. Komentar sederhana pun bisa menyakiti perasaan seorang anak kecil "nanti sakit lho kalau kena pukul di pertandingan tinju". Hem, bisa jadi anak akan trauma lebih dulu sebelum dia berusaha menjadi petinju terhebat. Biarkan mereka mencoba dulu, moms.
Berikanlah kemerdekaan memilih untuk mereka. Jangan buat mereka nanti meresahkan kemerdekaan dengan berkata #MerdekaTapi sayangnya aku tak mendapat dukungan dari keluarga untuk menjadi deorang atlet.
Semoga pesta olahraga terbesar se-Asia, Asian games 2018 dapat membantu membukakan hati dan pikiran para orang tua yang masih sulit menerima mimpi-mimpi yang terucap dari mulut sang anak apapun bidang yang mereka inginkan, semua kerja keras mereka akan terbayar. Tidak ada hasil yang menghiyanati proses.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”