Kutulis ini untukmu. Ungkapan riuhnya perasaan, yang menyisa ketertinggalan untuk ditahu olehmu.
Aku menjebakmu lagi di pikiran, seperti malam-malam kemarin yang mulai terbiasa aku rasakan. Aku menjamu hadirmu lagi dalam kenang, untuk banyak hal yang mustahil akan diulang. Aku dipeluk rasa bersalah, sebab bodohku membuatmu jenuh dan marah. Aku begitu pengecut, membunuh hatimu yang tak bersalah.
Begitu naifnya aku, menyakiti dengan penuh sungguh. Aku acuh, hati yang kamu sodorkan benar-benar utuh. Aku mengutuk diriku, kali ini aku menyangkal tidak menyesal, tapi aku lupa, luka yang aku rasakan pun sebab keteledoranku mengartikan benar sediamu.
Aku sedang tidak baik-baik saja. Rindu yang tertinggal, itu adalah namamu. Aku belum terbiasa, hindarmu dariku adalah tegas kacaumu. Ada maaf yang belum sempat aku bisikan, kamu memilih memalingkan rasa dan pergi dengan menggenggam kekecewaan.
Kelelahan membuatmu mundur untuk ibaku. Aku memang sejahat itu. Menyamaratakan kaummu sebab trauma pedih masa lalu. Padahal aku tahu, sebangsamu tidak semua begitu. Hanya saja, aku terlalu takut, sekedar menuntut untuk kamu menjadi milikku justru aku dihalang ragu. Menerjemahkan seluruh pedulimu untuk memasungkan jiwaku.
Arti adamu, itulah sekarang. Tapi kehilangan lebih kejam menikam. Kamu pergi, saat aku sadar aku jatuh hati. Kamu sudah tidak butuh, saat aku mulai luluh. Sangat terlambat, menengok untukku pun kamu sudah tidak akan sudi.
Aku benci sendiri, lirih ingin bertubi-tubi. Aku benci patah hati, itu membuatku tidak tahu diri, seperti sekarang ini. Begitu tak kenal malu, menghamba adamu lagi. Harap saja tidak akan membuatmu kembali.
Kutata lagi keikhlasan, semoga warasku membaik. Asaku tak lagi tercabik. Menyerahmu adalah caraku untuk pasrah. Tidak akan pernah aku paksakan. Sudah menjadi cerita sendu untukmu, hanya renung pilu yang menghuni rapuhku. Kali ini, semoga kejamku mendewasakanmu.
Di tengah biru yang terlalu ini, kusemogakan banyak hal baik menghampirimu. Doa yang kulantunkan adalah bahagia nyata yang akan kamu rasakan. Balas budi atas tulus yang sembarang kuhempas.
Aku tidak ingin lagi menyemai harap, cukup untukku yang dilepas penuh berat. Temukanlah lagi yang mampu mengasihimu dengan ikhlas, bukan sosokku yang hanya bisa mengukir pahit sangat hebat. Sebentar lagi, aku akan sanggup untuk benar-benar menerima, hilangmu mengajarkanku arti adamu.
Terima kasih, pernah mencintaiku bahkan ketika lalai untuk mengerti keberadaanmu. Terima kasih, bersedia ada walau aku tidak meminta. Terima kasih, untuk mengajariku lapang dada tanpa menjatuhkan air mata. Terima kasih, berkatmu aku akan lebih peka soal rasa. Terima kasih, tentangmu akan selalu menetap dalam memori di kepala.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”