Hei kamu, yang tiba-tiba pergi tanpa alasan, tanpa memberi kabar, apalagi meninggalkan pesan, apa kabar? aku rindu.
Rasanya baru kemarin, hatiku bergetar setiap melihat senyum tipis tergores di wajahmu. Rasanya baru kemarin aku mengagumi permainan jarimu di atas tuts piano. Rasanya baru kemarin aku memandangmu dengan kacamata bulat yang tak pernah absen bertengger di wajahmu. Dan rasanya baru kemarin aku merasakan debaran jantung yang begitu cepat saat membuka pembicaraan denganmu.
Iya, baru kemarin, tetapi hanya perasaanku, yang belum berubah sedikitpun sampai saat ini. Nyatanya, kamu menghilang. Nyatanya tidak pernah ada kabar atau pesan sekalipun yang aku dapatkan darimu. Nyatanya, kejadian-kejadian yang aku ceritakan sudah lewat ribuan hari lamanya.
Kadang aku berpikir, harus kubuang ke mana rindu ini. Pernah kucoba untuk tidak merasakannya, tetapi hati punya aturannya sendiri, tak bisa diatur oleh pikiran. Pernah kucoba melemparnya jauh ke langit tinggi, namun ia kembali lagi dalam bentuk mimpi. Sekali lagi kucoba menguburnya bersama reruntuhan di relung jiwa, ternyata ia malah berkobar di dalam rasa.
Rindu, rindu, harus kubuang kemana? Atau mungkin kusebutkan saja berulang kali, agar ia hanya benjadi barisan huruf tanpa makna. Ahhh, sepertinya rasanya akan sama saja, walaupun katanya berubah, diacak-acak sekalipun, rasanya akan tetap sama.
Aku mengerti, diri ini tidak pernah sempat mendapat ruang dihatimu. Karena tidak kesempatan, karena tidak ada keberanian, karena kini juga tidak ada harapan.
Tapi, apa pernah kamu berpikir, ketika memutuskan untuk menghilang tiba-tiba. Sangat mungkin kamu sudah memiliki diruang dihati teman-temanmu, sama seperti kamu yang sudah memiliki ruang dihatiku.
Plato pernah berkata, orang yang bisa bermain musik itu memberi jiwa ke alam semesta, sayap ke pikiran, terbang ke imajinasi, dan kehidupan untuk segalanya. Kamu bisa bermain musik, tetapi hanya meninggalkan rindu ke dalam jiwa yang hampa.
Entah berapa ratus fajar, atau berapa ribu senja yang aku lewati dengan bayangmu dibatas cakrawala pikiranku. Pada akhirnya, dalam peraduan malam, aku menemukan cara untuk menyampaikan rindu ini. Aku hanya mencoba mengadu kepada Sang Penciptamu sambil memohon engkau akan baik-baik saja.
Untuk kamu yang pergi tanpa alasan, biarkan tulisan ini menjadi pesan untukmu. Pesan rindu yang mungkin juga tidak akan terbalaskan. Tetapi setidaknya, tersampaikan.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”