Untuk Jangka Waktu yang Lama, Apakah Budaya Tenun Asli Indonesia Kembali?

Budaya yang semakin hilang ditelan masa

Budaya tenun saat ini bisa dikatakan sudah kalah oleh virus globalisasi digital. Virus yang memanjakan kita akan kehilangan nilai budaya yang terkandung dalam berbagai motif tenun. Kita cenderung lebih konsumtif pada nilai-nilai modern daripada produktif pada nilai-nilai tradisional. Jika ditelaah secara kasat mata, nilai-nilai yang terkandung dalam motif kain tenun mulai merosot bahkan hilang bagi budaya generasi penerus.

Advertisement

Generasi penerus bangsa lebih banyak menghabiskan waktunya untuk memanjakan diri dengan berbagai perangkat elektronik (televisi, gadget, handphone, game, dll) daripada menghabiskan waktu untuk belajar menenun. Hal ini akan berdampak pada keingintahuan seseorang tentang bagaimana proses dan hasil dari tradisi budaya tenun tersebut. Tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan teknologi sangat penting dan tidak dapat dihindari bagi setiap individu dalam hidupnya, karena kemajuan teknologi sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan.

Saat ini, teknologi telah menjadi kekuatan otonom yang membelenggu perilaku dan gaya hidup kita sendiri. Iklan dengan pengaruhnya yang sangat besar yang didukung oleh sistem sosial yang kuat, dan dengan kecepatan yang terus meningkat, teknologi telah menjadi arah kehidupan setiap individu. Pesatnya perkembangan dunia Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) telah membawa manfaat yang luar biasa bagi kemajuan peradaban manusia. Pekerjaan yang sebelumnya membutuhkan kemampuan fisik yang cukup besar kini mengacu pada peralatan mesin otomatis yang mengalihkan semua pekerjaan dengan cepat dan hasilnya cukup mencengangkan.

Jika dipikir-pikir, di era globalisasi hampir semua generasi yang akan datang telah melupakan budaya tenun yang telah diwariskan dari generasi ke generasi demi menjaga nilai dan makna yang terkandung dalam berbagai motif yang tergambar atau tercetak pada kain tenun yang ada. Ragam hias pada kain tenun yang ada di hampir seluruh wilayah di Nusa Tenggara Timur (NTT) bukan hanya ragam hias atau ragam hias semata, namun ragam hias yang terdapat pada setiap kain tenun yang dihasilkan melalui motif dan warnanya merupakan perwujudan kehidupan masyarakat. ada. Ini adalah lambang atau lambang, sehingga mempunyai arti tertentu seperti hitam berarti kesedihan, merah berarti kejantanan, putih berarti kesucian, kuning berarti kebahagiaan, biru berarti damai, dan hijau berarti kesuburan.

Advertisement

Tenun dalam proses pembuatannya tanpa perlu teknologi modern untuk mendeskripsikan setiap ragam motif, namun butuh proses kesabaran yang panjang untuk memproduksinya. Mulai dari penanaman benih kapas, pemanenan, pengeringan, sortasi kapas, proses pemurnian, pemintalan kapas menjadi benang, proses penggulungan, pewarnaan benang, hingga proses menenun. Kain tenun menghasilkan fungsi dan memiliki nilai ekonomi, sosial, dan budaya. Terlihat bahwa kain tenun digunakan sebagai salah satu benda belis dalam upacara pernikahan, kain penutup jenazah, dan juga dapat memberikan identitas sosial (etika dan estetika) pemakainya.

Fungsi utama kain ikat adalah sebagai berikut:


  1. Sebagai pakaian sehari-hari untuk melindungi tubuh,ebagai pakaian yang dikenakan pada tarian adat/upacara adat,

  2. Sebagai alat penghargaan dan persembahan perkawinan (belis/mas kawin),

  3. Sebagai pakaian adat pernikahan

  4. Sebagai sarana penghargaan dan sesajen di pemakaman,

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini