Pernah gak sih merasakan punya seorang ibu yang jahat terhadap anaknya sendiri? Rasanya tuh kayak jahatan ibu sendiri di bandingkan jahatnya ibu tiri. Sampe kadang merasa juga, apa bener kita ini anaknya atau kita itu sebenarnya anak pungut ya?
Kata orang kita di ciptakan oleh Tuhan kedunia ini, lalu di titipkan kepada malaikat di dunia yaitu seorang ibu. Seseorang yang bernama ibu harus mengandung anaknya selama 9 bulan, setelah itu ibu harus berjuang untuk melahirkan anaknya, dan ibu juga harus bisa mendidik anaknya untuk menjadi anak yang berbakti dan bermanfaat di kehidupan ini. Aku seorang anak perempuan yang memiliki ibu yang berbeda usia sekitar dua puluh tahun. Saat ini ibuku berusia 45 tahun dan aku berusia 25 tahun. Ibuku menikah di usia 19 tahun, yang mungkin bisa dibilang usia yang sangat muda pada saat itu.
Memiliki ibu yang menikah di usia muda, dan melahirkan anak di kondisi beliau belum siap untuk memiliki seorang anak, menjadi tantangan yang sangat besar di kehidupanku ini. Aku mengerti pernikahan ibu atas dasar perjodohan, aku mengerti ibu harus mengorbankan masa muda untuk menikah, dan aku mengerti ibu menguburkan semua cita-cita karena pernikahan ini. Aku akan selalu berterima kasih atas kelahiranku di dunia ini.
Tidak apa-apa selama ini kita tidak bisa tinggal bersama selayaknya keluarga. Tidak apa-apa engkau meninggalkan ku merantau di usiaku yang masih tiga bulan demi meraih cita-citamu dan keinginanmu yang belum terwujud. Tidak apa-apa jika engkau memutuskan untuk meninggalkanku di tempat kerabat dan sanak saudara agar engkau tidak merasa kesulitan. Tidak apa-apa dimasa kecil, aku sudah merasakan kesulitan hidup. Terima kasih atas pembelajaran berharga darimu ibu, saat ini aku sudah menjadi gadis dewasa yang kuat.
Masa kecil yang sulit aku lalui tanpa kehadiran sosok ibu. Dikala remaja aku bersyukur akhirnya aku bisa merasakan tinggal denganmu. Orang-orang bilang aku adalah dirimu versi muda. Paras cantikku yang kudapatkan darimu, ikal rambutku yang sama seperti rambutmu ibu, putih kulitku yang terlihat bersih sama sepertimu, dan senyum manisku yang sama seperti senyumanmu ibu. Tetapi, kenapa aku tidak melihat kebahagian di matamu ketika kita sedang bersama? Kenapa ketika kita bersama aku merasa sedang berhadapan dengan ibu tiri seperti di cerita Cinderella. Seorang ibu yang kejam terhadap anaknya?
Mungkin saja aku yang salah. Aku mengajakmu bermain di saat engkau baru pulang kerja, dengan kondisi sudah lelah. Eh tetapi di hari libur aku mencoba mengajak ibu bermain, tapi engkau menolak dan memilih untuk keluar dengan teman-temanmu. Ibu meninggalkanku dirumah dengan tugas rumah yang harus aku lakukan yaitu membereskan seluruh sudut rumah. “Tugas rumah harus sudah selesai sebelum ibu pulang” itu pesanmu.
Maafkan anakmu, mungkin saat itu aku masih remaja untuk bisa mengerti perasaanmu, dan memahami apa yang sebenarnya engkau inginkan. Maafkan anakmu yang masih remaja ini terkadang suka egois dan ingin selalu melawan semua ucapanmu.
Benar sekali aku dengan dirimu terlihat mirip. Tetapi, kemiripan kita hanya sekedar kemiripan wajah, bukan perilaku. Aku penasaran apa yang sebenarnya engkau rasakan dan fikirkan mengenai diriku. Kulihat di tatapanmu, aku lebih tepatnya seperti musuhmu dari pada anakmu. Apakah aku ini anak yang telah engkau pungut ibu? Semua hal yang aku lakukan terlihat salah dan menyakitkan buatmu.
Terima kasih telah memberikan aku tiga orang adik selama aku tinggal bersamamu. Hidupku tidak merasa asing dan kesepian lagi. Tetapi, kenapa ibu menyuruhku untuk menjaga ketiga adik-adik sepenuhnya? Ibu mengatakan harus bekerja untuk memberikan kami hidup yang layak. Tetapi aku masih remaja, aku ingin bersenang-senang dengan teman-temanku, bukan sepenuhnya menjaga adik-adikku. Anakmu adalah tanggung jawabmu ibu.
Konflik kita sangat sering terjadi. Jika engkau mengetahui dan menyadari, aku benar-benar tidak tahan tinggal dengamu ibu. Karena aku tidak tahan dengan tekanan yang engaku berikan kepadaku, aku memutuskan untuk tidak tidur dirumah dan keluar dari rumah (walau itu hanya semalam saja). Aku akan bersyukur dengan kehidupanku di waktu kecil tanpa adanya sosok dirimu. Tanpa adanya dirimu di sampingku, ada orang lain yang lebih tulus menjagaku dan merawatku waktu itu.
Aku saat ini sudah dewasa ibu. Tetapi, kedewasaanku ini masih tidak bisa memperbaiki hubungan kita berdua. Konflik masih saja menyelimuti kita berdua hingga saat ini.
Hal paling menyakitkan buat aku adalah melihat hubungan ibu dan anak yang sangat hangat dan harmonis. Ibu tau, aku cemburu akan hal tersebut, seorang ibu yang sangat menyayangi anaknya hingga ibu dan anak bisa dibilang menjadi sahabat karib. Bisa saling berbagi cerita, mencari solusi permasalahan bersama, menjalani kesulitan kehidupan bersama, dan tidak ada jarak antara satu sama lain.
Aku sering mendengar istilah surga di telapak kaki ibu. Jangan sekali-kali kita melawan omongan dari ibu, karena doa seorang ibu yang hatinya tersakiti bisa langsung dikabulkan oleh Tuhan. Apabia kita ingin sukses di kehidupan, jalan hidup kita bisa lancar atas doa ibu. Tapi bagaimana dengan diriku? Aku tidak melawan omongan ibu, aku berusaha menuruti semua permintaan ibu, dan berusaha menjadi anak yang berbakti tetapi semuanya masih terlihat salah dan menyakitkan di mata ibu.
Aku tidak ingin menjadi anak durhaka seperti maling kundang. Aku ingin memuliakanmu di dunia dan akhirat kelak. Keinginanku hanya bisa melihat rasa sayangmu yang paling tulus untuk diriku ibu. Anakmu sudah dewasa sekarang, dan akan menjadi calon seorang ibu. Keinginanku, doakan kelancaran hidup dan karir anakmu ini. Mari kita bersama-sama menghapus jarak yang terbangun selama ini. Marilah menjadi anak dan ibu yang sesungguhnya, dan saling menjaga.
Anakmu yang merindukanmu
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”