Untuk Hati yang Tengah Patah, Percayalah Bahagiamu Akan Kembali Merekah

hati patah bahagia merekah

Menjalin hubungan bertahun-tahun lalu kandas begitu saja, hati mana yang gak porak-poranda? Rasanya seperti ada bagian dalam diri yang hilang. Ya, tiap orang pasti mendambakan kisah asmara yang berujung manis, tapi kalau gak pernah sakit hati kita gak akan pernah tau arti ikhlas dan melepaskan.

Advertisement

Kebersamaan yang dilalui dulu rasanya gak ada artinya saat dia memilih melangkah bersama sosok lain yang ia temui. Lalu aku bisa apa? Mulanya memang gak terima, emosi memuncak rasanya terus memaksakan akan dia kembali bersamaku lagi.

Hari yang aku jalani rasanya berat. Nafas pun sesak. Pikiran dan emosi gak stabil yang ujung-ujungnya orang di sekelilingku kena getahnya. Haduh, berantakan.  Dalam otak masih bersarang ego bersamanya, padahal dia sudah asyik mengunggah foto dengan kekasih barunya. Tentu sulit menerima ‘Hubunganku yang sudah bertahun-tahun dengannya seperti gak ada artinya,’.

Kenapa dia semudah bahagia kembali itu sedangkan aku sekarang bergelut kepedihan dengan kepergiannya. Beberapa bulan terakhir terasa berat, hingga aku mulai membatasi diri dengan orang-orang dan membangun tembok untuk sendiri beberapa saat.

Advertisement

Aku membicarakan masalahku pada beberapa orang yang aku percaya, ya, walaupun jawaban mereka klasik seperti ‘Yaudah ikhlasin aja, masih banyak yang lain,’. Sebenarnya aku benci dengan kalimat itu, perempuan di dunia memang banyak, tapi aku hanya mau dia.

Aku tersiksa menjalani hidup dengan kekosongan seperti ini, seperti dibunuh ego sendiri untuk terus mengejar dia. Pada akhirnya aku kembali menengok masa lalu. Aku hubungi teman dekat yang menurutku mengerti, aku bercerita padanya tentang sakit hatiku dan sungguh melegakan karena ia masih mau meresepon ceritaku.

Advertisement

Aku merencanakan pertemuan dengan perempuan sahabat lamaku dan hasil dari pertemuan pertama kami setelah sekian tahun tak jumpa cukup melegakan. Ia banyak mendengarkan dan setelah sore itu aku merasa napasku lebih ringan, bebanku berkurang.

Dari sudut pandang perempuan, ia berpendapat kalau rasa bosan adalah hal yang wajar dalam suatu hubungan. Dia juga sangat menyayangkan perlakuan mantanku karena menyisihkan kisah yang sudah dijalin bertahun-tahun untuk seseorang baru yang menurutnya lebih seru.


“Ya, karena orang baru, rasa baru,”


Namun, kembali ke aku. Aku bagaimana dengan kehancuran ini? Jika aku terus memaksakan untuk mendapatkannya sekarang ini juga akan berbeda rasanya. Terpaksa aku harus cari cara mengobati luka sendiri, tanpa mengharapkan kehadirannya lagi.

Butuh waktu lama untuk mencerna, apa arti merelakan, melepaskan, move on, ikhlas dan semacamnya. Tapi dari sini aku mengerti, aku sedang menempa diriku menjadi dewasa. Aku kembali menyembuhkan diri meski sekelibat bayangan tentangnya terus menghantui.

Tapi hey, aku sadari sosok lain yang hadir turut membalut lukaku. Perempuan itu, teman lamaku, yang aku rasa kehadirannya mulai menggantikan posisimu. Beberapa bulan setelah pertemuanku dengannya aku merasa semakin pulih.


Aku percaya, sakit itu tak akan lama.


Selamat berbahagia dia yang telah menjadi pilihanmu untuk memutuskan meninggalkanku. Terima kasih telah mengajarkanku sesuatu, tentang luka. Mari mencukupkan untuk kenangan kita yang telah bertahun lamanya, karena ku juga akan melangkah memperjuangkan kebahagiaan yang telah di depan mata.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Writer | News Reporter | MNC Portal Indonesia

Editor

une femme libre