Untuk Diriku dan Semua yang Menjalani #RamadandiPerantauan, Sedih Boleh tapi Tetap Kuat ya

Memasuki akhir bulan Ramadan biasanya orang-orang mulai sibuk menyambut Hari Raya Idulfitri. Menyiapkan baju lebaran, kue Lebaran dan tentu saja tiket mudik Lebaran. Namun tahun ini sangat berbeda, kita yang sedang di perantuan dilarang mudik karena adanya COVID-9. Sedih sudah pasti, tapi apa daya ini demi kebaikan kita semua. Momen Ramadan yang biasanya selalu ramai pun kini berbeda. Tak ada acara buka bersama teman, keluarga dan tidak ada salat tarawih di masjid. Semua harus tetap #dirumahaja demi memutus rantai penyebaran COVID-19.  

Ramadan tahun ini akan menjadi sejarah yang tak akan pernah aku lupakan. Meskipun sedih tapi ibadah harus tetap semangat. Dan percayalah di tengah kondisi seperti ini pasti ada hikmah yang dapat kita petik. Aku mungkin masih beruntung karena tahun ini meski di perantauan tapi aku tinggal bersama kakak kandungku. Setidaknya masih ada keluarga  untuk berbagi cerita. Tidak terbayangkan jika aku masih jadi ada kost sendirian di kota orang seperti  tahun-tahun sebelumnya. Mungkin setiap hari aku akan menangis.

Menjadi anak bungsu yang belum berkeluarga sendiri membuatku sangat dekat dengan Ayah. Tidak terbayangkan jika tahun ini tidak bisa mudik dan merayakan lebaran bersama Ayah seperti tahun-tahun sebelumnya. Bukan hanya aku saja yang sedih, Ayah pasti juga merasa kesepian. Karena semenjak kepergian Ibu akulah teman ngbrol setia Ayah. Hanya saja rejeki membawaku harus merantau di kota orang dan jauh dengan Ayah. banyak hal yang akan dirindukan ketika nanti #lebarandiperantauan salah satunya adalah opor ayam dan ketupat buatan Ayah.

Meski ini tak mudah kita semua  yang #Ramadhandiperantuan dan #Lebarandiperantauan harus kuat ya… Percayalah virus ini akan segera berakhir dan kita bisa kembali berkumpul dengan keluarga dengan keadaan sehat.