Menulis surat ini bukan berarti aku berniat mengganggu hidupmu lagi. Aku pun tidak yakin saat ini kamu membacanya. Yang kuyakini adalah, kamu tidak pernah tahu bahwa kamu adalah cinta pertamaku.
Dulu aku adalah seorang perempuan yang tidak menyukai hal-hal tentang kaumku sendiri. Seperti berdandan, memakai dress panjang, mengurai rambut, dan kamu tahu temanku lebih banyak lelaki ketimbang perempuan.
Aku bukan mengklaim diriku seperti seorang pick-me girl. Toh, itu adalah masa lalu. Kini aku sudah berubah banyak. Iya. Itu berkat kamu.
Kamu tahu apa yang membuatku jatuh cinta dan merasakan cinta pertamaku yang ternyata adalah kawan tongkronganku sendiri?
Walau semua temanku menganggapku perempuan tomboy yang tidak perlu diperlakukan dengan lembut, hanya kamu yang menganggapku sama layaknya dengan perempuan lain. Memang awalnya aku tidak menyadarinya sampai akhirnya sahabatmu membocorkan rahasia tentang perasaan terpendam yang kamu miliki padaku. Ia begitu sebab aku tak kunjung peka.
Konyol. Satu kata yang spontan terucap ketika aku mendengar tentang perasaanmu itu. Malah aku menganggap itu adalah lelucon dan kalian tengah mempermainkanku. Namun, ternyata tidak. Kamu bilang pada sahabatmu untuk tidak memberitahuku tentang perasaanmu itu. Dan aku tetap menyangkalnya.
Jika dipikirkan kembali, aku baru menyadari selama ini ada banyak perhatian yang kamu beri, yang sebelumnya aku menganggap itu bukan hal aneh. Sepeti selalu mengantarkanku pulang, mencoba menjadi lebih dekat dengan keluargaku, menemaniku kemana pun aku pergi, menemaniku mengobrol di telepon hingga akhirnya aku tertidur pulas, menjenguk diriku saat aku sedang sakit, memberi makanan kesukaanku, dan bahkan kamu selalu berkata ingin memelukku.
Setelah mengetahui perasaanmu, aku mulai menganggap itu adalah perhatian kecilmu untukku. Apa perlakuanmu bisa dibilang tergolong romantis? Tidak bagi sebagian orang, tapi seperti yang kukatakan. Ketika semua orang melihatku dengan anggapan aku perempuan jelek yang bergaya seperti lelaki, hanya kamu yang melihatku dengan cara yang berbeda. Kamu tetap menganggapku perempuan dan ingin melindungiku. Lagi-lagi kukatakan bahwa aku menyadari itu setelah aku tahu tentang perasaanmu.
Itulah mengapa kuanggap kamu sebagai cinta pertamaku. Orang-orang bilang, cinta pertama tidak selalu berhasil. Dan itu benar adanya. Mengenai perasaanmu itu, apa benar saat itu kamu menyukaiku? Jika iya, lantas mengapa ungkapanmu itu berlabuh padanya? Wanita yang kini akan menghabiskan masa hidupnya bersamamu.
Aku baru ingat. Aku sering menyangkal perasaanku yang memang hanya untukmu. Aku selalu merasa, tak mungkin kita memiliki perasaan yang sama. Semua yang kamu usahakan untukku hanya sebagai teman biasa. Di hadapan banyak orang, aku selalu menegaskan bahwa aku dan kamu hanya sebagai teman. Aku memanipulasi hatiku yang ternyata telah menyayangimu lebih dari sekadar teman.
Mungkin sedikit malu untuk mengatakan ini. Aku memang penyangkal. Namun, diam-diam aku berharap kamu datang dan bertekuk lutut di depanku untuk memintaku menjadi kekasih hatimu. Dan itu tak kunjung terjadi.
Jika saja aku menyadarinya sejak awal dan tidak mengelak bahwa hatiku telah jatuh padamu, mungkin nama yang tertulis di buku sakral itu adalah namaku. Aku baru menyadarinya setelah kamu pergi. Aku melewatkanmu.
Beberapa hal yang tertinggal adalah, kini aku menjadi diriku yang berbeda. Karenamu, aku belajar untuk tidak menolak isi hatiku sendiri. Aku belajar untuk lebih peka kepada orang-orang di sekitarku. Dan yang paling penting, kini aku benar-benar menjadi selayaknya perempuan. Aku merias diriku. Merawat diriku dengan baik dan berpakaian dengan benar karena aku memang terlahir sebagai perempuan.
Itu adalah kisah lama. Toh aku tidak ingin mengganggu kehidupan pribadimu. Meski aku hanya bisa melihat dari kejauhan, akhirnya kamu menemukan bahagiamu yang tak sempat kuberi. Seandainya saja aku tahu kesungguhanmu saat itu. Aku masih menyesalinya? Tidak. Aku sudah ikhlas mengenai hal itu. Aku hanya ingin mengenangmu. Mengenang bukan berarti menginginkan kembali, kan?
Walau kenyataannya aku masih berdiri sendiri di sini. Menanti sosok yang akan memintaku untuk menemani diriku menghabiskan usia bersamanya. Yang kuharap ia mencintaiku dan menerima segala yang telah kuusahakan. Dan tentunya aku akan melakukan banyak hal untuknya.
Untuk perempuan yang kini berada dipelukanmu, ia lebih pantas untuk mendapatkanmu. Aku yakin dia tidak akan menyia-nyiakan semua usahamu padanya. Aku yakin ia memiliki sesuatu yang istimewa hingga akhirnya kamu memutuskan untuk memilih dia.
Apa aku akan menemukan lagi seseorang yang sepertimu? Yang bisa mencintaiku walau aku tengah ada di keadaan jelek dan buruk sekali pun?
Seperti kamu. Dulu.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”