Angin yang berhembus kala fajar siap untuk menguap. Tampaknya hadir rintik hujan yang membasahi bumi, ia memeluk putri pagi hingga membuatnya malu-malu untuk menyingsing. Dingin menusuk sumsum tulangku bersama ketakutan yang menjelmai dalam otakku. Kini setiap membuka mata, hati selalu bertanya-tanya apakah Engkau masih murka Tuhan?
Setiap episode kehidupan, rasanya ini yang paling membuatku bertanya-tanya. Sulit membedakan antara Engkau marah atau terlalu rindu pada kami. Detik demi detik aku sekuat tenaga tetap bertahan dan menjadikan Engkau pelukan. Meski terkadang aku rapuh dan terlanjur menyerah, yang akhirnya aku hanya bisa berlinang air mata memandangi ayat demi ayat atas firman-Mu. Karena aku percaya tanpaku berkata Engkau sudah memahami arti tetesan air mata ini.
Sering kali aku dihantui oleh dosa-dosaku sendiri. Namun aku masih percaya diri tanpa mempunyai rasa malu, untuk tetap meminta pada-Mu. Betapa munafiknya diriku terhadap-Mu, bisa menjelma menjadi syetan kala sendirian namun bak malaikat ketika menjalin erat. Jika memang dosa-dosaku salah satu penyebab Engkau marah, ampunilah dosaku satu per satu Tuhan. Terimalah sujudku yang membeku ini, tapi bolehkah memintamu untuk tetap mengusapku ketika jeritan dalam sujudku tak tertahankan?
Ketika hari berhasil mengantarkanku pada ujungnya. Engkau hadirkan sosok kemuning kemerahan di lembaran biru berkapas yang berarak. Belajar dari senja, meskipun jauh diujung sana bahkan sendirian namun tetap membuat sepasang mata terpesona. Namun malam menenggelamkannya karena cemburu, kini sepasang mata abai dan kembali pada huniannya masing-masing.
Semua butuh proses untuk menemukan jawab-Mu. Dan Engkau hadirkan rahmat dalam diskusi doa tanpa usai. Alam pun berbisik memuji-Mu tanpa ada keraguan sama sekali, menjadi jawaban atas segala pertanyaan. Dan Engkau menurunkan ujian untuk mereka yang beriman. Bahkan Engkau limpahkan kenikmatan padahal mereka dalam kekufuran. Tapi yang jelas, skenario terbaik adalah Engkau, Tuhan Maha Penyayang.
Maafkan diri ini yang begitu lemah nan rapuh. Selalu mengeluh tak pernah sadar kenikmatan. Diri ini hanyalah kertas yang mudah robek apabila tinta terlalu kuat menulis. Coretan hitam putih bahkan berwarna menghiasi kertas lusuh ini. Ada masa lalu yang menjadi kenangan dan pembelajaran, ada masa depan yang masih menjadi misteri dan layak untuk diperbaiki, dan masa sekarang dimana tempat untuk merubah diri demi masa depan yang akan datang.
Terima kasih atas bisik-bisikmu tuk menunjukkan kebesaran-Mu. Atas pelukan hangat tak bertepi meski hatiku terkadang seperti ombak yang bergulung-gulung. Tetaplah usap diri ini yang selalu rapuh di hadapan-Mu, kala bibir ini kelu hanya derasnya air mata yang mampu berucap tuk melampiaskan jeritan tanpa teriakan.Â
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”